—Halaman ini dipublikasikan pada 01.10.2024
Di dalam aula besar, para murid bangsawan duduk berderet di meja-meja kayu megah, sebagian besar dari mereka memusatkan perhatian pada Lan Zhao, guru pengajar Ilmu Taktik dan Strategi Perang yang terkenal keras. Di bangku paling depan, duduklah Yanxi yang mencoba keras memahami pelajaran yang sedang di bahas.
Jianyu duduk di bangku kiri Yanxi, sesekali melirik untuk memastikan adik sepupunya baik-baik saja. Sementara Pangeran Macedonia—Heraestus yang duduk di bangku sebelah kanan Yanxi tampak setengah tertidur dengan dagu hampir menyentuh meja.
Lao Zhan mengangkat dagu, berjalan angkuh ke depan kelas. "Pangeran Mahkota," panggilnya dengan suara keras hingga menggema, menarik perhatian seluruh kelas. "Bisakah kau menemukan dimana kecacatan strategi pengepungan ini? Dan bagaimana cara untuk memperbaikinya?"
Seluruh pandangan tertuju pada Yanxi, termasuk Heraestus yang tersentak saat hampir memasuki alam mimpi, begitu Lan Zhao memanggil Putra Mahkota. Pemuda berkulit tan itu cepat-cepat membenarkan posisi duduknya dengan pandangan lurus ke depan.
Sementara Yanxi, matanya bergerak gelisah menatap kesana kemari, seolah tengah mencari jawaban. Diagram dan penjelasan strategi Lan Zhao membentuk kabut tebal di otaknya.
"A-aku..." Reaksi alaminya saat sedang gugup bekerja, tangannya mulai gemetaran di atas meja. Yanxi mencoba merangkai kalimat untuk memberi jawaban, tetapi dia tahu dia tak memiliki jawaban yang memadai. "Maaf Guru, saya belum bisa memahaminya..."
Keadaan berubah hening, Jianyu membuat gerakan-gerakan kecil untuk menggambarkan kegelisahannya. Heraestus hanya melirik tetapi penuh tanda tanya dalam benaknya.
Lan Zhao mendengus dingin, kakinya melangkah mendekati Yanxi. "Putra Mahkota, anda tidak hanya mewakili diri anda sendiri disini. Anda penerus tahta Dinasti Tang. Apakah anda berpikir bahwa musuh akan memberikan waktu untuk merancang strategi?"
Heraestus meringis mendengar teguran Lan Zhao, dirinya turut dilanda cemas melihat Yanxi begitu kebingungan di tempatnya.
Lan Zhao mendekat, menundukkan tubuh untuk mensejajarkan pandangan pada wajah sang Putra Mahkota. "Saya tidak peduli jika anda merasa tidak siap, Pangeran. Di medan perang, tidak siap berarti kematian, bukankah seharusnya anda memahami itu?!"
Jianyu mulai merasa tak nyaman, melihat Yanxi ditekan oleh Guru Taktik kerajaan dihadapan banyak orang. Adiknya pasti terluka.
Di sudut belakang ruangan, Jenderal Li berdiri, melipat tangan sembari bersandar di dinding. Tatapan mata setajam elangnya tertuju pada punggung kecil yang gemetaran di depan. Pikirnya semakin dibuat kebingungan.
Yanxi menunduk, merasakan seluruh perhatian berpusat padanya. Wajahnya memerah, merasa malu, dan tidak berdaya—yang mana itu tidak pernah dilakukan Yuanxi. Menyadari betapa kecil dirinya di bawah bayangan Yuanxi, semakin menenggelamkan rasa percaya diri Yanxi.
Lao Zhan kembali menatap ke seluruh kelas. "Siapa yang akan menjawab?"
Jianyu mengangkat tangan tanpa berpikir panjang, tidak tahan dengan situasi yang seolah menyudutkan Putra Mahkota. "Saya yang akan menjelaskan," katanya cepat.
Jianyu berdiri, melangkah ke depan kelas dengan mata pandangan tak bisa lepas dari Yanxi. Semua gerak tubuhnya, tatapan matanya tanpa sadar terekam baik dalam memori sang Jenderal yang semakin merasakan kejanggalan.
"Baik, kau bisa kembali Pangeran Jianyu." Lan Zhao berucap setelah puas mendengar jawaban Jianyu. Mata sipitnya kemudian melirik Yanxi yang masih diam membatu. "Kuharap kau dapat mengerti penjelasan Pangeran Jianyu, Putra Mahkota."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon Falls For The Sun [KUNYANG]
Fanfiction"Aku bersumpah akan mencintaimu di seluruh kehidupanku, Pangeran." "Maka jiwa dan ragaku hanya akan menjadi milikmu, Jenderal." ©Greysuns