—Halaman ini dipublikasikan pada 29.09.2024
Fajar telah menyingsing, menggantikan gelapnya malam. Suara ayam berkokok terdengar mengudara, menandakan hari baru telah dimulai. Pagi-pagi sekali Yanxi sudah berada di lapangan latihan istana, lengkap dengan seragam latihan membalut tubuhnya dan sebilah pedang di genggaman. Padahal matahari belum menunjukkan eksistensinya sepenuhnya.
Trangg!
Suara pedang beradu di udara terdengar samar. Yanxi berdiri di tengah lapangan, tangannya gemetaran saat memegang pedang yang ternyata lebih berat dari perkiraannya. Napasnya memburu, keringat bercucuran deras dari pelipisnya. Mata bulatnya menatap lelah orang kepercayaan Jenderal yang menjadi lawannya—Jiang Zhenwei.
Dari tepi lapangan, Jenderal Li mengamati dengan tatapan tajam. Meski jarang berinteraksi dengan keponakannya, Jenderal Li tahu bagaimana sosoknya bergerak mengayunkan pedang penuh perhitungan, kepercayaan diri, tanpa keraguan. Namun, sosok Pangeran Mahkota pagi itu terlihat tidak biasa. Tangannya gemetaran menggenggam sebilah pedang—keberatan, matanya bergerak kesana-kemari gelisah, dan keraguan mengiringi setiap langkahnya. Gerakannya kaku persis seperti amatiran yang baru saja berlatih berpedang. Melihatnya kelabakan menerima serangan dari marga Jiang, Jenderal Li maju untuk menghentikan pertarungan keduanya.
"Berhenti!" Yanxi tersentak, keringat dingin mulai membasahi lehernya saat mendapati sosok Jenderal Li mendekat ke arahnya. Tatapan tajam pria itu terasa seolah menelanjangi dirinya.
Jenderal Li menoleh pada Zhenwei. "Zhenwei, beristirahatlah."
Pemuda bermarga Jiang itu mengangguk, kemudian membungkukkan tubuhnya sebelum melipir ke pinggiran lapangan. Yanxi menatap kepergian pemuda berwajah lucu itu dengan tidak rela, sebab dia selalu gentar ketika berhadapan dengan sosok Li Qianwu.
"Dianxia, langkahmu terlalu lemah, penuh keraguan, ayunan pedangmu yang biasa penuh percaya diri kini tampak seperti prajurit amatiran. Ini bukan pertama kalinya Dianxia memegang pedang, bukan?" sarkas Jenderal Li tanpa perasaan.
Sepasang mata bulat itu mengerjap, jemarinya dengan gelisah mencengkram pakaiannya. Yanxi meneguk ludahnya. "Tentu saja," balasnya mencoba tenang. "Hanya sedikit kaku setelah lama tidak berlatih."
Mata tajam Jenderal Li memincing, mengamati ekspresi gugup Putra Mahkota yang tak biasa. Pada akhirnya, lelaki itu mengangguk. "Baiklah, sekarang aku yang akan menjadi lawanmu. Mari kita mulai," katanya sambil mengangkat pedang, bersiap untuk menyerang.
Yanxi melangkah mundur kelabakan, tidak menyangka Jenderal Li sendiri yang akan menjadi lawannya. Kakinya membentuk kuda-kuda, genggamannya mengerat pada gagang pedang. Ketika Jenderal Li mengayunkan pedang, anak itu melangkah mundur menghindar.
"Jangan terlalu banyak menghindar Dianxia, di medan pertempuran, anda dikelilingi dengan banyak prajurit," ucap Jenderal Li mengkritisi gerakan muridnya. "Akan berakibat fatal jika anda terjatuh dan berakhir terinjak-injak."
Yanxi tidak membalas, jantungnya berdebar kencang, kilat ketakutan tampak setiap Jenderal Li mengayunkan pedangnya. Saat bentrokan pedang terdengar, Yanxi merasa dunia berputar lebih cepat dari yang ia bisa ikuti. Pedang terpental saat Jenderal Li menyerang dengan kekuatan yang nyata, mengirimkan getaran sampai ke ujung jari-jarinya. Yanxi terhuyung, nyaris terjatuh jika Jendral Li tak bergerak cepat menangkap bahunya.
"Mengapa kau begitu lemah hari ini?" Jenderal Li bertanya dengan suara rendah, netra coklat gelapnya mengamati setiap inci wajah Putra Mahkota yang tak pernah dia pandangi dari jarak sedekat ini sebelumnya.
"Jen-jenderal..." Yanxi berujar gugup, seketika menarik kesadaran Jenderal Li dari lamunannya. Pria itu kemudian melangkah mundur dengan ekspresi tak dapat ditebak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon Falls For The Sun [KUNYANG]
Fanfic"Aku bersumpah akan mencintaimu di seluruh kehidupanku, Pangeran." "Maka jiwa dan ragaku hanya akan menjadi milikmu, Jenderal." ©Greysuns