(29) Perasaan yang Sama?

252 48 15
                                    

Hari ini sama seperti hari-hari sebelumnya, Rasha dengan setia menjemput Lulu untuk berangkat ke kampus bersama. Meskipun Lulu sudah beberapa kali menolak dengan berbagai alasan, Rasha tetap bersikukuh untuk menjemputnya setiap pagi.

 "Nggak ada alasan penolakan, Kak. Dulu Kak Lulu udah sering tolak aku," itulah kalimat andalan Rasha yang selalu berhasil membungkam penolakan Lulu.

Jika dulu Lulu mungkin merasa kesal dengan sikap keras kepala Rasha, kini justru sebaliknya. Lulu merasa lucu melihat bagaimana adik tingkatnya ini begitu gigih dan tak kenal menyerah.

Dua puluh menit setelah pesan terakhir yang dikirimkan Rasha, yang mengatakan bahwa ia sedang dalam perjalanan ke rumah Lulu, akhirnya suara deru motor brondong itu terdengar memenuhi pelataran rumah Lulu. 

Sebelum Rasha sempat mengetuk pintu, Lulu sudah membukanya terlebih dahulu. "E-eh, untung nggak jadi ku ketok," ujar Rasha dengan cengiran, tangannya hampir menyentuh dahi Lulu. 

Lulu hanya terkekeh kecil menanggapi tingkah Rasha yang ceroboh. "Udah, yuk berangkat. Ntar lo telat," ucap Lulu sambil mengunci pintu rumahnya dan berjalan menuju motor Rasha, meninggalkan Rasha yang masih berdiri di depan pintu.

 Rasha hanya terkekeh melihat kelakuan kakak tingkat yang selalu mengisi hatinya itu. "Aku masuk siang, Kak!" jawabnya santai sambil mengikuti Lulu dan memakaikan helm di kepala gadis itu dengan lembut.

 Lulu, yang awalnya sudah terburu-buru, kini menatap Rasha dengan mata terbelalak sempurna. "Iiiihhh, Rasha! Terus ngapain pagi-pagi gini lo ke kampus?!" ucap Lulu, jelas menunjukkan kekesalannya. 

Lagi-lagi, Rasha hanya tertawa kecil. "Nganterin Kak Lulu, lah. Dan memastikan aman sentosa sampai kampus, nggak ada yang luka sedikit pun," balasnya sambil mengunci tali helm Lulu dengan penuh perhatian.

"Udah ayo naik," tambah Rasha sembari matanya mengisyaratkan Lulu untuk naik ke motornya yang sudah siap untuk berangkat. 

Namun, Lulu masih menatapnya jengkel. "Tau kalo lo nggak ada kelas pagi, tadi gw berangkat sama Kak Eli sama Bang Gito!" kata Lulu dengan nada kesal, sembari naik ke atas motor Rasha.

 Dari spion motornya, Rasha bisa melihat wajah Lulu yang cemberut, tapi justru itu yang membuatnya tersenyum. "Kak, aku kan udah pernah bilang. Jangan marah-marah terus, nanti makin cantik, aku nggak kuat," gombal Rasha tanpa ragu, membuat wajah Lulu seketika memerah. 

Malu, Lulu segera menggeser spion motor agar menghadap ke bawah, menghindari tatapan Rasha yang menggoda."Udah, nggak usah diliatin. Ayo, berangkat," ucap Lulu dengan nada yang masih terlihat kesal tetapi tetap tak bisa sembunyikan senyumannya. 

Rasha hanya menggeleng pelan, masih dengan senyuman di wajahnya, lalu mulai melajukan motornya, membelah jalanan menuju kampus.

Seperti biasa, selama perjalanan tak ada obrolan diantara keduanya. Rasha benar-benar memberikan waktu kepada Lulu untuk menikmati perjalanan dengan pikirannya.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup singkat, akhirnya mereka tiba di gedung parkir kampus yang biasa digunakan Rasha.

Lulu segera turun dari motor, diikuti oleh Rasha yang melepaskan helmnya dengan santai. "Makasih ya, Sha," ucap Lulu sambil tersenyum tipis. Rasha hanya mengangguk sambil membalas senyuman itu.

 "Yaudah, kalau gitu gue mau langsung ke sekretariat HMJ, sekali lagi tengs," lanjut Lulu sebelum melangkah meninggalkan parkiran, sementara Rasha melajukan kembali motornya menuju basecamp, karena hari ini ia akan mengurus pembelian gedung itu.

Lulu berjalan dengan santai menuju sekretariat HMJ, sibuk dengan pikirannya sendiri, sampai tiba-tiba ia merasa pundaknya ditepuk dari belakang. "Gutten morgen, Nona Kaluna Azkiya!" sapa suara ceria yang sangat dikenalnya. 

LAUT DAN SENJA || LuRah ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang