Bab 20. Dona Dika

253 41 4
                                    

Rila mendatangi kamar Riga seperti setiap paginya. Dia membuka korden membiarkan cahaya matahari membangunkan sang pria.

"Pagi Ri," sapa Riga

"Pagi" sahut Rila lesu

"Kamu sakit? Kalau iya istirahat saja"

Rila menoleh melempar tatapan sengit.

"Janjian yah sama buk Dona?" tuduhnya. Riga mengusap wajahnya kasar, tak sanggup meladeni cek-cok di pagi  begini.

"Ini masih pagi lho Ri, sudah mengajak debat kusir"

Rila tak menanggapi candaan Riga, dia meninggalkan sang pria turun ke dapur membantu bik Nur menyiapkan sarapan. Tak lamanya Riga tiba, mengambil posisi di kursinya yang biasa.

"Pagi semua..!!"

"Rayen!" pekik Rila, segera menyambut.

"Apa kabar kak?"

"Tanya kabar seolah kita lama nggak ketemu saja, baru beberapa minggu yang lalu"

"Ray.." panggil Riga, ayah dan anak itu berpelukan.

"Sudah pas yah?" tanya Rayen pada Riga ayahnya.

"Apa?"

"Kak La menjadi seorang istri"

Riga tersenyum mengangguk ki.

"Menikah lah kak" ujar Rayen

"Bagaimana bisa menikah jika lamaran untuk ku gagal sebanyak empat kali" papar Rila. "Lagi pula kalau aku menikah dalam waktu dekat, siapa yang akan membantu om Riga"

"Kalau begitu kalian menikah saja, jadi kalian bisa terus bersama hahaha..."

Rila tergemap begitupun Riga, dari kursi masing-masing ke-duanya saling memandang. Meski bagi Rila itu adalah keinginan sang kawan yang ingin dia penuhi, tapi kembali lagi pada Riga. Dia tak tahu perasaan pria itu, terlebih lagi pihak ke-tiga mulai muncul terkadang berada di tengah-tengah mereka.

"Kamu butuh istirahat Ray, bicaranya ngawur" tegur Riga, membuat Rila menyadari sang pria tampaknya tak menyukai candaan tersebut.

Setelah sarapan, Rayen memutuskan ikut ke perusahaan dari pada di rumah seorang diri. Mereka berjalan beriringan bertiga, dengan Rila berada di tengah-tengah.

"Pak Riga,.!" panggil Dona dari arah depan, menghampiri dengan berlenggak lenggok. Rayen di sebelah Rila bersiul, sikapnya itu mendapat tatapan sengit dari Rila. Dan seketika Rayen bungkam.

"Ayah dan anak sama saja" batin Rila kesal.

Tak ingin mendengar percakapan antara Riga dan Dona yang membuat darah berdesir panas. Rila membawa paksa Rayen pergi meninggalkan mereka.

"Ayah nggak di tunggu?" tanya Rayen bingung, tak menahan diri ketika di seret.

"Ayah mu mana ingat kalau dia nggak sendiri"

Rayen menghentikan langkah lalu menoleh menatap Rila, menelisik ekspresi di wajahnya.

"Cemburu yah?" tuduhnya tersenyum usil, menunjuk wajah Rila yang kesal.

"Nggak!"

Rila berlalu pergi lebih dulu, hendak memasuki lahan perusahaan sebelum menghentikan langkah mendapati sebuah mobil box mendekat. Rila telah paham apa yang harus dirinya lakukan, yakni mengantikan peran Riga saat pria itu tak ada. Dan kemana juga pria itu belum menyusul?

Seorang pria dewasa berusia 30 tahunan, turun dari kursi pengemudi. Rila menatapnya heran, sebab bukanlah sopir biasanya.

"Mbak Rila yah?" tanya sopir tersebut seraya menghampiri.

Jodoh PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang