Bab 3: Angry

456 51 0
                                    

Dengan langkah gontai, dia berjalan masuk ke rumah sederhana yang letaknya tepat di halaman belakang rumah besar nan megah ini.

Huang Renjun melirik jam tangan di pergelangan tangannya dan waktu menunjukkan pukul 12 malam. Dia baru bisa pulang setelah seharian menjadi sekretaris untuk dua CEO.

"Mereka mempermainkanku" gerutu Renjun.

Dia benar-benar tidak habis pikir dengan Jeno dan Haechan yang selalu berbuat semena-mena kepadanya.

Karena double job ini, dia selalu saja pulang dalam keadaan tidak ada tenaga. Renjun bahkan tidak memiliki tenaga untuk membuka sepatu serta mengganti pakaiannya.

Jeno dan Haechan berhasil menyedot semua tenaga yang ia punya, membuat Renjun rasanya ingin sekali berhenti menjadi sekretaris. Tetapi, Renjun tahu, kalau kedua orang tua Jeno pasti tidak akan semudah itu membiarkan dia berhenti.

Keadaan di kediaman Keluarga Lee begitu sepi. Hanya ada beberapa penjaga yang berkeliaran di sekitar rumah dan beberapa dari penjaga itu menyapa Renjun yang hendak kembali ke rumahnya yang memang letaknya tidak jauh dari kediaman Park Saera, ibu kandung dari Jisung.

"Renjun."

Pemuda itu menoleh, dia langsung menghela nafas lelah ketika melihat Jaemin yang menyapanya.

Anak kedua dari Keluarga Lee itu, sedang duduk dengan nyaman di gazebo halaman belakang rumah.

Gaezebo tersebut berada di tengah kolam ikan. Akses jalan menuju ke sana menggunakan jembatan kayu kecil.

Di setiap sisi kolam terdapat lampu yang akan membuat kolam tersebut terlihat lebih indah, di sisi kanan dan kiri jembatan terdapat air mancur kecil yang mengeluarkan bunyi pancuran sehingga suasana di halaman belakang tidak terasa sepi.

"Ada apa?" tanya Renjun dengan jengkel.

Dia sedang malas berurusan dengan anak-anak dari Keluarga Lee. Matanya juga sudah sangat mengantuk.

"Mau kopi?" tawar Jaemin sambil menunjukkan satu cangkir kopi hitam kesukaannya.

"Aku mau tidur."

Jawaban dari Renjun itu membuat Jaemin tertawa puas.

"Haaah, terima kasih sudah menghiburku, Renjun. Sejak kecil kau memang paling bisa menghiburku" ucap Jaemin yang jujur saja, Renjun tidak mengerti dengan maksud dari pertanyaan Jaemin.

Renjun tidak merasa kalau dia sedang menghibur.

Dia juga merasa, sejak kecil dia tidak akrab dengan Jaemin karena Jaemin lebih banyak menyendiri dari pada bermain dengannya. Renjun lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Jeno yang waktu kecil masih lucu dan baik hati.

"Aku pulang, kau, berhenti lah minum kopi dan pergi lah tidur" ucap Renjun yang memilih untuk mengabaikan Jaemin.

Dia tidak tahu bagaimana ekspresi Jaemin setelah mendengar ucapannya.

Renjun hanya ingin pulang ke rumah dan mengistirahatkan tubuh lelahnya karena ketika matahari bersinar terang esok pagi, dia akan menghadapi hari yang sangat panjang.

***

Rintikan air itu perlahan berubah menjadi deras bersamaan dengan embusan angin yang kencang.

Siapa yang menyangka sejak tadi, matahari bersembunyi di balik awan dan saat ini matahari tidak bisa melaksanakan tugasnya karena hujan tidak henti turun membasahi bumi.

Suara rintikan hujan, suara angin yang berhembus, suhu yang semakin turun, membuat Mark Lee lebih memilih bergelung di dalam selimut dari pada bersiap-siap untuk menemui kliennya.

[FF NCT DREAM] The Rotten AppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang