(28) Balasan Perasaan

249 45 17
                                    

Setelah seharian penuh berada di kampus, Lulu akhirnya menyelesaikan jadwal kuliahnya. Ia berjalan keluar dari gedung fakultas dengan langkah ringan, siap untuk pulang.

Namun, di parkiran, matanya langsung tertuju pada sosok Rasha yang sudah berdiri menunggunya. Senyuman lebar terpancar di wajah pemuda itu, dan tanpa ragu ia melambaikan tangan ke arah Lulu dan Indah.

"Aduhh, dedek gemes satu ini emang paling bisa bikin baper ya," bisik Indah dengan nada menggoda, sambil menyenggol lengan Lulu.

 Lulu hanya mendengus kecil, menyenggol balik pundak Indah dan berbisik pelan, "Biasa aja," sambil mempercepat langkahnya menuju Rasha, meninggalkan Indah di belakangnya.

"Hai, Kak," sapa Rasha lembut ketika Lulu sudah berdiri di hadapannya dan dibalas senyuman manis oleh Lulu. Tanpa menunggu lama, Rasha langsung mengambil helm dan memakaikannya dengan hati-hati ke kepala Lulu. 

Sementara itu, Indah yang baru saja sampai ke parkiran bersama Oniel, hanya bisa terkekeh melihat perhatian manis Rasha. "Aduhhh, adik gemes, perhatian banget sih," goda Indah tanpa henti, membuat Lulu memutar mata kesal.

Tatapan tajam Lulu tak menggentarkan Indah yang malah semakin menggoda, "Hati-hati ya dedek, bawa sahabat aku. Jangan sampai lecet sedikitpun, yaaa."

Rasha hanya terkekeh, lalu dengan bercanda ia memberikan hormat seperti seorang prajurit, "Siap, Kak Indah. Dengan senang hati akan menjaga calon permaisuriku," ucapnya penuh canda, yang langsung membuat Indah dan Oniel tertawa terbahak-bahak. 

Lulu, yang sudah merasa kesal dengan ledekan tak henti-henti dari teman-temannya, akhirnya bersuara. "Udah ah, buruan balik, Sha. Gak baik lama-lama dengerin mereka," ucapnya dengan nada yang sedikit jengkel. 

Namun, justru ucapan Lulu semakin memancing tawa Oniel yang ikut menimpali, "Uuu posesif amat, si ibuuu. Maunya berdua aja ya?"

Semakin merasa diolok-olok, Lulu langsung memberi isyarat pada Rasha untuk segera berangkat. Rasha, yang masih menahan tawanya, akhirnya menuruti permintaan Lulu dan segera menyalakan mesin motornya.

"Duluan ya, Kak Indah, Bang Oniel," pamit Rasha sambil menoleh ke arah mereka sebelum melajukan motornya perlahan meninggalkan parkiran. 

Indah dan Oniel hanya bisa mengangguk sambil melambaikan tangan, masih dengan tawa yang tertahan melihat pasangan tak resmi itu pergi.

Saat motor Rasha dan Lulu mulai menjauh, Oniel tak bisa menahan dirinya untuk kembali berkomentar, "Gak nyangka ya sayang, Lulu bakal luluh sama brondong itu." 

Indah langsung mengangguk setuju, "Iya, banget sayangg. Padahal dulu denger namanya aja udah kayak orang kebakaran jenggot!" Mereka berdua kembali tertawa, mengenang betapa kerasnya Lulu menyangkal perasaannya dulu.

.......

Di perjalanan, Lulu dan Rasha masih tenggelam dalam diam, tak ada satu pun kata yang terucap di antara mereka. Hanya suara angin yang berdesir pelan menemani perjalanan mereka. Hingga tiba-tiba, Rasha menghentikan motor di depan sebuah kafe es krim kecil yang terletak di sudut kota. 

Lulu yang heran langsung bertanya, "Eh, kok berhenti, Sha?" dengan nada penuh kebingungan.

Rasha hanya tersenyum tipis, "Turun dulu yuk, Kak," jawabnya singkat sambil mematikan mesin motor.

Tanpa banyak tanya lagi, Lulu menuruti ajakan Rasha, kemudian dilepaskan oleh Rasha helmnya dengan perlahan. Setelah itu, diletakkannya dengan hati-hati di motor, lalu dengan gerakan tiba-tiba, ia menggandeng tangan Lulu dan membawanya masuk ke dalam kafe.

Setelah memesan dua cup es krim gelato, mereka duduk di salah satu sudut kafe yang sepi. Posisinya cukup strategis, dengan pemandangan jalanan kota yang mulai ramai oleh orang-orang yang pulang dari pekerjaan. Suara kendaraan yang berlalu-lalang terdengar samar, memberikan nuansa urban yang tenang. 

LAUT DAN SENJA || LuRah ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang