Bab 9: Kekesalan Jeno

147 33 12
                                    

Jeno tidak membalas senyuman dari Renjun ketika anak itu masuk ke dalam ruangannya sambil mendekap sebuah map berisikan dokumen penting yang harus ia tanda tangani hari ini.

Renjun mendekati Jeno lalu dia meletakkan map tersebut di atas meja, ia buka map tersebut dan dia taruh pena hitam di atas meja ke tangan Jeno.

Iya, Renjun tahu kalau Jeno selalu "lumpuh" jika dia sedang malas bekerja tetapi harus bekerja.

Jeno akan selalu memasang raut masam itu di ruangan besar ini. Tetapi, berkat raut masam yang menyakitkan mata dan hati Renjun, membuat Renjun merasa kalau ruangan Jeno menjadi terasa sempit dan sesak sehingga dia tidak betah berlama-lama di sana.

Renjun jadi takut memberitahukan jadwal Jeno berikutnya karena dia tahu, kalau Jeno akan berubah menjadi singa yang kelaparan kalau Renjun membacakan jadwal kerjanya hari ini ketika dia tidak mood bekerja.

Tetapi, pertemuan Jeno dengan seorang tamu penting akan dimulai sekitar 45 menit lagi di ruang meeting.

"Tuan Lee, 45 menit lagi, Anda akan melakukan pertemuan dengan tamu penting yang melakukan kerja sama dengan perusahaan ini dalam pembangunan sebuah resort di daerah Gangnam" jelas Renjun.

Dia menjelaskannya setelah Jeno memberikan tanda tangan di dokumen yang ia taruh di atas meja.

BRAK!

"Ya Tuhan, jantungku!"

Renjun mengusap dadanya yang berdetak dengan sangat kuat karena terkejut mendengar suara gebrakan meja dari Jeno. Dia meringis melihat telapak tangan Jeno sampai merah karena menggebrak mejanya dengan sangat keras.

"KENAPA KAU BARU MENGATAKANNYA SEKARANG?!"

Renjun memejamkan matanya kuat-kuat ketika Jeno berteriak tepat di depan wajahnya.

"Akh! Maaf Jeno!" seru Renjun panik ketika kedua tangan kekar Jeno mencengkram kedua pundaknya dengan kuat.

Renjun sampai lupa kalau dia tadi tidak memanggil Jeno dengan sebutan Tuan Lee karena tidak tahan dengan rasa sakit di pundaknya.

"Maafkan aku Jeno, kau terlihat murung hari ini. Aku takut memberitahukan jadwal ini kepadamu karena aku tahu kau kesal dengan tamu penting ini" ucap Renjun sambil menatap Jeno dengan memelas.

"Maafkan aku.." ucap Renjun lagi dengan suara bergetar.

Jeno pun melepas cengkraman tangannya di pundak Renjun. Dia mengusap wajahnya dengan frustasi lalu dia duduk di kursi kerjanya lalu menatap Renjun tajam.

"Zhong Chenle sialan itu yang menjadi tamu pentingku hari ini? Yang berani-beraninya menghina Keluarga Lee seorang sialan?"

Dengan gugup Renjun menganggukkan kepalanya. Dia memejamkan matanya lagi ketika dia melihat Jeno meraih majalan di atas meja. Dia sudah tahu apa yang akan Jeno lakukan.

Dan ujung dari majalah fashion itu mengenai keningnya. Renjun membuka matanya perlahan, dia menatap Jeno dengan kedua mata berkaca-kaca karena dia tidak menyangka kalau ujung dari majalan akan sesakit ini kalau terkena kening manusia.

"Kau menangis?" desis Jeno ketika dia melihat mata dan ujung hidung Renjun berubah menjadi merah. Jangan lupakan bagaimana kedua matanya berkaca-kaca.

"T-Tidak, Jeno.." ucap Renjun pelan dan tersendat karena dia ternyata benar-benar ingin menangis.

Sial! Dia tidak boleh menangis kalau tidak mau dihajar oleh Jeno.

"Bicara yang jelas, Renjun!"

Jeno lagi-lagi menggebrak meja.

[FF NCT DREAM] The Rotten AppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang