Kepencet🗿
Happy reading*
*
*
Arga membuka pintu UKS dengan cukup kasar. Tatapannya langsung tertuju pada si bungsu yang sedang diobati oleh dokter jaga. Sambil menyugar rambut ke belakang, Arga melangkah mendekati Erga. Ditepuknya pundak sang adik yang terlihat cemas."Bang," panggil Erga lirih sambil menoleh ke arah Arga.
Arga mengangguk pelan. "Semua akan baik-baik saja."
Dokter jaga menyelesaikan pemeriksaannya. Ia baru saja mengobati luka di pelipis Rega dan memasang selang oksigen.
"Apa terjadi sesuatu yang serius?" tanya Arga dengan raut datarnya. Namun jika diteliti, maka kedua mata itu tengah berusaha menyembunyikan kekhawatirannya yang sangat besar.
"Saranku bawa Rega ke rumah sakit setelah ini, untuk pemeriksaan lebih lanjut. Terlebih Rega adalah penderita kelainan jantung. Kejadian yang membuatnya terluka, bisa memicu jantungnya bereaksi," jelas dokter itu.
Dokter jaga itu pun pamit, kini hanya menyisakan Arga dan Erga yang menunggu adiknya sadar.
"Oh, pemeriksaannya udah selesai?"
Arga dan Erga menoleh dan mendapati Jiro yang baru saja datang. Remaja itu membawa sekantong plastik makanan, kemudian berdiri di sisi lain brankar.
"Apa yang terjadi pada adikku?" tanya Arga dengan nada datar dan aura intimidasi yang cukup kuat.
Jiro menggaruk pipinya sambil menjawab, "tadi Rega jatuh dari tangga, pas mau balik dari rooftop."
"Kenapa dia bisa sampai kesana?" tanya Arga dengan penuh penekanan dan aura yang semakin tak mengenakkan, tanpa mengangkat pandangannya dari sang adik.
"A-ah, itu, gue yang ngajak dia kesana buat ngomong sesuatu. Tapi pas Rega mau balik, dia malah jatuh dari tangga," jawab Jiro agak gugup.
"Jangan berbohong," desis Arga sambil mengangkat wajahnya dengan mata yang langsung menghunus tajam. Jiro gelagapan mendapat tatapan seperti itu. Padahal Arga adalah adik kelas, tapi saat mata itu menatapnya, ia seakan melihat sosok dewasa dengan aura tak main-main.
"Gue ..."
Ucapan Jiro terputus oleh suara lenguhan Rega. Arga langsung mengalihkan perhatiannya kembali pada sang adik yang mulai tersadar. Kedua mata itu terbuka perlahan, kemudian menatap lurus pada langit-langit. Tangannya terangkat untuk memijat kepala yang terasa berdenyut.
Rega menoleh saat tangan lain menggantikan memijat pelipisnya. "Pusing, ya?" tanya Erga dengan sorot khawatir.
Rega mengangguk. Ia beralih pada Arga yang juga tengah menatapnya. "Bang Ar," panggil Rega lirih.
"Ya, butuh sesuatu?" tanya Arga dengan nada lembut, membuat Jiro yang masih berada di sana menjatuhkan rahang.
"Kaget 'kan, lo? Belum aja liat gimana mereka kalo di rumah," celetuk Taijo yang melayang di samping Jiro, membuat remaja itu reflek mengusap lengannya.
"Kok merinding?" tanya Jiro dalam hati.
Kembali pada Arga yang tengah menanti jawaban Rega. Terlihat bungsu triplets itu kini melengkungkan bibirnya ke bawah.
"... Laper," cicit Rega melas.
Erga dan Arga kompak menatap tajam seseorang yang diduga menjadi tersangka utama. Jiro gelagapan mendapat dua tatapan tajam sekaligus. Ia dengan buru-buru mengangkat plastik di tangannya.
"Hehe ... gue udah beliin makanan kok buat Rega," ucap Jiro sambil tersenyum kikuk.
Arga dan Erga menghela nafas. "Berikan." Jiro dengan cepat memberikan makanan itu pada Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
A.Y.O Transmigrasi!
FantasíaNOT BXB!! NOH UDAH PAKE CAPSLOCK, BIAR KELIATAN. Ardi si CEO, Yudha si remaja narsis, dan Ozan si pencuri, tiga orang yang mengalami kejadian di luar nalar Berawal dari aksi kejar-kejaran, ketiganya justru berakhir di tubuh kembar tiga atau triplets...