Happy reading
*
*
*
Penampakan dua saudaranya menyambut Rega ketika membuka pintu kamar. Keduanya terlihat sudah mandi dengan pakaian yang sudah berganti. Erga dan Arga kompak menatap Rega dari atas ke bawah. Jam baru menunjukkan pukul setengah enam pagi, tapi bungsu triplets itu sudah rapi dengan seragamnya.
"Apa liat-liat?! Mau gue colok tu mata, hah?!" tanya Rega dengan sewot.
"Lo masih marah?" tanya Erga sambil menggaruk tengkuknya.
Tatapan sinis Rega tujukan pada kedua saudaranya. "Pake nanya lagi. Minggir, gue mau turun!"
Rega melewati celah di antara Arga dan Erga. Arga sempat menahan tangan sang adik, namun langsung ditepis oleh sang empu.
"Gue masih marah sama lo, ya, Bang," ucap Rega sinis sebelum kembali melanjutkan langkahnya. Arga menghela nafas. Ia beralih melirik Erga yang tengah memperhatikan punggung adik mereka.
"Ayo bersiap. Nanti kita pikiran kembali cara untuk membujuknya," ajak Arga yang langsung diangguki oleh Erga. Keduanya hanya perlu mengganti seragam dan memeriksa buku pelajaran. Mereka sudah mandi di kamar tamu tadi. Beruntungnya ada beberapa baju di sana yang bisa mereka pakai sementara.
Selesai bersiap, mereka segera turun ke bawah untuk menyusul si bungsu. Jam masih menunjukkan pukul enam, masih ada waktu setengah jam lagi untuk sarapan. Bisa mereka lihat, Rega sedang duduk anteng di ruang tengah sambil menonton kartun. Tangannya bergerak aktif memasukkan potongan keripik ke dalam mulutnya. Erga memilih menghampiri Rega, sedangkan Arga pergi ke dapur.
Erga mendudukkan diri di sofa belakang Rega --yang duduk di karpet. "Re, pagi-pagi kok udah ngemil pedes. Nanti sakit perut, lho," tegur Erga namun tak digubris oleh Rega.
Suara langkah kaki terdengar dari arah tangga. Erga menoleh dan mendapati Griselda yang turun bersama ibunya dan juga Sera. Melihat presensi adiknya, Sera tersenyum jahil lalu menghampiri Rega.
"Pagi, adik setan. Sini gue lihat gigi lo yang ompong," goda Sera sambil merangkul Rega. Tatapan tajam Rega berikan pada kakak perempuannya.
"Tau darimana lo?!" tanyanya kesal.
"Di kasih tau, El. Katanya kemarin lo jatuh terus gigi lo ompong. Mana? Sini gue mau liat." Sera berusaha membuat Rega menghadap ke arahnya.
Sementara Rega menatap tajam Griselda yang malah terkekeh. Ia dengan kasar membuang bungkus keripiknya lalu berdiri.
"Dasar cepu."
Setelah berucap dengan nada kesal, Rega langsung berjalan menjauh. Suasana menjadi hening setelah kepergian si bungsu. Hingga terdengar suara pecahan kaca yang membuat mereka di ruang tengah menoleh.
Griselda dan Sera sama-sama meneguk ludah melihat Arga yang sepertinya sedang marah. Aura tak mengenakkan keluar darinya. Tangan kanannya mengepal erat dengan sedikit tetesan darah. Di bawahnya terdapat pecahan kaca yang sepertinya sebuah gelas dengan susu coklat yang berceceran.
Beberapa maid di belakang Arga ikut merinding merasakan hawa suram tuan mudanya. Mereka jelas tau bahwa Arga dengan sengaja datang ke dapur untuk membuatkan susu Rega. Tapi gelas di tangan itu pecah seketika saat Arga mengeratkan cengkraman. Ia kesal ketika melihat sang adik pergi begitu saja.
Azkiel dan Vano dibuat terheran dengan suasana suram di bawah.
"Yora, ada apa?" tanya Vano pada ibu Griselda yang sedang menata sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A.Y.O Transmigrasi!
FantasyNOT BXB!! NOH UDAH PAKE CAPSLOCK, BIAR KELIATAN. Ardi si CEO, Yudha si remaja narsis, dan Ozan si pencuri, tiga orang yang mengalami kejadian di luar nalar Berawal dari aksi kejar-kejaran, ketiganya justru berakhir di tubuh kembar tiga atau triplets...