— Halaman ini dipublikasikan pada tanggal 2024年12月05日
Dionysius tidak tahu apa yang terjadi pada adiknya. Lihatlah ekspresi Heraestus, begitu cerah mengalahkan matahari. Senyumnya sangat lebar, jauh lebih lebar dari saat mendapati pelukis porno favoritnya merilis majalah terbaru. Kedua matanya berbinar-binar menatap Jenderal Dinasti Tang yang sibuk menyiapkan lapangan duel.
"Kau... Tidak berniat menusuk Putra Mahkota dari belakang kan?" Dionysius bertanya dengan mata menyipit curiga. Namun alih-alih menyangkal, senyuman sang tersangka malah semakin lebar, dan itu mengerikan.
"Kalau aku menusuk Jenderal Li dari belakang saja, boleh tidak?"
Dionysius ingin sekali memukul Heraestus, seandainya mereka sedang tidak berada di ruang publik.
"Ah, aku bercanda!" Menyadari ekspresi serius kakaknya, anak itu mengerang kesal. "Tapi serius, akhir-akhir ini Yan—maksudku Putra Mahkota manis sekali. Aku ingin membawanya pulang untuk dipamerkan pada Chaerestus dan Ayah! Mereka pasti senang!" Matanya berbinar-binar dengan rona kemerahan di pipi bulatnya. Puas mencetuskan isi pikiran jeleknya yang mengarah pada tindak kriminal, penculikan.
"Ya, jika Qianwu tidak membunuhmu di tempat!" Dionysius mendengkus, sementara Heraestus sekarang melengkungkan bibirnya ke bawah cemberut. Dia menggeser tubuhnya mendekat dan menggelayuti lengan kakaknya seperti koala.
"Jenderal Li sangat menakutkan." Heraestus mencebik. "...dia menatapku seolah ingin mencekikku hidup-hidup hah... hah..." katanya lagi sambil memperagakan adegan dalam kepalanya dengan mencekik lehernya sendiri. Para bangsawan yang melihat hanya bisa menggelengkan kepala karena tahu kelakuan abstrak pangeran Macedonia satu itu. Namun mereka tak berani menegur, selain dia tamu kehormatan Dinasti Tang, Heraestus berteman dekat dengan Putra Mahkota. Mereka berdua sering terlihat lengket satu sama lain seperti lalat dan sampah akhir-akhir ini. Tidak bisa dipisahkan.
Dionysius menonyor kepala adiknya sendiri, berharap otaknya kembali bergeser ke tempatnya semula. "Dia mungkin akan mematahkan lehermu," ucapnya tidak sungguh-sungguh. "Memang, kenakalan apalagi yang kau lakukan?"
Mendengar kata 'nakal', mata Heraestus mendelik sempurna, beruntung tidak sampai lompat dari sarangnya. Lantas dipukulnya bahu Dionysius tanpa berperasaan. "Kau selalu menuduhku berbuat nakal!"
Putra Mahkota Macedonia memutar bola matanya seolah bisa membalikkan langit dan bumi. "Apalagi memangnya? Terakhir kali kau dihukum karena menghasut Putra Mahkota dan sebelumnya kau juga dihukum karena menyelipkan lukisan erotis ke dalam buku Pengajar Jin. Awas sampai aku mendengar kau dihukum karena benar-benar menjalankan bisnis ilegal, aku tidak segan melaporkanmu pada ayah," ancam Dionysius yang terdengar seperti siraman rohani.
Heraestus cengengesan tanpa rasa bersalah. Bisnis ilegal yang dimaksud kakaknya adalah bisnis berjualan majalah pornografi. Ide itu dia dapat setelah melihat kehebatan tangan Huang Anwen dalam melukis. Namun setelah mencetuskannya, bukannya mendapat sambutan baik, Huang Anwen malah memukulinya.
"Harta ayahku masih banyak untuk kukeruk, aku tidak akan melakukan hal memalukan ini!" Anwen masih memiliki akal sehat, jelas sebagai bangsawan terhormat, dia menolak ide menjijikkan sahabat babinya.
Heraestus mengerjapkan mata kemudian bertanya dengan polos "Berarti jika bisnis keluargamu bangkrut, kau mau berjualan majalah porno denganku?"
"Dasar bodoh!" Setelahnya, Heraestus menjadi samsak hidup Huang Anwen. Sangat menyedihkan. Padahal menurutnya ide ini sangatlah brilian, hitung-hitung penghasilan sampingan. Siapa yang tahu apa yang terjadi di masa depan kan? Inflasi bisa terjadi kapapun.
Sebenarnya Heraestus bisa saja menjalakan bisnisnya seorang diri, dia memiliki daya imajinasi yang luar biasa, tetapi tangannya tidak lebih dari mimpi buruk. Terlebih, dia sudah jatuh cinta pada setiap lukisan yang dibuat mendetail oleh tangan dewa pemuda Huang. Alhasil, bisnis majalah pornonya tinggalah mimpi belaka sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon Falls For The Sun [KUNYANG]
Fanfiction"Aku bersumpah akan mencintaimu di seluruh kehidupanku, Pangeran." "Maka jiwa dan ragaku hanya akan menjadi milikmu, Jenderal." ©Greysuns