Bab 18: Pergi ke China

150 30 11
                                    

Jisung terdiam setelah dia mendengarkan ucapan Lee Huisung, ayah kandungnya. Beberapa kali Jisung mengerjapkan matanya karena dia masih tidak percaya akan apa yang sang ayah katakan kepadanya sekitar beberapa menit yang lalu.

Tetapi, sepertinya, tidak hanya Jisung yang terkejut. Bahkan, Lee Byul pun juga ikut terkejut setelah mendengar ucapan suaminya yang ia rasa sangat tidak masuk akal.

"Kenapa kau malah menyuruh bocah ini yang pergi ke China?! Bukankah kau bisa menyuruh Jeno untuk melakukannya?!" seru Byul marah.

Kedua matanya yang melotot dan berwarna merah itu, membuat Jisung teringat dengan banteng yang biasa ia tonton di kartun. Jisung berusaha menahan tawanya karena dia membayangkan di kepala Byul terdapat dua tanduk besar seperti banteng. Di kedua lubang hidungnya mengeluarkan asap seperti banteng yang mengamuk.

Sungguh, saat ini Byul terlihat seperti itu di mata Jisung. Maka dari itu, Jisung memutuskan untuk tidak melihat ke arah Byul lagi.

"Abeoji sedang menghukumnya. Dia sudah beberapa hari tidak pergi ke kantor dan tugasnya sudah menumpuk. Abeoji ingin Jeno fokus dengan tugas-tugasnya yang menumpuk itu" jelas Huisung membuat Byul mendengus tidak percaya.

"Tua bangka itu. Apa kau tidak sadar kalau dia ingin anak ini yang menjadi penerus selanjutnya?! Apa kau tidak memikirkan nasib anak kandungmu sendiri?!" seru Byul lagi dan kali ini nada suaranya lebih tinggi dari sebelumnya.

Huisung menghela nafas lelah.

"Jisung juga anakku, Byul."

"Dia hanya anak dari jalangmu itu!"

Jisung mengepalkan kedua tangannya setelah dia mendengar Byul kembali mengejek Park Saera, ibu kandungnya.

Byul tidak pernah menyebut Saera dengan namanya. Dia hanya memanggil Saera dengan panggilan jalang, pelacur, dan pembawa sial.

Jika suasana hatinya sedang bagus, Byul akan memanggil Saera dengan panggilan "wanita itu".

"Kau dan adik kecilmu yang tidak bisa diam! Inilah akibat dari perbuatan brengsekmu itu kepadaku, Huisung!"

Lee Huisung hanya bisa memijit pangkal hidungnya setelah dia melihat Byul keluar dari ruang kerja milik Jeno itu sambil menutup pintunya dengan keras.

"Nah, Jisung-ah, pergilah ke Shanghai, China dan temui Zhong Chenle, dia adalah penerus selanjutnya dari Keluarga Zhong. Banyak hal yang bisa kau pelajari darinya nanti" jelas Huisung.

"Baik, Abeoji" ucap Jisung yang sebenarnya sangat menantikan pertemuannya dengan Zhong Chenle ini.

Jisung memang ingin bertemu dengan Zhong Chenle karena Jaemin mengatakan kalau Zhong Chenle mau membantu mereka untuk menghancurkan Keluarga Lee.

Jisung pikir, dia hanya bisa bertemu dengan Zhong Chenle disaat ulang tahun kakeknya saja. Siapa yang menyangka bahwa besok dia akan bertemu dengan Tuan Muda Zhong itu?

"Tapi, yang dikatakan Nyonya Byul itu benar, Abeoji. Kenapa bukan Jeno Hyung yang pergi ke sana? Apakah benar alasannya karena hyungnim dihukum Harabeoji?" tanya Jisung yang cukup penasaran kenapa tidak Jeno saja yang pergi.

Lee Huisung menatap Jisung dengan lekat.

"Karena kakekmu, menginginkanmu sebagai penerus perusahaan utama ini, Jisung-ah" jelas Huisung membuat Jisung menahan nafasnya.

"Selama ini, kerja Jeno sangat bagus, kakekmu tidak pernah kecewa dengan kerja Jeno. Tetapi, temperamennya membuat kakekmu mulai menimang kembali posisi Jeno. Dan pada akhirnya, kakek memilihmu."

Jisung tidak menyangka kalau sang kakek mempertimbangkannya juga di antara Haechan dan Mark yang pasti pengalaman mereka lebih banyak dari pada Jisung.

"Kau tenang saja, Jisung-ah. Setelah Jeno diturunkan dari jabatannya, kau tetap akan dibimbing oleh Gyuri. Dan juga, Renjun akan menjadi sekretarismu dan ikut membimbingmu."

[FF NCT DREAM] The Rotten AppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang