A.Y.O__Part 16

9.7K 1.1K 99
                                    

Siapa nunggu triplets?
Jangan lupa vote sebelum baca

*

*

*

Happy reading

*

*

Arga memejamkan mata, sambil berusaha menetralkan degup jantung yang masih tak beraturan. Getaran pada kedua tangannya masihlah terlihat meskipun samar. Arga benar-benar gemetar saat membawa tubuh Rega yang hampir kehilangan degup jantungnya. Kembali terngiang di telinganya, saat mendengarkan penjelasan dokter terkait kondisi Rega yang kritis. Terlambat beberapa menit saja, mereka mungkin tak akan bisa menyelamatkan nyawa sang adik.

Arga membuka mata, tatapannya lurus mengarah pada ruangan berdinding kaca di depan mereka. Ia bangkit dari duduknya, berjalan perlahan mendekati ruangan itu. Satu tangannya menempel pada kaca, menatap dengan sendu sosok Rega yang terbaring di dalam sana. Beberapa alat kedokteran terlihat menempeli bagian tubuh kecil sang adik. Pemandangan menyesakkan itu membuat Arga tanpa sadar mengepalkan tangannya dengan erat.

"Bang Ar."

Arga menoleh ketika mendengar panggilan dengan suara lirih itu. Ia berjalan kembali menuju kursi tunggu, menghampiri Erga yang sedang memijat pelipisnya.

"Masih pusing?" tanya Arga sambil mendudukkan diri di samping Erga.

Anggukan pelan Arga dapatkan sebagai balasan. Sulung triplets itu menghela nafas kemudian menepuk pahanya sambil berucap, "berbaringlah."

Erga kembali mengangguk. Ia merebahkan diri di atas kursi dan menjadikan paha sang kakak sebagai bantal. Pijatan lembut ia dapatkan di pelipisnya, membuat Erga memejam menikmati pijatan sang kakak.

"Anak-anak!"

Arga menoleh dan mendapati kehadiran Vano yang tergesa. Penampilan pria lima anak itu terlihat sangat berantakan. Wajahnya menyiratkan kekhawatiran yang begitu nyata. Langkahnya berhenti di hadapan kedua anak yang kini terlihat kehilangan semangat.

Vano berjongkok di depan Arga. Kedua tangannya mengusap secara bersamaan kepala si kembar dengan lembut. "Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Daddy?" Erga membuka mata ketika mendengar suara yang familiar. Tatapan sayunya kini bertemu dengan netra hitam Vano yang menyiratkan kekhawatiran besar.

"Berbaring saja, Er," ucap Vano mencegah Erga yang hendak mengubah posisi.

Erga menggeleng dan tetap mengubah posisinya menjadi duduk. Ia menepuk sedikit ruang yang tercipta di antaranya dan Arga. "Daddy duduk di sini saja."

Vano mengangguk paham. Ia mendudukkan diri di antara kedua putranya. Erga langsung menumpukan kepala pada pundak Vano, air matanya secara berangsur mengalir tanpa bisa dicegah. Tengah triplets itu menangis sambil menatap lurus pada ruangan sang adik.

"Daddy ... ini salah aku. Harusnya aku nggak ninggalin dia sendiri tadi. Kenapa ini terjadi sama Rega? Ini gara-gara aku, Dad," racau Erga dengan air mata yang terus mengalir dari netra kosongnya.

Vano memeluk Erga erat. "Sssttt ... tenanglah, Er. Kita doakan yang terbaik untuk Rega, okey? Jangan menyalahkan diri kamu atas apa yang terjadi. Ini semua takdir, Er. Percaya sama Daddy, Rega pasti akan baik-baik saja," hibur Vano berusaha menenangkan sang anak yang tak berhenti meracau.

A.Y.O Transmigrasi!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang