Hopes That Are Not Meant for Me

50 6 0
                                    

—Halaman ini dipublikasikan pada 28.09.2024

Yanxi menatap pantulan dirinya di cermin dengan tatapan datar, kain sutra berwarna biru tua dengan bordiran naga berkaki empat di bagian tengah yang membalut tubuh rampingnya tampak tidak lagi menarik. Rasanya berbeda saat dulu Yuanxi pernah meminjamkan pakaian tersebut padanya—hanya karena Yanxi memuji kembarannya terlihat begitu berwibawa saat memakainya. Yuanxi jadi ingin melihat Yanxi memakai jubah Putra Mahkota, tetapi anak itu malah berakhir menertawakan si adik karena Yanxi tenggelam dalam baju super kebesaran itu.

Namun entah kenapa, pakaian itu kini terasa begitu menyesakkan, seolah menyusut dan perlahan mencekiknya. Padahal Zhenyu harus bersusah payah mengikatkan sabuk giok karena pinggang Yanxi memiliki ukuran lebih kecil dari anak laki-laki kebanyakan.

"Pangeran, Kaisar dan Permaisuri sudah menunggu." Xiao Zhenyu mengingatkan, meski berat saat melihat raut sendu Yanxi. Tatapan obsidiannya yang biasa bersinar kini meredup. Zhenyu tak pernah menemukan Yanxi dalam keadaan terpuruk, selain melihat senyuman lebarnya saat bermain bersama Yuanxi.

"Sudah waktunya, ya?" lirih Yanxi sembari berbalik menghadap kasim Pangeran Mahkota. Dia menatap jubahnya dengan tatapan miris.

"Pangeran terlihat tampan hari ini." Suara celetukan yang entah darimana berasal itu membuat keduanya menoleh. Terlihat sosok Li Jianyu—sepupu si kembar tersenyum lebar di bingkai pintu.

"Jian-ge!" Ekspresi Yanxi berubah 180°, dia berlari kecil menghampiri Jianxu, sedangkan pemuda bergigi kelinci itu merentangkan kedua tangan. Menyambut Yanxi dalam pelukannya.

"Hai Domba Kecilku, lama tidak bertemu," kekehnya sembari menepuk punggung yang lebih muda dengan sayang. "Bagaimana? Merindukan Gege, tidak?"

Yanxi melepaskan pelukannya dan mengangguk. "Sangat!" balasnya riang, kontras dengan kesedihan yang ditampakkannya beberapa menit lalu.

"Aihh~" Jianyu tertawa kecil, pandangannya kemudian bergulir dari atas ke bawah. Mengamati lebih jeli penampilan Yanxi dalam jubah kebesaran Pangeran Mahkota. "Yanxi hari ini terlihat semakin tampan," pujinya dengan tulus.

Senyuman Yanxi meluntur seketika, sesuatu yang menyinggung perihal 'Putra Mahkota' mudah membuatnya merasa membenci dirinya sendiri. Ada saat-saat dimana Yanxi menyalahkan Yuanxi, meski dia tahu kakaknya tidak pernah berhak disalahkan. Kembarannya juga tak pernah mengharapkan untuk jatuh dalam tidur panjang—Yanxi mencoba menanamkan itu dalam pikirannya.

Menyadari perubahan ekspresi Yanxi, Jianyu menepuk-nepuk pucuk kepala tubuh yang lebih mungil darinya itu. "Jangan bersedih, Yuanxi pasti akan kembali." Pemuda itu kemudian mengulurkan tangannya. "Ayo kita pergi, jangan membuat mereka menunggu terlalu lama."

Dengan senyuman terpaksa, Yanxi mengangguk dan menerima uluran tangan kakak sepupunya. Sebelum keluar dari kamar Putra Mahkota, Jianxu memberi kode Zhenyu dengan senyuman tipis—seolah berkata 'Tidak apa-apa.'.

Zhenyu mengucapkan terimakasih tanpa suara, dia kemudian berjalan mengikuti kedua pangeran tersebut menuju aula. Tempat pesta untuk merayakan kesembuhan Pangeran Mahkota digelar.

"PUTRA MAHKOTA LI YUANXI DAN PANGERAN JIANYU AKAN SEGERA TIBA!"

Suara Kasim yang mengumumkan kedatangan Yanxi terdengar, genggamannya mengerat saat itu juga pada jemari Jianyu. Sebab ini akan jadi kali pertama Yanxi muncul di hadapan banyak pasang mata, meski sebagai Yuanxi.

Sang Pangeran yang merasakan tangan sepupunya mendingin, menoleh. "Semua akan baik-baik saja, ada aku, Permaisuri, Kaisar, dan Zhenyu," ujarnya lembut. "Kami akan menjagamu Yanxi."

The Moon Falls For The Sun [KUNYANG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang