—Halaman ini dipublikasikan pada 14.10.2024
Di sebuah ruang temaram, di salah satu sudut istana, beberapa orang berkumpul, masing-masing memasang ekspresi ragu penuh tanda tanya. Cahaya lilin di tengah-tengah meja menjadi satu-satunya sumber cahaya, bayang-bayang mereka menari di dinding.
"Bagaimana mungkin Putra Mahkota masih hidup?!" seorang pria dengan rambut dan janggut yang mulai memutih bersuara. Tangannya memukul meja cukup keras, pandangan mata sayunya beralih pada sosok yang duduk disebrang. "Bukankah kau sudah memastikan dia meminum racun itu?!" Kemarahan tersirat dalam nada bicaranya.
"Tentu saja," balasnya dengan sedikit penekanan. "Orang kepercayaanku sendiri sudah memastikan," tambahnya sedikit jengkel sebab dianggap tak becus melakukan pekerjaannya.
"LALU MENGAPA BOCAH SIALAN ITU MASIH HIDUP?!" teriaknya marah membuat masing-masing dari mereka tersentak karena terkejut. Diantara mereka tak ada yang berani bersuara, semua kompak menutup mulut.
"Bereskan lagi saja," sahut seseorang ringan, sembari melipat tangan di belakang kepala, memecah atmosfer tegang diantara mereka. "Kita tidak punya pilihan lain, bukan?"
"Apa kau pikir membereskan Putra Mahkota semudah membalikkan tangan?" hardik yang lain.
"Kudengar dia berada di bawah pengawasan Jenderal Li setelah insiden di pasar," tanggap pria yang tadi sempat berdebat dengan si pria tua.
"Seandainya mereka berhasil membunuhnya, ini pasti akan lebih mudah."
Si pria tua menolehkan kepala. "Bagaimana dengan para pembunuh bayaran itu? Li Qianwu yang kesetanan menangkap semua bandit pengacau."
Orang itu tersenyum. "Orang mati tidak dapat berbicara."
===
"Jenderal Li!" Jiang Zhenwei memasuki ruangan dengan cukup tergesa. Tak lupa dia memberikan salam hormat pada kedua atasannya—Jenderal Li dan Jenderal Maritim, Taerong yang kebetulan berkunjung dari benteng di pesisir barat. Keduanya sedang asik bercengkrama sebelum Zhenwei datang dan menginterupsi.
"Ada apa, Zhenwei?" Jenderal Li menoleh, sebelah alisnya terangkat naik.
Zhenwei mendongak. "Tentang para bandit..." kalimatnya tergantung. "Tiga diantaranya meninggal dengan mulut berbusa."
Jenderal Taerong berdiri, dia menatap kawannya dengan tatapan mata menajam. "Jenderal Li, mereka bukan bagian dari bandit pengacau, mereka suruhan seseorang."
Jenderal Li mencengkram pegangan kursinya, dia bangkit dengan kilat kemarahan di wajahnya. "Bawa aku pada mereka."
Zhenwei mengangguk, ketiganya kemudian pergi menuju penjara, dalam setiap langkah yang diambil, amarah Jenderal Li semakin naik berkobar. Dia hampir kehilangan Yanxi, bahkan si cantik mendapatkan luka di wajah ayunya.
"Jenderal Li, apa menurutmu dalangnya adalah orang yang sama dengan orang yang meracuni Putra Mahkota sebelumnya?" Pria yang memiliki dua iris berbeda bersuara, saat mereka berjalan beriringan di koridor panjang istana. "Kematiannya sama persis dengan dayang yang kita temukan di pelabuhan."
Suara gertakan gigi terdengar, Jenderal Li bersumpah tidak akan mengampuni dalang dibalik semua ini. Orang yang mencelakai kedua ponakannya—terutama cantiknya, Yanxi. "Akan kukejar mereka, bahkan jika itu berarti ke neraka sekalipun."
Jenderal Taerong dan Zhenwei bergidik ngeri untuk sesaat mendengar rentetan kalimat Li Qianwu. Pria itu bersungguh-sungguh, dan tidak akan ada yang berani meragukannya.
"Ampuni kami, Jenderal! Ampuni kami!" teriakan memenuhi ruang penjara bawah tanah, orang-orang di balik jeruji berteriak memohon ampun. Jenderal Li, diikuti oleh Jenderal Taerong dan Zhenwei melangkah tanpa melirik sekalipun. Membiarkan mereka tenggelam dalam keputusasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon Falls For The Sun [KUNYANG]
Fanfiction"Aku bersumpah akan mencintaimu di seluruh kehidupanku, Pangeran." "Maka jiwa dan ragaku hanya akan menjadi milikmu, Jenderal." ©Greysuns