— Halaman ini dipublikasikan pada tanggal 2024年10月21日
"Salam hormat kepada Kaisar Dinasti Tang." Houran membungkukkan tubuh, memberi penghormatan pada sang Kaisar di tahta kebesarannya.
Kaisar mengangkat tangan, meminta sang Pangeran berdiri. "Pangeran Houran, ada perlu apa sampai repot menemuiku?" sebelah alisnya terangkat, melihat gerak-gerik tidak biasa keponakannya.
Houran berdehem, dia melirik para pejabat, salah seorang diantara mereka tersenyum tipis penuh arti. Sementara Jenderal Li menatap pemuda itu dengan tatapan menyiratkan ketidak sukaan. Tahu apa niat busuk yang disembunyikan.
Tidak ada yang bersih di istana ini, semua penuh intrik dan kebohongan. Tidak ada putih, tidak ada hitam, semua kelabu, penuh ketidakpastian.
Houran mengepalkan tangan kanan, tangan kirinya terbuka membalut kepalan tangan kanan. Dia angkat kedua tangan setinggi dada sembari menundukkan kepala. "Yang Mulia..." Houran menjatuhkan lututnya. "Hamba ingin meminta izinmu untuk mengadakan duel resmi dalam rangka persahabatan antar Pangeran dan Bangsawan."
Sang Kaisar mengangguk pelan. "Lanjutkan."
"Sudah lama berlalu sejak hamba terakhir berduel dengan Pangeran Yuanxi, di mana Putra Mahkota selalu mengalahkan hamba. Hamba menerima kekalahan-kekalahan itu dengan lapang dada. Namun, belakangan ini banyak kabar simpang siur di istana tentang Pangeran Yuanxi..." Houran sedikit mengangkat kepalanya, menatap Kaisar yang tampak ragu. "Para bangsawan mulai meragukan kemampuan bertarungnya. Oleh karena itu, hamba memohon diadakan duel resmi, sebagai pembuktian sekaligus kesempatan bagi hamba untuk memperbaiki kekalahan di masa lalu."
Jenderal Li mengepalkan tangan. Perbaikan masa lalu apanya. Li Houran mungkin berniat mencelakai Yanxi yang dikiranya sebagai Yuanxi si tanpa celah. Sedangkan para pejabat istana saling berbisik, membenarkan argumen Houran tentang kabar yang ramai dbicarakan di istana.
Melemahnya Putra Mahkota membawa kekhawatiran yang besar, meski beberapa memberi maklum sebab Pangeran baru saja kembali sehat.
Hal yang dikhawatirkan kini terjadi satu-persatu. Si bungsu pada akhirnya harus menghadapi orang-orang di Istana yang penuh kelicikan. Demi menjaga kehormatan Putra Mahkota, Kaisar tak bisa menolak, selain menyerahkan sisanya kepada Li Qianwu.
"Kuizinkan," balas sang Kaisar berat hati.
Senyuman Houran terulas, pemuda itu bangkit dan membungkukkan tubuhnya sekali lagi. "Terimakasih Yang Mulia telah bersedia memberi saya kesempatan, saya akan berusaha keras untuk tidak mengecewakan."
===
"Apa?! Duel?!"
Kabar duel resmi antara Putra Mahkota dan Li Houran tersebar luas ke seluruh penjuru istana. Dinding memiliki telinga, meski mulut tak berucap. Permaisuri Meiling tidak bisa menahan diri setelah mendapat laporan dari dayang kepercayaannya. Dia taruh cangkir teh keramik mahalnya dengan sedikit kasar, membuat si dayang tersentak.
"Benar Yang Mulia," balasnya pelan, mempertahankan suaranya agar tidak bergetar. "Kaisar sendiri sudah memberi izin kepada Pangeran Houran di aula hari ini."
Sang Permaisuri menatap penuh ketidak percayaan. Lantas dia bangkit, membuat para dayang sigap menegapkan tubuh. "Antar aku bertemu dengan Kaisar," titahnya tidak terbantahkan.
"Baik Yang Mulia."
Para dayang dengan cepat menyiapkan payung, memayungi kepala sang Permaisuri, melindunginya dari teriknya sinar mentari. Permaisuri Meiling hampir tak pernah meninggalkan paviliun saat matahari menggantung tinggi di langit, demi kesehatannya atas perintah Kaisar, terkecuali dalam acara tertentu yang mengharuskan kehadiran ibu negara Dinasti Tang datang. Dalam hati para dayang meringis, selain takut melihat tampang Permaisuri yang biasa tenang kini mengeruh seperti genangan air sehabis hujan, mereka takut mendapat hukuman dari sang Kaisar yang protektif pada istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon Falls For The Sun [KUNYANG]
Fanfiction"Aku bersumpah akan mencintaimu di seluruh kehidupanku, Pangeran." "Maka jiwa dan ragaku hanya akan menjadi milikmu, Jenderal." ©Greysuns