(21) Meet His Mom

226 41 7
                                    

Tiga hari berlalu sejak terakhir kali Rasha merasakan kekecewaan mendalam karena kehadiran Sean di antara dirinya dan Lulu.

Setelah kejadian itu, Rasha memutuskan untuk mengurangi interaksinya dengan Lulu. Namun, tentu saja, hanya sedikit. Meski tidak lagi menghampiri gadis yang lebih dewasa darinya untuk menyapa atau melontarkan candaan seperti biasanya, Rasha tetap sibuk mencari-cari keberadaan Lulu dari kejauhan.

Dia memastikan bahwa pujaan hatinya baik-baik saja, meski hanya dari balik dinding atau sekilas pandang di lorong kampus. Selain rasa takut akan mengulang momen menyakitkan yang sama, Rasha juga tengah disibukkan dengan tumpukan tugas kuliah yang tiba-tiba datang bertubi-tubi dari dosennya. 

Jika Rasha berpikir bahwa Lulu mungkin merindukannya, itu adalah sebuah kesombongan yang terlalu dini. Faktanya, Lulu justru merasa lebih tenang tanpa gangguan berkelanjutan dari juniornya itu, bahkan ia merasa bisa bernapas lega tanpa ledekan atau godaan dari teman-temannya.

Namun, semesta sepertinya tak berkenan memberi Lulu jeda yang cukup lama. Pada acara syukuran Lia, sahabat Lulu, yang mendapatkan kesempatan pertukaran mahasiswa ke luar negeri, Lulu kembali harus menghadapi Rasha. Dia sudah menduga bahwa Rasha pasti akan hadir di acara ini, mengingat hubungan keluarga mereka—Rasha adalah sepupu Lia.

Dari awal, Lulu sudah menyiapkan dan memberi space kesabaran yang lebih dalam hatinya. Sudah terbayang bagaimana Rasha akan bersikap nanti. Terlebih, setelah beberapa hari tanpa kehadirannya, Lulu tahu Rasha pasti akan berusaha mengganti setiap detik yang ia lewati tanpa mendekatinya. Dengan helaan napas panjang, Lulu hanya berharap dirinya mampu menahan segala tingkah laku juniornya itu hari ini.

Dengan mengenakan pakaian yang cukup formal, Lulu akhirnya tiba di rumah Lia bersama sahabat-sahabatnya, Indah dan Oniel. Sesaat sebelum ia turun dari mobil, Lulu menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Ada rasa tegang yang tak ia duga muncul, entah karena firasat atau sekadar kecemasan bertemu dengan Rasha setelah beberapa hari penuh ketenangan.

"Elah, Luu. Lo cuma mau dateng ke acara syukuran Lia, bukan mau jadi pengantin karena perjodohan di dalam. Sans aja napa, itu narik napas dalem bet udah kayak orang mau ngadepin orang tantrum aja," celetuk Oniel sambil terkekeh, memperhatikan Lulu dari kaca dalam mobil yang tampak di bangku belakang tengah berusaha keras mengatur napasnya dengan usapan di dadanya.

Lulu mendengar ucapan Oniel, dan dengan mata yang memicing tajam, ia menoleh, "Diem lo," ucapnya singkat, lalu kembali menutup matanya, mencoba fokus.

Oniel hanya tertawa kecil, tak terlalu mengambil hati. "Udah, ayo turun. Insya Allah gak ada apa-apa di sana lu. everything is okeyy," tambah Indah dengan lembut, mencoba menenangkan sahabatnya yang tampak gelisah.

Kata-kata Indah memang selalu menenangkan, dan Lulu, yang mendengar itu, perlahan membuka matanya dan tersenyum kecil. "Memang gak salah ya, lo berdua jodoh. Satu selembut sutera, secantik bidadari, hatinya putih kayak malaikat," ucap Lulu dengan senyuman manis yang ia layangkan kepada Indah, sementara Oniel hanya tersenyum samar, menebak kemana arah pembicaraan ini akan berlanjut.

"Sedangkan jodohnya..." lanjut Lulu dengan tatapan sinis yang ia tujukan pada Oniel, "...aur-auran, gelap, dan bermulut pedas kayak api neraka." Kalimat sarkastis itu membuat Indah tertawa geli, sedangkan Oniel mendengus kesal.

"Emang bener ya, kalo jodoh tuh saling melengkapi," sambung Lulu diakhiri dengan kekehannya , menikmati bagaimana ia berhasil mengusik sahabatnya yang satu itu.

Indah dengan lembut mengusap lengan Oniel yang ada di sampingnya, mencoba meredakan suasana, "Udah, udah. Yuk turun, takutnya udah pada nunggu di sana," ucapnya dengan tenang.

LAUT DAN SENJA || LuRah ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang