Bab 27: Kesempatan

199 35 3
                                    

Lee Huisang melihat semua orang di rumah ini sibuk mempersiapkan acara ulang tahunnya. Sedangkan dia sendiri, duduk dengan tenang di ruang kerjanya sambil menatap lekat foto keluarga besar Lee yang memang ia taruh di ruang kerja.

Pria yang sudah menjadi kakek itu perlahan tertawa setelah dia melihat foto keluarga tersebut. Suara tawanya semakin keras dan terdengar terbahak-bahak.

"Haah, harmonis sekali keluarga ini" ucap Lee Huisang dengan pandangan matanya selalu ia tujukan ke foto keluarga tersebut.

Kakek tua itu menyesap teh herbal kesukaannya sambil menghitung jam karena sebentar lagi acara ulang tahunnya akan dimulai.

Semua kebutuhan acara sudah dikendalikan oleh anak-anak dan cucu-cucunya. Dia hanya perlu menyiapkan dirinya sendiri dan menunggu salah satu dari anaknya datang untuk menyuruhnya berganti pakaian.

Usianya sudah sangat tua, beberapa penyakit karena faktor usia, satu per satu mulai mampir ke tubuh tua renta nya.

Maka dari itu, sebelum malaikat pencabut nyawa datang menjemputnya ke syurga, dia ingin memastikan bahwa semua rencananya akan terlaksana dan keluarga besar yang dilimpahi kekayaan serta kekuasaan itu akan terus bertahan meskipun dia nanti sudah tiada.

"Hmm, sepertinya ini akan sulit" gumam Lee Huisang.

Dia tahu, bahwa anak-anaknya bahkan sampai ke cucu-cucunya sedang berperang untuk mendapatkan kekuasaan penuh di Keluarga Lee.

"Mereka tidak bisa terus seperti itu. Tapi, serakah memang sudah mendarah daging di keluarga ini" ucap Lee Huisang.

Percuma saja dia turun tangan, semua anggota keluarga akan tetap mengibarkan bendera perang sampai ada yang berhasil menduduki tahta tertinggi di Keluarga Lee.

"Mereka berusaha menggulingkan Jeno dan Jisung. Ini sangat menarik" gumam Lee Huisang.

Dia akan melihat sejauh mana para anak dan cucunya bertindak demi sebuah kekuasaan.

***

"Jadi, tadi kau belum pulang karena menemani Jeno mengambil bajunya? Memangnya kau itu siapa, Renjun? Ibunya? Apa dia tidak bisa mengambilnya sendiri?" celoteh Chenle, di tangan kanannya terdapat cokelat yang tadi memang Renjun belikan supaya Chenle tidak marah-marah kepadanya.

Mereka berdua berada di dalam kamar Renjun. Setelah Renjun pulang dari Rose Boutique bersama Jeno, dia langsung berlari menuju rumahnya dan mendapati Park Saera sudah tidak ada di halaman rumahnya. Ketika Renjun menanyakan keberadaan Saera ke Chenle, anak itu hanya menjawab,

"Aku menyuruhnya membuatkanku teh."

Mendengar hal itu, Renjun langsung berlari ke dapur dan meminta Saera untuk pulang ke rumah karena anak muda yang datang ke rumahnya ini adalah Zhong Chenle.

Tidak ada yang boleh mengetahui wajah seorang Park Saera.

"Di butik itu tidak hanya ada Jeno, tapi ada Jaemin, Mark Hyung, dan Jisung. Bisa gawat kalau membiarkan Jeno mengambil bajunya sendirian dengan semua api kemarahannya berkumpul di satu tempat" jelas Renjun.

Tadi saja Jeno hampir baku hantam dengan Mark karena seperti biasa, Mark akan selalu menyulut api jika bertemu dengan Jeno. Apalagi jika mereka berada di tempat umum. Mark tahu kalau Jeno akan menahan dirinya untuk marah, makanya dia tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan itu.

Chenle terkekeh mendengar penjelasan Renjun. Dia memberikan cokelatnya ke Renjun yang langsung menolak cokelat itu.

"Mama mu tidak adaa, dia tidak akan tahu kau makan cokelat" ucap Chenle yang tahu kalau orang tuanya Renjun kadang-kadang terlalu berlebihan.

[FF NCT DREAM] The Rotten AppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang