A.Y.O__Part 4

10.8K 1.2K 25
                                    

Happy reading
Jangan lupa vote dan komennya
Note: mulai bab ini kita gunakan nama triplets

*

*

*

Seusai makan malam, kini triplets sudah berada di ruang kerja Vano. Mereka duduk berjajar di sofa panjang sembari menunggu Vano yang sedang memeriksa pekerjaan. Erga mengedarkan tatapannya ke sekeliling. Ruangan ini cukup mewah untuk ukuran ruang kerja pribadi. Ada beberapa pajangan antik dan figura yang berderet di atas rak.

"Pak, ini kita disuruh lomba diem-dieman kah? Tadi katanya suruh kesini, tapi kok malah ditinggal kerja?" sinis Rega.

Vano mengangkat wajahnya mendengar ucapan sinis putra bungsunya itu. Bahkan ia bisa melihat tatapan julid di wajah anaknya yang terkenal pendiam. Duda lima anak itu menghela nafas lalu bangkit dari kursinya. Ia berjalan mendekati ketiga anaknya yang sedang sibuk dengan dunianya masing-masing.

Arga yang terlihat memejamkan mata dengan kepala bertumpu pada tangan, Erga yang sepertinya tengah terpukau melihat sebuah pajangan antik di meja, dan Rega yang sedang menatap sinis ke arahnya.

"Siapa yang kamu panggil 'Pak' itu?" tanya Vano sambil menatap tajam Rega.

Dengan watadosnya Rega menjawab, "ya bapak, lah. Yang tua disini siapa? Nggak mungkin saya manggil Abang saya dengan panggilan itu." Sambil menunjuk Vano dengan telunjuknya.

Tatapan Vano semakin menajam, namun detik berikutnya ia memilih menghela nafas. Enggan meladeni ucapan putra bungsunya yang terlihat berbeda malam ini. Pria itu pun mendudukkan diri di kursi single tepat di hadapan triplets. Tatapannya memindai satu persatu wajah mirip anak-anaknya.

"Daddy ingin bertanya pada kalian. Kenapa kalian selalu mengganggu Griselda, hm? Tidak cukupkah kalian mengacuhkan dia dan ibunya saat di rumah? Kenapa kalian juga membullynya saat di sekolah? Daddy memasukkan dia ke sekolah yang sama dengan kalian, agar bisa saling dekat. Bukan malah membullynya," tanya Vano beruntun. Ia menatap satu persatu wajah triplets, menanti jawaban.

"Kek wartawan aja si bapak. Nanyanya satu satu napa sih, Pak? Puyeng saya ini mau jawab yang mana dulu." Bukan jawaban, tapi Vano malah mendengar keluhan dari bungsunya.

"Anu ... Griselda itu siapa?" tanya Erga bingung.

Hening. Semua bungkam dengan pertanyaan Erga yang jiwanya telah diisi Ozan. Rega menatap jengah ke arah Erga. Sedangkan Vano diam, menatap datar si tengah triplets itu. Arga? Jangan ditanya. Biarkan dia larut dalam dunianya.

Sebuah jitakan keras menghantam kepala Erga. Bahkan Vano yang melihatnya dibuat kaget dengan perlakuan si bungsu yang tiba-tiba. Apalagi nampak jelas jika wajah paling kecil di antara tiga orang itu tengah memendam rasa kesal yang amat sangat.

"Lo kalo pikun liat waktu dulu bisa nggak sih? Dongo kok dipelihara," omel Rega.

"Ya 'kan gue nanya. Orang gue nggak kenal kok. Terus salah gue dimana?" tanya Erga kesal sambil mengusap kepalanya.

"Ya salahnya lo malah nanyain siapa itu Griselda," jawab Rega ngegas.

"Lah salah? Kan kita emang nggak kenal. Emang lo kenal dia?" protes Erga tak kalah ngegas. Vano memijat pelipisnya melihat perdebatan kedua putranya. Bahkan si sulung triplets pun seperti tak punya niatan melerai perdebatan itu.

"Cukup. Daddy meminta kalian kemari untuk minta penjelasan, bukan menonton perdebatan kalian. Sana, kembali ke kamar," usir Vano yang sudah lelah.

Erga dan Rega saling pandang, lalu menjawab serempak, "oke!"

Keduanya dengan santai melenggang pergi dari ruangan itu, meninggalkan si sulung yang entah bagaimana kabarnya.

"Arga," panggil Vano yang ikut lelah melihat putra satunya itu memejamkan mata sedari tadi.

A.Y.O Transmigrasi!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang