—Halaman ini dipublikasikan pada tanggal 2024年11月04日
Yanxi berjalan dengan pelan menyusuri hutan di perbukitan. Dia pergi ke paviliun rahasia seorang diri tanpa ditemani siapapun, termasuk Xiao Zhenyu yang biasa setia mengintilinya bagai anak ayam. Pakaian yang digunakan Pangeran pun bisa dikatakan cukup tipis, hanfu tidur putih hampir menerawang dan dilapisi dengan mantel bulu yang dipakai cukup serampangan. Rambut hitam legamnya yang biasa berkilau di bawah matahari dibiarkan terurai tanpa ada niat untuk mengikatnya. Sesekali sang Pangeran menguap, dia bangun pagi-pagi sekali tadi, semoga para dayang dan penjaga di paviliun Matahari Terbit tidak terkena serangan jantung mendadak saat menyadari kepergiannya. Matanya yang masih berat mencuri pandang sekilas ke arah timur, matahari belum sepenuhnya tampak, garis-garis kemerahan membentang cantik sepanjang cakrawala.
Srrkk.. srkrk...
Saat melangkah, kakinya tanpa sadar tersandung sebuah akar pohon, Yanxi hampir jatuh ke atas tanah berlapis salju dingin seandainya seseorang tidak segera menangkapnya.
"Hati-hati Dianxia..."
Mendengar suara yang dikenalnya, kesadaran Yanxi seolah ditarik kembali dalam sekejap. Dengan cepat kepalanya mendongak, menemukan sosok Jenderal Li menatapnya jenaka sembari memeluknya. Tubuhnya membeku seketika, menyadari dimana telapak tangan besar milik Li Qianwu bertengger. Pinggangnya terasa hangat, sementara wajahnya mulai memanas. Debaran jantungnya berdetak tidak karuan.
Yanxi mengerjapkan mata. "Je-jenderal Li..." ucapnya terbata-bata, seperti anak kucing yang ketahuan habis mencuri ikan milik tetangga.
Jenderal Li berdehem pelan. "Jangan pergi seorang diri, Dianxia..."
Yanxi melangkah mundur, melepaskan diri dari pelukan sang Jenderal, remaja itu tersenyum kaku sembari mengibaskan tangannya dengan gerakan canggung. "Ha...ha..ha... Aku hanya sedang ingin mencari udara segar saja." Matanya menatap ke arah lain, sebisa mungkin menghindari tatapan Jenderal Li yang terasa seolah menelanjanginya di tempat.
Sang Jenderal terdiam, tetapi pandangannya menyusuri penampilan acak-acakan Putra Mahkota dari atas ke bawah dengan penuh minat. Pria itu menelan ludahnya sendiri. Hari sudah berganti pagi, tetapi Dewi Bulan seolah baru turun dari singgasananya.
Cantik, cantik, cantik
Tidak ada kata yang mampu menggambarkan rupa sang Pangeran.
Li Qianwu menghela napas, dia tersenyum. "Aku mengerti." Kakinya melangkah mendekat, kemudian merendahkan diri untuk membenarkan mantel bulu Putra Mahkota dengan lembut. "Aku hanya khawatir." Matanya menatap penuh arti pada Yanxi.
Yanxi hanya bisa terdiam, dia tertawa kaku, menggaruk pipinya yang tidak gatal. "Aku tidak pergi kemana-mana Jenderal."
"Khawatir tetap khawatir Dianxia." Sorot matanya menggambarkan ketulusan yang mendalam. "Jika kau ingin pergi, kemana pun itu, pergilah bersamaku, agar aku bisa memastikan bahwa kau baik-baik saja." nada posesif tersirat dalam ucapannya, Yanxi semakin dibuat salah tingkah.
Matanya melirik kesana kemari dengan senyuman yang dia yakini tampak seperti cengiran keledai. Yanxi menghela napas, kemudian menundukkan kepala. "Maafkan aku..."
Jenderal Li menggeleng. "Tidak perlu meminta maaf." Tangannya tanpa izin terulur menepuk-nepuk kepala Yanxi. "Ayo kita kembali," ajaknya sembari mengulurkan tangan.
Yanxi terdiam, menatap uluran tangan tersebut sebelum menerimanya dengan senyuman hangat. "Tentu..."
Kedua lelaki itu berjalan bersama, menggenggam tangan satu sama lain di bawah benang-benang merah matahari. Jenderal Li di depan memimpin jalan, sementara Yanxi mengikuti di belakang. Saat matanya menatap tautan tangan mereka, wajah Yanxi semakin memerah, membuatnya menaikkan mantelnya sampai menyentuh ujung hidung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon Falls For The Sun [KUNYANG]
Fanfiction"Aku bersumpah akan mencintaimu di seluruh kehidupanku, Pangeran." "Maka jiwa dan ragaku hanya akan menjadi milikmu, Jenderal." ©Greysuns