(18) Perhatian Si Berondong

295 37 2
                                    

Sudah satu bulan berlalu Rasha resmi menjadi mahasiswa di Universitas Atmanegara, namun selama waktu itu pula Lulu merasa seolah-olah terus dihantui oleh bayangan Rasha. Rasha, yang baru saja menapakkan kakinya di dunia perkuliahan, tampaknya selalu berusaha mencari cara untuk bisa bertemu dengan Lulu, meski hanya sekali dalam sehari. Setiap harinya, anak itu selalu muncul entah dari mana, membuat Lulu merasa tak tenang. Lulu sendiri yang sudah memasuki semester lima, tentu sibuk dengan berbagai tugas kuliah yang semakin menumpuk. Berbeda dengan Rasha yang masih di semester awal dan memiliki lebih banyak waktu luang. Lulu kini harus menghabiskan banyak waktu di kampus, baik untuk mengerjakan tugas ataupun mengikuti berbagai pertemuan kelompok. Keadaan ini, tanpa disadari Lulu, justru memberikan celah bagi Rasha untuk lebih sering menemuinya.

Seperti hari ini, di saat Lulu tengah sibuk membuat laporan jurnalistik bersama teman-teman kelompoknya di sudut kampus, Rasha kembali muncul dengan langkah santainya. "Haiii Kak Lulu!" sapanya dengan riang, seakan-akan dunia hanya miliknya. Lulu yang sedang fokus pada pekerjaannya, sejenak terdiam. Wajahnya menunjukkan kelelahan, bukan hanya karena tugas-tugas yang terus datang tanpa henti, tetapi juga karena kehadiran Rasha yang lagi-lagi mengganggu. Rasha, dengan senyum lebar dan mata berbinar, tidak menyadari betapa jenuhnya Lulu menghadapi situasi ini. 

Tak hanya Indah, kini teman-teman Lulu yang lain pun mulai menyadari bahwa Rasha memiliki perasaan lebih kepada Lulu. Tak jarang, hal ini menjadi bahan candaan di antara teman-teman Lulu karena cara Rasha mencintai Lulu sangat terkesan ugal-ugalan. Lulu merasa malu, bukan hanya karena perhatian yang tak diinginkan dari Rasha, tetapi juga karena ia menjadi bahan candaan di antara teman-temannya. Situasi ini membuat Lulu semakin ingin menghindari Rasha, meskipun tampaknya usaha itu selalu gagal karena Rasha tak pernah menyerah untuk terus mendekatinya.

"Aduhhh, dede gemesshh! Dari mana kamu?" bukan Lulu, ya tapi Jessi lah yang bertanya. Jessi, yang juga tengah sibuk mengerjakan tugasnya di gazebo fakultas Lulu dengan cepat menangkap momen itu untuk bercanda. Bukannya menjawab pertanyaan Jessi, Rasha malah tersenyum malu dan sedikit tersipu. Tanpa banyak bicara, ia mengulurkan dua kantong plastik berisi minuman milktea kesukaan Lulu yang dibelinya dari kedai Masbro, serta beberapa camilan untuk Lulu dan teman-temannya. 

"Nih, Kak. Biar Kakak semangat ngerjain laporannya dan pastinya nggak kelaparan," ucap Rasha sambil menyodorkan minuman itu ke arah Lulu yang masih terdiam kaget. "Aku sering lihat Kak Indah dikasih makanan dan minuman sama Bang Oniel kalau lagi nugas begini. Jadi, sebagai calon pacarnya Kak Lulu, aku nggak mau kalah dong!" Rasha menambahkan kalimat itu dengan kekehan khasnya, seolah tak peduli dengan tatapan tak percaya dari Lulu.

Ucapan itu sontak membuat teman-teman Lulu terbahak-bahak. Mereka sudah sering melihat tingkah Rasha yang penuh kejutan, dan kali ini anak itu lagi-lagi tak gagal mengundang tawa. Bagaimana tidak? Dengan percaya diri yang luar biasa, Rasha tanpa malu menyebut dirinya calon pacar Lulu, padahal Lulu sendiri sudah berusaha keras menghindari perhatian anak semester satu itu. Teman-teman Lulu semakin tak kuat melihat tingkah Rasha, mereka menganggap Rasha sebagai brondong Lulu yang selalu punya cara unik untuk menarik perhatian. Sementara itu, Lulu hanya bisa menghela napas panjang, mencoba menahan rasa malu yang semakin membuncah karena tingkah Rasha yang seolah tak pernah kehabisan akal untuk mendekatinya.

"Aduh, makasiiii ya dedekkk. Makasih juga loh kalau lo jadiin gw sama Bang Oniel referensi buat bahan bucin," kali ini giliran Indah yang turut menggoda Rasha, sekaligus Lulu. Indah, sahabat Lulu, tentu tidak ingin ketinggalan dalam meramaikan suasana yang sudah penuh dengan tawa dan godaan. Ucapannya disambut dengan tawa dari teman-teman yang lain, sementara Lulu hanya bisa memutar mata, berusaha menahan rasa malunya yang semakin membesar. Ia benar-benar merasa tidak berdaya di depan teman-temannya kali ini. Kalau hanya Jessi dan Indah yang menggoda, mungkin Lulu masih bisa menahannya, karena mereka sudah seperti saudara baginya. Namun kali ini berbeda, di sini juga ada teman-teman sekelas Lulu yang tidak begitu akrab, hanya sebatas teman dalam lingkup perkuliahan. Mereka mengenal Lulu sebagai sosok yang lembut dan manis, namun tetap tegas dan sering kali terkesan dingin.

LAUT DAN SENJA || LuRah ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang