Bab 21: Rencana Mark Lee

106 26 8
                                    

Lee Jeno adalah sosok yang berhasil menutupi sifat kasar dan temperamennya dengan baik.

Dia mampu membuat orang-orang yang tahu dengan karakter aslinya membungkam mulut mereka sehingga hal jelek apa pun yang tersebar di antara mereka hanya akan dianggap sebagai rumor untuk "menjatuhkan" Lee Jeno dari posisinya sebagai pemimpin tertinggi di perusahaan utama Keluarga Lee.

Jeno memang kasar.

Dia mudah sekali marah.

Dia mudah melayangkan pukulannya kepada siapa pun yang membuatnya marah.

Jeno berani melawan orang tuanya.

Jeno juga berani menantang kakeknya.

Tetapi, anehnya, Lee Jeno akan bertekuk lutut dengan Lee Bona.

Jeno hanya akan diam tidak berkutik ketika dia berhadapan dengan saudara dari Lee Huisung itu. Satu-satunya perempuan di keluarga Lee.

Sosok wanita dengan aura alpha yang kental dan memilih untuk tidak terlalu memikirkan cinta dan pernikahan.

Karena, tujuan Lee Bona adalah kekayaan serta kekuasaan.

Dia merasa bahwa dia mampu menghadapi dunia jika dia memiliki kekayaan dan kekuasaan di genggaman kedua tangannya.

"Sampai detik ini, aku tidak menyangka bahwa Abeoji akan meletakkan satu bocah ingusan di kedudukan tertinggi ini."

Suasana di ruangan itu begitu dingin dan mencekam.

Lee Bona duduk dengan santai di kursi yang ada di ruangan Jeno. Di tangan kanannya terdapat sendok teh yang sedari tadi ia mainkan sehingga tetesan teh dari sendok tersebut jatuh mengenai lantai ruang kerja Jeno.

Sorot mata Lee Bona, ia tujukan ke Renjun yang berdiri di sebelah Jeno.

"Dan aku tidak mengerti kenapa Abeoji sangat menyayangi keluarga pembantu ini" ucap Bona dengan tatapannya yang seperti menusuk dan menembus jantung Renjun.

Anak itu hanya bisa menundukkan kepalanya. Dia benar-benar tidak berani berhadapan dengan Lee Bona. Bahkan, seorang Lee Jeno pun tidak akan berkutik jika bibinya itu datang ke perusahaan utama.

"Apa jangan-jangan kau juga sama seperti anak jalang itu?"

"Aku menduga kalau kau anak haram dari Abeoji ku. Kalau memang benar, sial sekali eomma mu, karena harus kehilangan keperawanannya oleh pria tua cabul sepertinya?"

Jeno diam-diam tersenyum ketika mendengarkan hinaan dari Lee Bona ke Huang Renjun yang saat ini semakin menundukkan kepalanya untuk menahan rasa kesal, sakit, dan sedihnya karena tuduhan tidak berdasar dari Lee Bona.

Lee Bona berdiri, dia berjalan mendekati meja kerja Jeno dan mengetuk meja tersebut menggunakan sendok teh beberapa kali.

"Dan kau, sadar diri lah. Jika kau tidak bisa mengendalikan emosimu. Itu artinya, kau bersedia posisimu digantikan oleh anak dari seorang jalang."

Jeno mengatupkan bibirnya dengan kuat.

"Aku sudah sangat sadar, Bona Imo" ucap Jeno yang terdengar dingin dan menusuk.

Lee Bona yang mendengar jawaban Jeno hanya menjawabnya dengan seringai kecil. Wanita tua itu pun berjalan keluar dari ruangan Jeno setelah dia membuang sendok teh itu ke samping kanan tubuhnya.

Jeno berusaha menahan emosinya karena mendengar suara dentingan sendok teh tersebut serta tetesan tehnya yang berceceran di lantai.

Suara ketukan heels dari Lee Bona benar-benar mengganggu Jeno dan membuat Jeno sakit kepala.

[FF NCT DREAM] The Rotten AppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang