— Halaman ini dipublikasikan pada tanggal 2024年11月27日
Semerbak wangi dupa menjadi sambutan saat menginjakkan kaki ke dalam kuil. Cahaya remang-remang yang berasal dari lilin-lilin kecil selaras dengan langit menjelang pagi di luar. Ayam jantan belum berkokok, dan burung belum bernyanyi di dahan pohon. Bulan masih bersinar cerah di langit, sementara matahari masih bersembunyi di peraduannya.
Yanxi dan Jenderal Li duduk berdampingan di depan altar, melipat kaki di atas alas sembayang yang disediakan. Di hadapan mereka, berdiri kokoh patung Jenderal Agung Svarga, berdampingan dengan Dewa Gehenna, tidak terpisahkan. Perlahan, keduanya mengambil dupa masing-masing, menyatukan tangan mereka dalam sikap berdoa.
Dengan gerakan serempak, mereka menyentuhkan dupa pada kening. Keheningan merayap, dengan khidmat mereka memejamkan mata, hati berucap lirih seperti angin, merapal doa-doa dan harapan.
Yanxi mengambil napas perlahan, 'Kepada Dewa Gehenna, aku berdoa kepadamu, berkatilah aku dengan keberanian, dengan tekad yang menyala seperti api di keabadian.
Kepada Jenderal Agung Surgawi, berikan restumu, berikan aku keyakinan, dan uluran tangan pertolonganmu. Semoga hari ini aku tidak mengecewakan. Berkatilah aku, dewa...'
Disisi lain, Li Qianwu memantapkan hatinya. 'Dewa-dewaku, berkatilah kekasih hatiku dengan keberanian, berikanlah kekuatan padanya, ulurkan tangan kalian untuk melindunginya.
Dewa-dewaku, akan aku serahkan segala yang kumiliki, dekaplah dia selalu, kasihilah dia. Aku mencintainya sebagaimana Jenderal Surgawi mengabdi pada Dewa Gehenna, maka aku akan mengabdikan hidupku padanya.'
Setelah beberapa saat, mereka membuka mata, saling melirik satu sama penuh ketenangan. Jenderal Li tersenyum tipis, Yanxi mengangguk pelan. Kemudian, mereka merapatkan tangan di depan dada, dengan gerakan serempak menundukkan tubuh untuk melakukan penghormatan pertama sebagai simbol harapan.
'Aku ingin menjaga kehormatan Yuanxi, sebagaimana dia menjagaku...'
'Aku berjanji akan menjaganya, selalu, tidak peduli apapun bayarannya.'
Saat bangkit, mereka bertukar pandang, memberi isyarat kecil penuh makna. Yanxi memejamkan mata, bersamaan mereka mengangkat dupa, meletakkannya di kening sebelum kemudian menunduk untuk melakukan penghormatan kedua.
'Aku tidak ingin mengecewakan Ibu, Ayah, Yuanxi, dan Jenderal Li...'
'Aku berjanji akan selalu bersamanya, baik dalam suka maupun duka.'
Mereka melangkah maju untuk penghormatan ketiga, yang dilakukan secara perlahan dan penuh perasaan. Di dalam budaya Tiongkok, gerakan tiga kali penghormatan biasa dilakukan sebagai salah satu ritual oleh pasangan yang telah menikah.
'Berkatilah aku, Dewa...,'
'Aku bersumpah kepadamu, Dewa-Dewaku.'
Setelah mereka menyelesaikan tiga kali penghormatan, Yanxi dan Jenderal Li meletakkan dupa mereka di tempat pembakaran. Keduanya berdiri, membungkukkan tubuh sejenak kemudian melangkah keluar dari kuil bersama.
"Aku tidak tahu jika Pangeran memuja Jenderal Agung Surgawi dan Dewa Gehenna. Setahuku, jarang sekali manusia mengabdikan diri pada Gehenna." Jenderal Li membuka suara ketika mereka berjalan beriringan menjauh dari bangunan kuil.
Yanxi tersenyum tipis, pandangannya tertuju pada matahari yang mengintip malu-malu dari cakrawala. "Kisah mereka sangat indah, pengabdian Jenderal Agung Surgawi kepada Dewa Gehenna selama ribuan tahun, siapa yang tidak terharu?" tanyanya tanpa menatap sang lawan bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon Falls For The Sun [KUNYANG]
Fanfiction"Aku bersumpah akan mencintaimu di seluruh kehidupanku, Pangeran." "Maka jiwa dan ragaku hanya akan menjadi milikmu, Jenderal." ©Greysuns