(26) Nasi Uduk Mang Ujang

249 45 8
                                    

Pagi ini adalah hari yang spesial bagi Rasha. Seperti yang sudah dijanjikannya, pagi ini ia akan menjemput Lulu untuk berangkat bersama. Setelah bangun dan bersiap-siap, Rasha bergegas turun ke ruang makan, tempat kedua orang tuanya, Gaby dan Bobby, sudah menunggunya. 

Tanpa banyak bicara, dia mengambil sepotong roti dengan selai yang sudah disiapkan oleh ibunya. Dia kemudian berpamitan untuk segera pergi. "Eh, eh, nggak sarapan dulu, Nak?" tanya Gaby saat Rasha menyalami tangannya. 

"Nggak, Ma. Rasha buru-buru," jawab Rasha cepat sambil menyalami ayahnya, Bobby. 

Namun, Bobby, yang melihat perubahan sikap putranya, tersenyum penuh selidik. "Buru-buru kemana? Hari masih pagi banget loh ini," tanyanya dengan nada penuh godaan, seolah-olah sudah tahu tujuan sebenarnya Rasha. 

Rasha tersenyum malu-malu sambil menggeleng pelan, "Pasti mau jemput kakak cantik yang kemarin, ya?" lanjut Bobby. Kali ini, Rasha tak bisa menahan senyum malu yang semakin lebar, dan hanya mengangguk kecil. 

Gaby, melihat interaksi ini, ikut tersenyum lembut. "yaudah kalau gitu, hati-hati ya sayang. Jangan ngebut-ngebut. Kalau belum sarapan, nanti ajak sarapan Kak Lulu-nya," ucap Gaby penuh perhatian, yang langsung diangguki oleh Rasha.

"berangkat dulu, mah, pah" pamitnya.

Setelah berpamitan, Rasha melangkah keluar menuju motornya yang sudah dipanaskan oleh sopir keluarga mereka. "Makasih, Pak," ucapnya dengan sopan, sebelum melajukan motornya ke jalanan yang masih sejuk di pagi hari.

Hawa dingin pagi itu seolah mencerminkan perasaan hatinya yang penuh kegembiraan, karena hari ini ia akan berangkat bersama Lulu, gadis yang diam-diam sudah menjadi pusat perhatiannya.

Tak butuh waktu lama bagi Rasha untuk sampai di depan pagar rumah Lulu. Pagar rumah itu sudah sedikit terbuka, tanda bahwa Lulu pasti sudah siap. Saat sudah memasuki pekarangan rumah Lulu Rasha mematikan mesin motornya, dan tiba-tiba, Lulu keluar dari rumah bersama Eli dan Gito, kekasih Eli yang juga menjemputnya.

 Eli, yang memang terkenal suka menggoda, langsung tak mau melewatkan kesempatan ini. "Ohhh, ternyata ini alasan kenapa pagi ini kamu bilang Bang Gito ngga usah jemput pakai mobil, ya? Karena Lulu udah ada yang jemput? Jadi nggak nebeng lagi nih?" goda Eli sambil tertawa, membuat Lulu menatapnya tajam. 

Gito, yang mendengar itu pun tersenyum pada Rasha, memberi kode dengan anggukan dan acungan jempol seolah mendukung usaha Rasha untuk mendekati adik Eli.

Lulu, yang sudah terbiasa dengan godaan Eli, hanya menghela napas panjang, "Apaan sih, Kak. Dah, sana berangkat. Aku juga mau berangkat." Ia pun berjalan mendekati Rasha yang masih duduk di atas motornya. 

Dengan sigap, Rasha segera memakaikan helm untuk Lulu, gerakan yang dilakukan tanpa ragu, membuat wajah Lulu memerah. Melihat itu, Eli semakin tidak tahan untuk menggoda, "Aduh, aduh, aduh! Lulu, si independet woman, ternyata nggak bisa pasang helm sendiri ya sekarang?" godanya, membuat Lulu semakin menatapnya dengan kesal.

Tak ingin mendengar lebih banyak godaan dari kakaknya, Lulu segera naik ke atas motor Rasha, tanpa berkata banyak. "Berangkat dulu ya, Kak," pamit Rasha setelah menyalakan mesin motornya, siap untuk pergi. 

"Iya, hati-hati ya, Dedek Gemes! Kak Lulu-nya dijaga, jangan sampai lecet!" balas Eli sambil melambaikan tangan, menambah panjang godaan yang sudah dari tadi tak henti-hentinya keluar dari mulutnya.

Rasha hanya terkekeh mendengar godaan itu, sementara Lulu, yang sudah tak tahan lagi, menatap Rasha dengan pandangan meminta agar ia segera melajukan motornya. Rasha, patuh pada permintaan Lulu, mulai melajukan motornya keluar dari halaman rumah. 

LAUT DAN SENJA || LuRah ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang