(17) Cynosure✨

284 41 2
                                    

Setelah istirahat makan siang dan sholat dzuhur, kegiatan ospek kembali dilanjutkan. Namun, suasananya jauh lebih santai daripada sebelumnya. Kali ini, lebih banyak hiburan dan permainan yang disisipkan dalam rangkaian kegiatan. Para panitia senior, tampaknya, juga merasa malas jika harus berbicara panjang lebar yang akhirnya hanya membuat para mahasiswa baru merasa bosan dan jenuh. Oleh karena itu, seluruh penyampaian materi telah selesai sebelum istirahat siang tadi, dan kini mereka tengah memainkan sebuah permainan yang disebut "Berdirilah Jika". Permainan ini cukup sederhana—panitia akan mengucapkan kalimat-kalimat yang mungkin relevan dengan para mahasiswa baru, dan mereka yang merasa kalimat tersebut sesuai harus berdiri.

Saat ini, salah satu panitia senior tengah memandu permainan tersebut. "Saya adalah seorang laki-laki," serunya, dan seketika seluruh mahasiswa baru laki-laki berdiri serempak. "Saya adalah anak tunggal," lanjutnya, dan hanya beberapa mahasiswa saja yang masih berdiri. Lalu, dengan senyum jahil, senior itu melontarkan kalimat berikutnya, "Dan saya sangat suka tebar pesona dengan wanita pakai otot-otot yang saya punya." Ucapannya disertai tawa kecil, yakin tidak ada yang akan bertahan berdiri kali ini.

Lapangan itu dipenuhi oleh tawa dan pandangan yang saling mencari, memastikan tidak ada yang masih berdiri. Namun, perhatian semua orang tertuju pada satu sosok yang masih saja berdiri,  ya, dia adalah Rasha. Tatapannya kosong, seakan tidak mendengar atau memahami instruksi sebelumnya. Bukan karena ia merasa tersentuh oleh kata-kata seniornya, melainkan pikirannya melayang, sibuk memikirkan kejadian yang dilihatnya pagi tadi. Zean dan Ellan, yang berada di dekatnya, telah mencoba memberi isyarat agar ia duduk, namun tak berhasil. Situasinya semakin canggung ketika seorang senior mulai berjalan mendekatinya. "Oke, bro. Siapa namanya?" tanya senior itu sambil mengarahkan mikrofon ke arah Rasha, yang seketika tersadar dari lamunannya.

"Ehhh, anu, Kak... Rasha, Rasha Abhiseva Wardhana," ucap Rasha dengan gugup, suaranya terdengar bergetar. Di bawah, Ellan dan Zean tak bisa menahan tawa melihat tingkah Rasha yang canggung. Rasha, yang merasa risih, menendang-nendang kecil kaki mereka agar berhenti menggodanya, tetapi justru semakin membuat mereka tertawa pelan.

 "Oke, Rasha yang tampan," ucap senior itu dengan nada bercanda, "Sekarang coba perlihatkan dong otot-otot yang kamu pakai buat menggoda kaum wanita itu." Kalimat itu membuat suasana semakin ramai, sementara Rasha langsung menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Gak ada, Kak. Saya gak punya otot," jawabnya polos, yang langsung disambut dengan tawa keras dari teman-teman mahasiswa baru dan para panitia lainnya. 

Namun, kakak senior itu tampaknya tidak mau menyerah begitu saja. Dengan senyum lebar, ia terus membujuk Rasha untuk menerima hukuman dari permainan ini. "Hahaha, oke-oke. Gini aja, kalau nggak mau tunjukin otot, sebutin hobi Rasha deh, yang berhubungan sama olahraga ya," ucapnya dengan santai yang tanpa Rasha sadari itu adalah jebakan untukknya. Rasha dengan penuh kesadaran langsung menjawab dengan tegas, "Sudah pasti basket dan futsal, Kak!" serunya dengan penuh keyakinan, yang membuat kakak-kakak panitia lainnya tersenyum. Namun, tanpa diduga, senior itu menambahkan, "Oke, sekarang by one basket ya sama Kak Rizky!" Kalimat itu membuat Rasha terkejut, matanya membelalak tak percaya dengan tantangan mendadak itu.

Seperti terhipnotis, Rasha tanpa ragu mengikuti arahan kakak seniornya yang membimbingnya menuju lapangan basket tak jauh dari tempat mereka berkumpul. Lapangan itu berada dalam jarak pandang dari lapangan ospek, bahkan lebih dekat dengan fakultas Lulu. Saat sorakan-sorakan ramai terdengar, Lulu dan Indah yang awalnya fokus pada layar laptop mereka tiba-tiba mengalihkan perhatian. Entah mengapa, keduanya tertarik menyaksikan Rasha yang bersiap untuk duel dengan Kak Rizky, senior yang cukup dikenal di fakultas ekonomi bahkan sampai ke FISIP karena keahiliannya bermain basket itu. Lulu, yang biasanya tak terlalu peduli, kali ini merasa penasaran dengan pertandingan itu. Ada sesuatu yang membuatnya fokus pada permainan Rasha, brondong yang selama ini selalu berusaha menarik perhatiannya.

LAUT DAN SENJA || LuRah ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang