(16) Jealous

303 43 7
                                    

Setelah hari kemarin berakhir dengan momen membahagiakan, pagi ini Rasha merasa sangat bersemangat untuk melanjutkan ospeknya di kampus. Ia tidak sabar ingin bertemu Lulu lagi, meskipun mereka berada di fakultas yang berbeda. Untungnya, gedung fakultas mereka bersebelahan, jadi Rasha yakin bisa dengan mudah menemukannya nanti. Setelah menyiapkan segala perlengkapannya, Rasha segera turun ke bawah untuk sarapan bersama kedua orang tuanya. "Morning, Mah, Pah," sapanya penuh semangat. 

Bobby, ayahnya, menatapnya dengan heran, "Morning, jagoan Papa. Ada apa nih? Semangat banget pagi-pagi?" tanya Bobby sambil tersenyum. Rasha hanya tertawa kecil, "Hahaha, nggak ada apa-apa, Pah. Ehm, aku sarapan roti aja ya, Pah, Mah. Mau langsung berangkat," ucapnya sambil mengambil dua buah roti berisi selai. Setelah itu, ia bersalaman dengan kedua orang tuanya. 

"Ehh, nggak mau makan dulu? Ini masih terlalu pagi loh, Sayang," tanya Gaby, ibunya, sedikit khawatir. "gapap, Mah, biar nggak kena macet," jawab Rasha santai. "Yaudah, Mah, Pah, Rasha pamit," lanjutnya sambil bergegas menuju garasi untuk mengambil motornya. "hati-hati, Nak!" seru Gaby yang dibalas jempol oleh Rasha.

Setelah memanaskan motornya, Rasha melaju membelah jalanan kota yang masih lengang, dengan kecepatan sedang. Tak butuh waktu lama, ia tiba di gerbang kampus dan langsung menuju parkiran gedung fakultasnya. Namun kali ini, ia sengaja parkir lebih dekat ke gedung fakultas Lulu, FISIP. Saat mematikan mesin motor, ia mendengar suara motor lain yang juga berhenti di dekatnya. Suara itu terdengar familiar.

Ketika pengendara motor tersebut mematikan mesin dan melepaskan helmnya, Rasha segera mengenali mereka. "Sett dah, semangat banget lo, Sha. Jam segini udah di kampus aja," seru Oniel, yang baru tiba bersama Indah. Rasha hanya tersenyum, "Hehe, iya Bang. Pengen aja ngerasain udara pagi di kampus," gurau Rasha. Mendengar candaan itu, Oniel terkekeh. Setelah membantu Indah melepaskan helmnya, mereka pun berpamitan untuk menuju gedung fakultas masing-masing. Rasha hanya mengangguk, sambil diam-diam berharap bisa segera bertemu dengan Lulu.

"Setttt broookk, dicariin malah di sini lo. Pantes aja ngabarin berangkat pagi, tapi di parkiran yang kemarin nggak ada," seru Ellan dengan suara lantang, diikuti Kathrin yang berdiri di sebelahnya.

Rasha terkekeh, "Hehe, ya maaf. Gue mau jadiin ini tempat parkir favorit." Mendengar jawaban itu, Ellan dan Kathrin sudah paham arah pembicaraan Rasha. Mereka tahu alasan Rasha parkir di dekat gedung FISIP, tempat Lulu kuliah.

"Dah deh, yuk ke gedung fakultas kita. Kita belum tahu nih, mau ospek di lapangan atau di dalam ruangan," ucap Kathrin, mengingatkan. Ellan dan Rasha pun mengangguk setuju, lalu mereka bertiga berjalan bersama menuju gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis, tempat mereka menjalani ospek.

______________
____________________

Setelah dua jam berada di dalam ruangan untuk mengikuti ospek fakultas, kegiatan selanjutnya dilanjutkan di lapangan terbuka yang terletak di antara gedung FISIP dan FEB. Bagi Rasha, ini seperti angin segar. Ia merasa yakin akan bertemu Lulu di sana. Lulu adalah bagian dari Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) di program studinya, jadi kemungkinan besar ia terlibat sebagai panitia ospek. Kalau pun tidak, Rasha menduga Lulu pasti sedang sibuk mempersiapkan ospek jurusan untuk besok, jadi pasti tetap ada Lulu di sekitar sana.

Dengan penuh antusias, Rasha memandang sekeliling, netranya sibuk mencari sosok Lulu di antara keramaian. Ketika pandangannya akhirnya menangkap sosok yang ia cari, hatinya justru sedikit tergores. Lulu terlihat tertawa riang bersama seorang laki-laki, yang Rasha tebak adalah kakak tingkatnya juga. Ada sorot kebahagiaan yang begitu jelas di mata Lulu, dan itu membuat hati Rasha tenggelam dalam rasa sedih. Ia belum pernah melihat Lulu sebahagia itu, dengan senyum yang begitu cerah dan mata yang berbinar. Terlebih lelaki yang di depan Lulu terlihat tampan, meskipun Rasha tahu dirinya cukup tampan, tapi melihat Lulu tertawa begitu lepas dengan pria lain membuatnya berkecil hati.

LAUT DAN SENJA || LuRah ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang