—Halaman ini dipublikasikan pada tanggal 07.10.2024
"Bagaimana perkembangan Putra Mahkota?" Kaisar bertanya, sembari menuangkan arak dari teko berbahan keramik ke gelas kecil untuk mereka berdua.
"Kaisar, biar saya—" ucapan Jenderal Li terhenti seketika saat Kaisar mengangkat tangannya. Meminta diam.
Setelah menuangkan arak tersebut, disodorkannya satu untuk sang Jenderal. "Nikmatilah, malam ini cuaca sedang tidak bersahabat," ucapnya ringan, meski nadanya terdengar sedikit letih.
Jenderal Li menganggukkan kepala, senyuman tipis terukir, menampakkan sedikit cacat di pipinya. "Terimakasih Kaisar."
Kaisar mendongak, tatapannya datar tetapi ada jejak kelelahan di kantung matanya. "Jangan terlalu formal jika kita sedang berdua," ucapnya dengan nada sedikit sangsi. "Kau lupa, Qianwu?"
"Maaf, Ge, sudah terbiasa." Jenderal Li terkekeh canggung, sudah lama sejak terakhir kali berkomunikasi secara pribadi dengan sang Pemimpin Dinasti Tang. Suasana diantara mereka tak seakrab dulu, jarak terbentang seiring berjalannya waktu.
Kaisar mengangguk ringan sebelum melanjutkan. "Jadi, bagaimana?" tanyanya lagi, pandangannya menajam, suasana berubah menjadi lebih serius.
Jenderal Li menegapkan tubuhnya, tatapan matanya menyiratkan sesuatu. "Boleh aku mengutarakan sesuatu?" tanyanya dengan hati-hati.
"Apa yang ingin kau katakan?" Kaisar meletakkan gelasnya dengan lembut.
Ada keheningan sejenak, Jenderal Li memutar otak, menyusun kalimat sebaik mungkin. "Putra Mahkota terasa berbeda." Dia membuka dengan hati-hati. "Dia sangat asing dengan ilmu bela diri, bahkan hari ini dia mendapat terguran keras dari Lan Zhan."
Kaisar tidak berekspresi lebih, setia memasang wajah lempeng, menyimak dengan tenang.
"Kalau boleh jujur, pribadinya juga berubah banyak, dia mudah gemetar ketakutan, berbeda dengan sosok Pangeran yang aku kenal berani sebelumnya." Helaan napas berat terdengar setelahnya. "Apa terjadi sesuatu dengan Putra Mahkota?"
Sepasang iris kembar coklat gelap itu meniti ekspresi Kaisar, ada perubahan yang tak terlalu kentara jika hanya dilihat dalam sekelebat mata.
"Kau tahu jelas Pangeran Yuanxi menderita sakit parah sampai tidak sadar selama dua bulan, aku harap kau memakluminya Qianwu, meski aku tahu kerasnya dunia kemiliteran." Entah hanya perasaan Jenderal Li, suara Kaisar terdengar memberat saat menyebut nama 'Yuanxi'. Ada setitik rasa bersalah di wajahnya.
"Qianwu, bisakah aku memintamu untuk melatihnya secara pribadi saja? Aku akan mengurangi tugasmu, gantinya pakailah waktumu untuk membimbing dia," tambah sang Kaisar sembari menuangkan arak ke dalam gelasnya yang sudah kosong.
"Ge, kau terdengar seperti sedang melindunginya." Jenderal Li menanggapi secara blak-blakan.
Pria paruh baya itu tersenyum. Sorot matanya menyendu menatap gelas di tangannya, jemarinya menggenggam erat seakan ada sesuatu yang menekannya. "Dia kesayanganku, Qianwu. Aku sudah gagal mencintainya, setidaknya aku harus melindunginya dari orang-orang di istana ini."
Ada jeda yang panjang diantara mereka, Jenderal Li dalam diam mempelajari gerak-gerik sang Kaisar. Ada sesuatu yang lebih dari jatuh sakitnya Putra Mahkota.
"Bukan aku tidak mau Ge." Jenderal Li membalas akhirnya. "Jika kita terlalu memanjakannya disamping tanggung jawab besarnya sebagai calon penerus tahta, bagaimana masa depan Dinasti Tang?"
"Aku mendidiknya dengan keras agar dia tidak dipermalukan di muka umum, diragukan oleh rakyat, dan rendah diri di hadapan raja-raja besar dunia."
Senyuman terukir di wajah letih Kaisar. "Kau sepertinya sangat memperhatikannya ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon Falls For The Sun [KUNYANG]
Fanfiction"Aku bersumpah akan mencintaimu di seluruh kehidupanku, Pangeran." "Maka jiwa dan ragaku hanya akan menjadi milikmu, Jenderal." ©Greysuns