Apa Kau Pernah Berciuman?

71 10 6
                                    

-Halaman ini dipublikasikan pada tanggal 2024年12月08日

"Jenderal, apa menurutmu ini akan berhasil?" Yanxi bertanya tanpa menoleh. Matanya menatap lurus pada penari istana yang sedang berlatih tarian pedang. Setiap gerakan mereka yang mengalir seperti air terekam di dalam memorinya.

Tiga hari sebelum pertandingan. Malam itu udara tidak begitu dingin, tetapi karena salju masih berjatuhan, mantel wajib digunakan, dan payung tetap harus dibawa. Jenderal Li tidak mau mengambil resiko Pangeran kesayangannya itu jatuh sakit.

Pria berusia pertengahan dua puluhan itu menoleh, "Pangeran, apa kau kedinginan?" Bukan menjawab, Li Qianwu malah melempar pertanyaan lain.

Si Cantik kontan menoleh, dia tersenyum dan menggeleng. "Tidak, aku baik-baik saja." Yanxi menghela napas pelan, menciptakan kabut tipis di sekitarnya. Pandangannya kembali tertuju pada para penari di pondokan sana. "Itu..."

"Kuat belum tentu menang, lemah bukan berarti tidak memiliki kesempatan, Dianxia."

Yanxi menoleh lagi, sepenuhnya memberi atensi pada sang Jenderal. "Manusia takut dengan hal yang tidak bisa mereka prediksi, buatlah sebuah kejutan untuknya..." Pria itu tersenyum lembut."





























"Penampilan Putra Mahkota hari ini sungguh luar biasa." Di sela-sela pertemuan di aula, seorang pejabat tiba-tiba menyuarakan pendapatnya tentang duel pagi tadi. Wajahnya yang dihiasi garis-garis halus tanda penuaan terlihat puas. "Biasanya duel akan berakhir dengan cepat, tetapi hari ini sedikit lebih lama dengan gerakan baru yang menyegarkan, Yang Mulia..." Pria itu memutar tubuhnya menghadap sang Kaisar di singgasana, dia menyatukan kedua tangannya dan membungkuk penuh penghormatan. "Sungguh saya ingin mengapresiasi Putra Mahkota sudah bekerja keras untuk hari ini, dan Yang Mulia yang telah mendidiknya dengan begitu baik."

Sang Kaisar mengangguk dan tersenyum tipis, "Pejabat Wang terlalu murah hati. Saya tidak melakukan apapun, Jenderal Li yang bertugas mendidik Putra Mahkota."

Tuan Wang mengangkat tubuhnya, dia menoleh pada sang Jenderal yang hadir di aula. "Pilihan menyerahkan Putra Mahkota pada pendidik hebat seperti Jenderal Besar tidaklah salah."

"Tuan Wang, saya rasa anda terlalu berlebihan." Li Qianwu menanggapi serius. "Bagaimanapun ini sudah tugas saya," lanjutnya.

"Tetapi Jenderal Li." Li Weiyang menyahut. "Anda juga pantas mendapat apresiasi atas perkembangan pesat Putra Mahkota beberapa tahun terakhir." Pemuda itu tersenyum lebar pada sang Paman sebelum turut memberi penghormatan. "Saya mengapresiasinya."

"Ah, benar, benar, benar! Beberapa tahu belakangan ini Putra Mahkota memang banyak berubah!"

"Begitulah berlian jika diletakkan di tempat yang tepat, maka akan semakin menyilaukan kilaunnya."

"Tetapi, Putra Mahkota hari ini juga terlalu mengulur waktu." Seseorang menyanggah. "Menghindari serangan seperti bermain kucing-kucingan, tidak pernah saya melihat Putra Mahkota seperti ini sebelumnya."

Sang Jenderal Besar Dinasti Tang melirik dengan tatapan tidak suka. 'Apa hakmu untuk berbicara begitu?' pikirnya sengit. 'Kau tidak tahu apapun, jangan banyak berbicara, yang kau hina adalah seseorang bagiku, kau ingin lidah-'

Narasi dalam kepala Li Qianwu terhenti saat Jiang Zhenwei memegang bahunya. Pria berwajah menyenangkan itu menggelengkan kepala saat tatapan mereka bertemu.

'Jangan gegabah.'

Mulut tidak bisa berbicara, tetapi mata menyiratkan segalanya. Li Qianwu hanya membuang muka dan Jian Zhenwei merutuki pria itu di tempat karena hey, cinta benar-benar membuat otak seseorang berpindah ke lutut! Jenderal Besar Dinasti Tang yang bagaikan pertapa suci dengan popularitasnya yang selangit itu diam-diam ingin memotong lidah seorang pejabat hanya karena menyinggung uhukpangeranuhuk kesayangannya.

The Moon Falls For The Sun [KUNYANG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang