A.Y.O__Part 24

4.5K 559 67
                                    

Ehem, abis pencet notif pencet bintangnya sekalian ngapa?

Happy reading

*

*

*

"Halo anak-anak, lama tidak bertemu," sapa wanita itu sambil tersenyum.

Erga dan Arga mengeraskan rahang mereka. Tatapan kedunya menusuk tepat pada sosok wanita bergaun merah yang jarang mereka temui itu.

"Yora," gumam Erga dan Arga bersamaan.

Yora tersenyum miring. "Bukankah panggilan 'ibu' lebih baik ... anak-anak?"

"Katakan apa maumu!" sentak Revan dengan mempertahankan sikap waspada.

Yora tertawa pelan, seakan tak terpengaruh oleh tatapan tajam dari keempat orang di depannya. Tangan kanannya terulur ke depan dengan sebuah bola kaca seukuran bola tennis di genggaman. Ia mengalihkan perhatiannya pada Taijo dan juga Revan dengan senyum remeh.

"Aku cukup takjub melihat kalian bisa menerobos dinding digital yang ku pasang. Namun bukan berarti mereka bisa meninggalkan dunia ini dengan mudah." Yora melirik sekilas pada bola di tangannya.

"Asal kalian tau, aku berhasil mendapat sedikit kendali atas bocah itu. Di dalam bola ini, kode virtualisasi dari bocah bernama Yudha itu berada. Jika aku menggenggamnya pelan seperti ini ..."

Rega yang baru saja memejamkan mata tiba-tiba berteriak keras dengan dada membusung ke atas. Hal itu terjadi bersamaan dengan Yora yang sedikit menekan bola kaca itu.

"Hahaha, lihatlah wajah kesakitan itu. Sial! Ini benar-benar menghiburku." Yora tertawa terbahak setelah melihat wajah kesakitan Rega.

"Kurang ajar!" Erga hampir saja menerjang Yora jika saja Revan tak segera menahannya.

"Apa yang kau inginkan?" Arga menggeram tertahan dengan kedua tangan terkepal erat.

"Tidak ada. Aku hanya ingin menunjukkan bagaimana caraku mengacaukan dunia ini," jawab Yora, dengan santainya menyimpan bola kaca itu kembali.

Hanya berjarak beberapa sekon saja, Yora tiba-tiba kehilangan keseimbangannya. Ia hampir saja limbung ke depan kalau saja tidak segera mempertahankan diri. Arga, Erga, dan Revan saling pandang.

"Aarrgghhh! Sial! Kau ini memang pengganggu!" Yora terus berteriak sambil memukul kepalanya sendiri. Ia seakan tengah memperebutkan kesadarannya dengan sesuatu. 

Yora menatap orang-orang di depannya sambil menunjuk mereka dengan jari. "Tunggu saja. Permainan ini baru akan dimulai."

Perlahan, tubuh Yora mulai menjauh seiring teriakannya yang mengecil. Revan menghela nafas lega kemudian beralih menatap ketiga putranya.

[Bagaimana dengan Yudha?]

"Dia tidur," jawab Arga sambil menunduk menatap sang adik yang kembali terlelap. Tangannya mengusap dada Rega dengan lembut.

Revan mengalihkan pandangan pada Erga yang sedang menatapnya bingung. Ia tersenyum tipis sambil menepuk pundak Erga. [Sepertinya aku harus mengulang cerita dari awal.]

•••••A.Y.O•••••

Erga menatap kosong ke depan. Otaknya tengah mencerna sebuah fakta yang baru ia ketahui. Dinginnya udara malam sama sekali tak ia hiraukan. Erga masih tetap diam memeluk lutut sambil menatap gelapnya langit malam.

"Er." Erga hanya melirik sekilas saat Arga memanggil kemudian duduk di sampingnya. Tangan sang kakak meraih pundaknya, menariknya untuk bersandar di bahu lebar itu.

A.Y.O Transmigrasi!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang