-Halaman ini dipublikasikan pada tanggal 2024年10月14日
Srett!
"Akhh!" Yanxi meringis kala merasakan telapak tangannya tersayat pedang, dia mundur beberapa langkah sebagai gerakan refleks, sementara darah mulai mengalir dari tangannya.
"Dianxia." Jenderal Li berjalan mendekat, secepat kilat menyambar tangan Yanxi. "Kau terluka." Keduanya beradu pandang sejenak, tanpa berpikir panjang, Jenderal Li membungkukkan tubuh, menyedot darah dari luka tersebut.
Yanxi tersentak, merasakan permukaan bibir itu menyentuh telapaknya. Wajahnya memerah, tersipu malu atas perlakuan lembut sang Jenderal. "Je-jenderal Li, ini tidak perlu..." Jantungnya berdebar dengan kencang, membawa getaran aneh ke seluruh tubuhnya. "Aku baik-baik saja..."
Jenderal Li yang sedang membalut lukanya dengan sapu tangan mendongak. "Luka ini bisa menyebabkan infeksi," ucapnya dengan hangat. "Aku minta maaf, ayunan pedangku terlalu keras." Punggung tangannya mengusap bekas darah Yanxi di bibirnya.
Yanxi menggeleng tegas. "Tidak... Terluka adalah hal yang wajar..."
'Tapi aku tidak bisa membiarkanmu terluka.' kalimatnya tercekat di kerongkongan, pada akhirnya Jenderal Li mengangguk.
"Mari beristirahat sejenak," ucapnya kemudian menuntun Yanxi ke pondokan di pinggir lapangan. Keduanya duduk berhadapan.
Jenderal Li dengan sigap menuangkan teh panas dari teko kecil untuk Yanxi. Mendorong gelas kecil tersebut pada si cantik. "Minumlah, ini teh herbal yang aku pesan khusus dari tabib kerajaan. Ini akan membantu untuk memulihkan energi dan meningkatkan staminamu."
Si cantik mengerjapkan mata, tak bisa untuk tidak terkejut, wajahnya semakin memerah padam, tangannya yang sedikit gemetaran menerima cangkir mungil tersebut dengan perasaan tidak karuan. "Te-terimakasih Jenderal, kau berlebihan..."
Asap mengepul dari cangkir tersebut, Yanxi meniup-niupnya pelan sebelum menyesapnya. Kehangatan menyebar, tidak hanya ke seluruh tubuh, hatinya juga menghangat menyadari betapa intens perhatian Jenderal Li padanya.
Jenderal Li tersenyum lembut. "Tidak, kau berlatih dengan keras beberapa hari terakhir..." selanya. "Anggap saja sebagai reward. Aku juga menyiapkan bubuk tehnya." Tangannya kemudian menyodorkan satu kotak kayu, berisi teh herbal yang belum diseduh.
"Kau butuh banyak energi tambahan," tambahnya.
Yanxi meletakkan cangkir berbahan keramik tersebut setelah teh di dalamnya habis tak bersisa. Dia menatap kotak kayu itu, terpukau dan kagum, kemudian menatap Jenderal Li. "Terimakasih banyak, Jenderal..." ucapnya tulus.
Bintang-bintang bersinar terang dalam obisidiannya, jauh lebih cerah daripada bintang yang menggantung di lembayung. Pipinya yang memerah samar tampak malu-malu di bawah lentera remang. Segaris senyuman terlukis dari bibir plumnya.
Waktu terasa berjalan lebih lambat, momen itu terasa seperti selamanya, Li Qianwu tidak bisa berhenti untuk tidak memuja Li Yanxi.
"Sama-sama, Dianxia..." balasnya setelah sekian detik berlalu.
Yanxi tersenyum simpul, pandangannya tertuju pada bulan yang menggantung di langit, bersinar begitu cerah tanpa ada awan gelap yang biasa menyembunyikan eksistensinya. "Bulannya indah sekali..."
Jenderal Li menopang dagu, dia mengangguk setuju. "Benar, dia sangat cantik." Tatapannya tertuju pada Yanxi, memperhatikan setiap lekuk wajahnya yang dipahat penuh kasih dan kehati-hatian oleh sang Pencipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon Falls For The Sun [KUNYANG]
Fanfiction"Aku bersumpah akan mencintaimu di seluruh kehidupanku, Pangeran." "Maka jiwa dan ragaku hanya akan menjadi milikmu, Jenderal." ©Greysuns