—Halaman ini dipublikasikan pada tanggal 2024年12月17日
"Sialan! Li Yuanxi sialan!" Houran menendang meja, memporak-porandakan barang-barang di kamarnya dengan wajah merah penuh amarah.
Li Yuanxi... Sekali lagi mempermalukan dirinya. Li Yuanxi... Bocah sialan itu... Bagaimana bisa? Bagaimana bisa melampauinya? Dia baru saja bangun setelah dua bulan tertidur, mengapa? Mengapa dia bisa sekuat itu?
"BRENGSEK!!"
Krakk!!
Suara renyah dari dinding yang retak terdengar seperkian detik kemudian. Li Houran dengan kemarahan yang tidak terbendung meninju dinding kamarnya, tidak peduli jika tangannya terluka dan mengeluarkan banyak darah. Tidak peduli jika tulang tangannya akan hancur. Tidak ada rasa sakit yang mampu mengalahkan perasaan saat harga dirimu diinjak-injak, saat kau dipermalukan, dan dihina sedemikian rupa.
Xuan Zhou yang datang bersama Ruan Xie memekik terkejut, dengan cepat berlari mendekati sang Pangeran. Xuan Zhou menarik tangan Houran, bermaksud mengobatinya tetapi ditepis keras-keras.
Saat Xuan Zhou lagi-lagi mencoba meraih tangan Houran, Ruan Xie menghentikan. "Jangan membantu orang yang menolak uluran tanganmu—" Ruan Xie menatap Houran. "—biarkan."
Xuan Zhou menghela napas berat, menarik tangannya dengan enggan sementara Houran membuang muka dengan napas terengah-engah.
Seolah itu adalah ruangan pribadinya, Ruan Xie berjala menuju meja bundar dengan beberapa kursi, mendudukkan diri di sana dengan santai dan menuangkan teh dari teko yang tersedia. "Menghancurkan barang tidak akan membuat namamu tiba-tiba diumumkan sebagai pemenang."
Tali kemarahan Houran sudah longgar, tetapi Ruan Xie kembali menariknya, membakarnya sampai habis. Tidak peduli jika tangan Ruan Xie akan terkena tumpahan teh panas, Li Houran menarik kerah bajunya dengan tatapan bengis. Xuan Zhou dengan cepat melompat untuk melerai mereka, tetapi Ruan Xie membuatnya jauh lebih buruk dengan wajah stoik yang khas.
Xuan Zhou bahkan ragu pemuda itu akan bereaksi saat langit tiba-tiba runtuh.
"Kau! Apa kau berniat kemari hanya untuk mengejekku?!"
"Hanya mengatakan kenyataan, kalau tersinggung itu urusanmu."
Xuan Zhou menepuk dahinya sendiri, antara ingin berteriak atau menangis frustasi mendengar ucapan Ruan Xie yang tidak bisa dikontrol. Xuan Zhou tahu Ruan Xie selalu membicarakan sesuatu dari hati terdalamnya, mengungkapkan pemikirannya secara gamblang tanpa rasa bersalah, tetapi ini bukan saat yang tepat. Ruan Xie tidak lebih dari menyiram kobaran api dengan minyak.
Apalagi ditambah ekspresi sedatar papan cuciannya itu! Kepala Houran sudah ingin terbelah jadi tujuh bagian.
Li Houran mengeratkan cengkramannya pada kerah baju yang lebih muda, "Kau benar-benar ingin cari mati?" desisnya.
Ruan Xie dengan tenang membalas, "Membunuhku tidak akan mengubah keadaan, hanya akan memperparah kerusakan pada citramu."
Baik. Li Houran tidak seharusnya terpancing oleh bocah minim ekspresi itu. Dia sudah mengenal Ruan Xie lama semenjak ayahnya yang penjilat menyodorkan bocah itu untuk berkomplot dengannya. Ruan Xie dengan kepribadian apatisnya tidak akan pernah terpisahkan. Diancam sedemikian rupa, mulutnya yang terlampau licin selalu menemukan celah untuk membalas.
Sebelas dua belas sekali dengan Pangeran Kedua Macedonia. Hanya Ruan Xie terlalu pendiam dan Heraestus seperti monyet lepas kandang yang baru disuguhi dunia luar. Tidak bisa diam. Tukang membuat masalah.
Keduanya sama-sama menyebalkan bagi Houran, tetapi Ruan Xie—anak itu termasuk dalam kategori jenius meski kepribadiannya adalah perpaduan yang buruk dengan temperamen jongkoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon Falls For The Sun [KUNYANG]
Fanfiction"Aku bersumpah akan mencintaimu di seluruh kehidupanku, Pangeran." "Maka jiwa dan ragaku hanya akan menjadi milikmu, Jenderal." ©Greysuns