(23) My LuLuph💗

264 39 7
                                    

Hari-hari berlalu dengan pola yang sama—Rasha selalu berusaha mencari keberadaan Lulu, sementara Lulu terus mencoba menghindarinya mati-matian. Rasanya seperti kejar-kejaran yang tak ada akhirnya.

Meski sudah berkali-kali ditolak oleh Lulu, entah terbuat dari apa hati Rasha hingga tak ada sedikitpun kata menyerah dalam dirinya. Kegigihan Rasha begitu nyata, dan itu selalu membuat Lulu semakin kesal, tapi juga bingung bagaimana menghadapi bocah yang tak kenal lelah ini.

Seperti hari ini, begitu kelasnya selesai, tanpa berpikir panjang, Rasha langsung melangkah menuju gedung tetangga, fakultas tempat Lulu belajar.

Ia sudah hafal seluk beluk gedung itu, bahkan setiap lorong yang biasa dilalui Lulu. Hari ini, Rasha tahu bahwa jadwal Lulu sama dengannya—kelas di jam ketiga alias sebelum Dzuhur. Itu berarti, jika ia bergerak cepat, ia akan menemukan Lulu yang baru saja selesai kelas.

Dengan tekad kuat, ia menyusuri setiap sudut lorong, berharap bisa melihat sosok yang selalu memenuhi pikirannya itu. Beberapa menit berlalu, dan akhirnya, dari kejauhan ia melihat bayangan Lulu yang mungkin baru saja keluar dari ruangan bagian akama. 

Wajahnya terlihat lelah, tapi Rasha malah semakin bersemangat. Tanpa ragu, ia mendekati Lulu dengan langkah cepat, dan ketika jarak mereka sudah cukup dekat, ia menyapa dengan suara ceria, "Hai Kak Lulu, hari cerah banget nih dilihat-lihat, jalan-jalan asik deh keknya."

Lulu yang tak menyangka akan bertemu Rasha di lorong fakultasnya terkejut. "astaghfirullahh, Rashaaaaa! Ngagetin tau gak. Dari mana sih lo datang?" Lulu bertanya dengan raut wajah kesal, merasa selalu saja Rasha muncul di saat-saat tak terduga. 

Sementara Rasha, dengan senyum jahilnya, hanya tertawa kecil dan meggaruk tengkuknya yang tak gatal. "hehe, ya maap kak. aku yaa dari sini-sini aja, Kak. Aku kan selalu di dekat Kak Lulu," jawabnya santai, seperti tak ada beban.

Lulu memutar matanya, jelas-jelas tak tertarik dengan obrolan ringan yang dibawa Rasha.

Namun, seperti biasa, bocah itu selalu punya cara untuk menarik perhatian, bahkan di saat Lulu sedang tak ingin diganggu. "jadi gimana kak? Mau jalan bareng? Tuh, cuaca cerah banget, sayang kalau dilewatkan di kampus terus," tawar Rasha dengan nada santai dan terus mengikuti langkah lulu.

Lulu menghela napas panjang, rasa jenuh dan kesal mulai memenuhi dadanya. Ia hanya terdiam, enggan menanggapi ocehan Rasha yang terus saja mengganggunya.

Seolah-olah Rasha tak paham sinyal yang jelas-jelas sudah Lulu kirimkan—bahwa ia tidak tertarik. Lulu terus melangkahkan kakinya dengan cepat menuju gazebo di belakang fakultasnya. Namun, Rasha, seperti bayangan yang tak pernah hilang, tetap saja mengikuti setiap langkahnya.

"Mending ke mana ya, Kak? Ke pantai? Ke mall? Ke bukit? Nonton? Makan? Study date? Time zone?" celoteh Rasha tanpa henti dan penuh semangat.

"Mending lo diem!" potong Lulu, suaranya terdengar tajam. Ia tak bisa lagi menahan rasa lelahnya mendengar ocehan Rasha yang seakan tak pernah ada akhirnya.

Dalam benaknya, Lulu masih tak habis pikir kenapa juniornya ini begitu gigih, terus mengejarnya meski sudah ditolak berkali-kali.

"Ish, Kak Lulu, masih lo gue aja. Sungguh itu sangat menyakiti hati mungilku, Kak. Ashh, malang nian nasibku," Rasha mulai berakting dramatis, memegang dadanya seolah sedang terluka parah.

Langkahnya melambat, berpura-pura tertatih dengan gaya yang dilebih-lebihkan. "Bodo amat," balasnya ketus, kemudian mempercepat langkahnya, berharap bisa menjauh dari Rasha yang tak pernah berhenti mengoceh.

Namun, alih-alih menyerah, Rasha justru semakin semangat. "Kak Lulu, jangan marah-marah mulu. Aku capek. Soalnya kalo marah-marah makin cakep, kan jadi tambah cinta," teriak Rasha dari belakang dengan suara yang cukup keras, sampai menarik perhatian beberapa mahasiswa lain di sekitar fakultas Lulu.

LAUT DAN SENJA || LuRah ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang