(33) Strange

272 64 30
                                    

Setelah seharian kemarin hanya menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan di basecamp, Rasha akhirnya memutuskan untuk kembali berangkat ke kampus hari ini. Meskipun hatinya masih terasa sakit, setidaknya rasa itu sudah sedikit mereda. 

Rasha memiliki kelas pada jam 9 pagi, tetapi berbeda dari kebiasaannya yang biasanya datang lebih awal untuk mencari Lulu, kali ini dia memilih untuk berangkat mendekati waktu perkuliahan.

Teman-temannya, yang melihat perubahan kecil dalam sikap Rasha, mulai merasa sedikit lega. Mereka menyadari bahwa meskipun Rasha belum sepenuhnya pulih, setidaknya ia terlihat lebih baik dibandingkan kemarin.

Karena melihat perubahan itu, teman-teman yang laih pun sudah mulai berani bercanda dengan Rasha seperti biasanya. "Aneh nih, dedek brondong jam segini belum berangkat ke kampus," ledek Aldo dengan nada menggoda, seolah menyinggung kebiasaan Rasha yang selalu datang lebih awal untuk sekedar menyapa kating idamannya itu.

Rasha, yang mendengar ucapan itu, hanya menoleh sekilas dan tersenyum kecil. "Hahah, basi," jawabnya singkat, disertai tawa ringan yang jarang terlihat belakangan ini. 

Teman-temannya terkejut dengan respons Rasha barusan. Basi? Bagaimana maksudnya? Bukankah selama ini ia selalu mencari cara agar bisa dekat dengan kakak tingkat itu? Teman-teman Rasha saling melemparkan tatapan seolah bingung dengan perubahan Rasha. 

Melihat momen itu, Zean akhirnya memberanikan diri bertanya, "Sha? Lo serius ga mau cerita sama kita?" Nada suaranya penuh perhatian, berharap Rasha mau membuka diri. 

Ellan pun ikut menimpali, "Iya, Sha. Dari kemarin lo kelihatan kayak banyak masalah." Teman-teman lainnya juga mengangguk setuju.

"Lo tahu kan, kita sahabat-sahabat lo. Cerita aja, Sha," Christy menambahkan, suaranya lembut dan penuh dukungan.

Rasha tersenyum, kali ini lebih tulus. Ia menatap teman-temannya satu per satu, merasa bahwa mereka semua benar-benar peduli. "Oke, gue akan cerita," ucap Rasha akhirnya, membuat semua orang mendengarkan dengan serius. 

"Tapi nanti ya, pas istirahat siang. Nanti kan kita udah di kampus semua." Dia menyudahi ucapannya dengan sedikit senyuman, kemudian bangkit dan meraih tasnya, bersiap untuk berangkat. 

"Sekarang mending kita ke kampus dulu. Jangan sampai telat," lanjutnya sambil menatap teman-temannya yang masih terdiam menunggu kata-katanya.

"Heh, anak-anak manajemen, ayo buruan," ucap Rasha setengah bercanda, membuat Ellan, Kathrin, Marsha, dan Zean tersentak dari lamunan mereka. 

"Eh, iya, iya, siap, Sha," balas mereka dengan sedikit gugup, seolah baru tersadar dari pikiran mereka sendiri. Aldo, Ashel, dan Christy, yang pagi itu tidak memiliki kelas, hanya tertawa melihat kebingungan yang terjadi di antara mereka. 

"Hati-hati di jalan, brondong," ledek Aldo sambil mengangkat tangan tanda perpisahan.

Setelah berpamitan, Rasha dan teman-teman yang lain pun berangkat menuju kampus. Meski mereka belum mendengar cerita penuh dari Rasha, ada sedikit harapan dalam hati mereka bahwa sahabat mereka yang biasanya ceria itu perlahan mulai pulih dari masalah yang tengah dihadapinya.

___________

_________________

Di kampus, Lulu merasakan sesuatu yang aneh. Biasanya, setiap hari seperti ini, Rasha akan datang pagi-pagi hanya untuk menyapanya atau berbasa-basi.

Awalnya, kebiasaan itu membuat Lulu merasa risih, seperti sedang diganggu. Namun, seiring waktu, rasa risih itu berubah menjadi sesuatu yang lain—kenyamanan.

Bahkan sekarang, saat Rasha tidak muncul seperti biasanya, Lulu merasa ada sesuatu yang hilang. Apakah ini rasa kehilangan? Lulu bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

LAUT DAN SENJA || LuRah ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang