(19) Minta Restu

259 28 0
                                    

Siang ini, suasana di salah satu rumah mewah di perumahan elite di kota ini terasa berbeda dari biasanya. Pada hari-hari normal, rumah tersebut biasanya hanya diisi oleh suara-suara dari aktivitas para asisten rumah tangga yang sibuk dengan pekerjaan harian mereka. Namun, hari ini rumah itu penuh dengan kebisingan dan percakapan ramai dari anggota keluarga dewasa yang berkumpul. 

Ya, hari ini rumah milik Rasha menjadi tempat berlangsungnya arisan keluarga besarnya, sebuah acara yang rutin diadakan setiap tiga bulan sekali. Momen ini jarang terjadi karena anggota keluarga Rasha memiliki kesibukan masing-masing, sebagian dari mereka bahkan sering melakukan perjalanan ke luar negeri untuk urusan bisnis. Oleh karena itu, bisa berkumpul secara lengkap setiap tiga bulan sekali adalah hal yang sangat disyukuri oleh mereka semua. Acara arisan kali ini juga menjadi kesempatan bagi Rasha untuk bertemu dengan sepupu-sepupunya yang datang dari berbagai kota. 

Di tengah acara tersebut, Rasha dan sepupu-sepupunya berkumpul di ruang tengah untuk bermain game bersama. Terdengar keluhan dari Manda, sepupunya yang datang dari Surabaya, "Dahlah, kalah mulu gw," katanya dengan nada frustrasi. Rasha hanya terkekeh, karena ia sudah beberapa kali dengan mudah mengalahkan Manda. "Cupuuu, gitu doang ngeluh," ejeknya, yang langsung disambut tatapan malas dari Manda. Sesaat setelah itu Manda tiba-tiba mengingat obrolan mereka beberapa waktu lalu. "Eh iya, Sha. Lo kemarin sempat cerita kalau lagi ngejar kating, gimana? Udah dapet belum?" bisiknya, penasaran dengan kelanjutan kisah yang sempat Rasha ceritakan.

"Wkwk, gakan dapet dek. Orang katingnya aja udah ilfeel sama ni bocah," celetuk Lia tiba-tiba, sambil membawa semangkuk camilan dari dapur. 

Mendengar bisikan Manda yang diselingi oleh komentar sarkastik itu, Rasha langsung merasa panas. "Dih, sotau lo, Ci!" jawabnya dengan nada tak terima. 

Lia hanya terkekeh kecil, menikmati kemarahan Rasha yang seolah semakin memicu kesenangannya. "Tau lah, jelas. gw kan sahabatnya. Dari cara Lulu bersikap aja udah kelihatan banget kalau dia ga setertarik itu sama lo. Malah, kayaknya dia naksir orang lain," ucap Lia, semakin memperkeruh suasana sambil dengan santai menyuapkan camilan ke mulutnya. 

Rasha memutar bola matanya, jelas terganggu dengan keyakinan Lia yang seakan tahu segalanya. Sementara itu, Manda hanya mengamati, semakin penasaran dengan siapa sebenarnya Lulu itu. "Oh, namanya Lulu," gumam Manda pelan, seakan-akan mengingat informasi baru itu dengan baik. Lalu, seolah menyusun teka-teki di kepalanya, ia menatap Lia dengan pandangan penuh rasa ingin tahu. "Eh, ci, jadi cici temen deketnya cewe yang lagi Rasha kejar?" tanyanya, mencoba memastikan apa yang ia tangkap dari pembicaraan tadi. Lia hanya mengangguk bangga sebagai jawaban, merasa puas dengan perannya sebagai pengamat sekaligus penyebar gosip kecil di antara mereka.

Manda mengangguk sambil berpikir, lalu tiba-tiba muncul ide di benaknya. "Kenapa ga comblangin aja kalau gitu, ci? Kan cici sodara Rasha, trus cici juga sahabatnya siapa tadi namanya? Lulu? Eh iya, Kak Lulu, Lulu itu," tanyanya polos, seakan solusi yang ditawarkan adalah yang paling masuk akal. 

Lia, yang lebih berpengalaman dalam urusan asmara, tak bisa menahan tawa mendengar pertanyaan Manda, adik sepupu yang satu tingkat di bawahnya. "Ya gabisa dong, Mandutttt. Jelas-jelas Lulu udah nolak mentah-mentah ni bocah. Sebagai sahabat yang baik, ya gw ga mungkin dong memaksakan sahabat gw buat sesuatu yang udah jelas-jelas ditolak," jawab Lia dengan nada menggoda, sementara Rasha menatapnya dengan pandangan tajam penuh protes, yang hanya membuat Lia tertawa semakin keras.

 Rasha yang dari tadi merasa kesal dengan kedua kakak sepupunya itu, hanya bisa menggerutu dalam hati. Sementara itu, Manda, yang mendengar penjelasan Lia, mengangguk paham seakan menerima kenyataan pahit tersebut. Ia kemudian menoleh ke arah Rasha dan dengan sikap yang dramatis, menepuk pundaknya pelan. "Yang sabar, dek. Cinta memang nggak selalu indah. Hidup juga nggak selalu soal cinta, ingat itu. Masih banyak wanita lain yang sedang menunggumu di luar sana," katanya dengan nada bijaksana, seolah memberikan petuah kehidupan kepada adik sepupunya. Kata-katanya membuat Rasha semakin merasa sebal, tapi Manda tetap dengan sikapnya yang penuh kepedulian, seakan perannya sebagai kakak sepupu yang bijak adalah hal yang paling penting saat ini.

LAUT DAN SENJA || LuRah ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang