(7) Mendadak OSIS

331 30 4
                                    

Hari terus berlalu, Rasha memang membuktikan bahwa ia tidak pernah membolos. Namun, hal itu tidak berarti sifat jahilnya ikut berubah. Seperti hari ini, misalnya, ketika ia tiba di sekolah saat gerbang sudah terkunci. Tanpa berpikir lama, ia menitipkan motornya di warnet di depan sekolah. Dengan cekatan, Rasha memanjat gerbang tembok belakang sekolah untuk masuk. Sayangnya, rencananya tidak berjalan mulus. Ia tertangkap oleh guru BK yang sedang bertugas memastikan tidak ada siswa yang terlambat dan mencoba masuk dengan memanjat gerbang.

  Rasha akhirnya dihentikan oleh guru BK itu. Setelah menerima tatapan tajam yang penuh cinta dan serangkaian pesan di pagi hari, Rasha hanya memberikan ekspresi polos dan senyuman tulus kepada guru BK tercinta. Akibat ulahnya, ia dihukum dengan tidak boleh mengikuti pelajaran pada jam pertama dan harus menunggu di perpustakaan sambil membaca buku pelajaran. Namun, Rasha tidak akan menjadi Rasha jika ia patuh begitu saja. Begitu berada di dalam perpustakaan, ia memilih untuk melanjutkan tidurnya, menikmati ketenangan di antara deretan buku.

Sepuluh menit setelah Ibu Ratna, guru BK, selesai mengelilingi sekolah, ia menuju perpustakaan untuk memastikan bahwa Rasha membaca buku pelajaran. Ia berjalan menyusuri lorong-lorong buku menuju ruang baca. Sesampainya di ruangan itu, ia tidak lagi terkejut dengan tingkah Rasha. Di tengah kesunyian perpustakaan, didapatinya Rasha tengah tertidur pulas, dikelilingi oleh deretan buku pelajaran yang seharusnya dibaca.

"hadeuh, kayanya emang ngga efisien hukum anak ini belajar di perpus kaya gini." gumam Ibu Ratna. "Sha, bangun, hey. kamu ibu suruh untuk belajar ya supaya ngga tertinggal mata pelajaran." sambungnya sembari menepuk-nepuk pundak Rasha.

Merasa terusik, Rasha pun terbangun. Ia merentangkan tangannya ke atas, mencoba mengumpulkan kesadarannya yang masih terserak. "Eunghh, iya Bu? Udah belajar saya mah," jawabnya dengan suara serak dan mata yang masih setengah tertutup. Ia mengerjap beberapa kali, berusaha menghilangkan sisa kantuk yang masih menempel.

Mendengar jawaban itu, Ibu Ratna hanya menggelengkan kepalanya menatap dengan campuran antara keheranan dan kesabaran. Bagaimana mungkin dalam sepuluh menit Rasha sudah selesai belajar, sedangkan saat Ibu Ratna memasuki ruangan ini, Rasha sudah sangat terlelap dalam tidurnya. Pandangan Ibu Ratna beralih dari Rasha yang masih berusaha mengumpulkan kesadarannya ke tumpukan buku di sekitarnya, dan ia hanya bisa menghela nafasnya dalam.

Merasa hukumannya tidak efektif, Ibu Ratna akhirnya mempersilakan Rasha untuk masuk ke kelas saja. Ia khawatir Rasha akan benar-benar tertinggal pelajaran, terutama karena minggu depan Rasha akan menghadapi ujian kelulusan. Mendengar perintah itu, Rasha pun bergegas menuju kelasnya.

Saat ia tiba di depan ruang kelas, terlihat Pak Rahmat tengah menjelaskan materi-materi yang kemungkinan akan keluar pada ujian kelulusan nanti. Rasha mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam kelasnya, berharap tidak terlalu mengganggu jalannya pelajaran.

"Misi, Pak," ucap Rasha dengan mengangkat sedikit tangannya, sambil menunjukkan cengiran lebar di wajahnya.

Pak Rahmat menghentikan sejenak penjelasannya, matanya tertuju pada Rasha yang berada di depan pintu. Sontak, Pak Rahmat melirik jam dinding yang ada di ruang kelas. "Sudah setengah jam kamu telat, dari mana saja kamu?" tanyanya dengan nada tegas, alisnya sedikit terangkat.

Rasha merasa sedikit gugup, ia tahu tidak ada alasan yang bisa membenarkan keterlambatannya. Kelas menjadi hening sejenak, semua mata tertuju pada Rasha yang kini berdiri di dekat pintu, berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan gurunya.

"Ee, anu Pak, tadi waktu saya mau berangkat, saya melihat ada kucing yang meninggal di pinggir jalan, kayaknya sih korban tabrak lari. Nah, karena saya memiliki jiwa kehewanan yang tinggi dan sebagai hamba Allah yang taat, terus sesuai dengan adabnya kalau ada kucing yang meninggal itu harus dikuburkan, kan Pak? Jadi saya kuburin dulu deh kucing itu, terus yaa mendoa sedikit-sedikit untuk ketenangan arwah kucing itu, Pak. Jadi saya terlambat deh ke sekolah. Maaf ya, Pak. Nih, celana saya sedikit kotor karena itu tadi pak," jelas Rasha dengan cengengesan menunjukkan celananya yang sebenarnya kotor karena jatuh saat memanjat gerbang tadi, suaranya terdengar setengah serius setengah bercanda.

LAUT DAN SENJA || LuRah ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang