Bab 34: Kesempatan Kedua

126 24 6
                                    

Shanghai sangat membosankan, itu lah yang Zhong Chenle rasakan setiap dia terbangun dari tidurnya.

Satu-satunya pewaris di Keluarga Zhong itu tidak memiliki teman di China, tentu saja karena Chenle merasa para manusia itu tidak selevel dengannya.

Kekayaan mereka dan kekuasaan mereka tidak setara dengan seorang Zhong Chenle sehingg anak itu merasa, dia tidak memerlukan teman semacam itu.

Chenle menganggap semua orang yang mendekatinya hanyalah lintah. Chenle akan memasang topengnya setiap dia bertemu dengan "teman-teman" SMA atau pun kuliahnya.

"Setidaknya di Seoul aku bisa membuat Lee Jeno marah, dan itu sangat menyenangkan" ucap Chenle dengan sendu.

Haruskah dia memesan tiket ke Seoul sekarang?

Chenle berdecak ketika dia mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Anak itu pun berjalan dengan malas menuju pintu dan mendapati sosok yang mengetuk pintu adalah Kun. Sosok yang sekarang resmi menjadi sekretaris Chenle.

Hari ketika Kun mendapatkan kabar dari Tuan Besar Zhong kalau dia resmi menjadi sekretaris Chenle, disaat itulah Kun menelepon ibunya sambil menangis. Bukan karena terharu, tetapi dia bersedih karena setiap hari dia akan terkena serangan jantung akibat kelakuan ajaib dari Chenle.

"Ini apel yang kau inginkan, Chenle" ucap Kun yang memang disuruh oleh Chenle untuk tidak memanggilnya tuan.

Senyum Chenle merekah ketika dia melihat apel merah nan segar itu dipotong dengan bentuk kelinci. Potongan apel itu disusun dan ditata dengan begitu cantik membuat Chenle langsung menyuruh Kun meletakkan piring berisikan potongan apel itu di atas meja.

Chenle langsung menata meja, piring, dan penerangan di kamarnya supaya dia bisa mendapatkan hasil gambar yang bagus untuk ia posting di akun sosial medianya.

"Aku memang berbakat menjadi seorang fotografer" ucap Chenle dengan bangganya.

Anak itu menusuk potongan apel dan memasukkannya ke dalam mulut. Dia mengunyah apel itu dengan wajah gembira karena apel yang ia makan benar-benar manis dan segar.

"Lihat! Cantik, bukan?" ucap Chenle sambil menunjukkan hasil fotonya ke Kun.

"Iya, sangat cantik" ucap Kun, dia mengiyakan supaya dia bisa cepat-cepat keluar dari sini.

"Huft, aku rindu Renjun, aku mau ke Seoul, Kun. Aku ingin membuat Jeno marah" ucap Chenle yang kalimat terakhirnya membuat Kun langsung panas dingin.

"Tapi, Chenle, kau tidak bisa pergi ke Seoul karena akan ada rapat pertemuan dengan para petinggi di perusahaan untuk membahas masalah kau yang akan menggantikan tuan besar" jelas Kun membuat senyuman di wajah Chenle semakin lebar.

Anak itu bersenandung sambil memainkan potongan apel yang tertusuk garpu. Dia menatap lekat potongan apel nan cantik itu lalu menggigitnya.

"Sekarang kelinci apelku kehilangan kepalanya~" dendang Chenle yang kembali bersenandung membuat Kun menatap horor tuannya itu.

Kun merasa kalau dia saat ini berada di film thriller. Suasannya sangat menegangkan, padahal Chenle hanya bersenang-senang sambil bersenandung.

Chenle menoleh ke Kun dengan senyuman manisnya.

"Kembali lah kau ke tempatmu."

***

Mark menyeret kursi yang awalnya ada di dekat tempat tidur Jaemin dan memposisikannya di antara tempat tidur Jaemin dan Jisung.

Laki-laki itu duduk di sana sambil menatap Jaemin dan Jisung secara bergantian lalu pandangannya ia arahkan ke Haechan yang asyik bernyanyi sambil tiduran di sofa. Terakhir, Mark melihat ada satu buket bunga yang tergeletak begitu saja di lantai.

[FF NCT DREAM] The Rotten AppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang