Bab 33. Bersiap

267 37 8
                                    

Rila cukup sibuk bergelut di dapur membuat beberapa jenis masakan untuk makan malam. Hari ini bik Nur belum bisa datang sebab suatu alasan.

Bagi Rila yang telah terbiasa melakukan pekerjaan dapur, dia menikmati perannya tanpa merasa terbebani. Wajahnya justru memancarkan kebahagiaan menyiapkan makanan untuk suami dan anak sambungnya.

A!!

Rila terkejut ketika Riga memeluknya tiba-tiba dari belakang.

"Mas ngagetin aja sih" keluh nya kembali melanjutkan masakan.

"Maaf, tapi nggak sampai jantungnya ini copot kan?"

Rila terkekeh lalu menyentil punggung tangan Riga yang meraup salah satu buah dadanya.

"Sejak kapan itu jantung"

"Di baliknya"

Riga makin gencar menciumi leher jenjang Rila yang berpasrah. Bunyi ecapan demi ecapan membuat fokus Rila buyar menikmati ciuman-ciuman lembut nan lembab prianya.

"Nanti saja yah makannya" ujar Riga ingin segera melarikan istrinya ke kamar mereka.

"Mas, Rayen kan ingin makan malam bersama sebelum kembali ke kabupaten Pesawaran. Kalau saya nggak masak kita mau makan apa"

"Gampang, tinggal pesan saja"

Rila menggeleng.

"Nggak mau, saya mau suami dan anak saya makan masakan buatan saya"

Tanpa mereka sadari Rayen telah tiba. Tak ada yang menyadari sebab dia pulang tak menggunakan motor sport miliknya. Tapi menggunakan jasa taksi.

Aroma masakan buatan sang ibu sambung menuntun langkahnya ke arah dapur, akan tetapi begitu tiba dia tak meneruskan langkah mendapati sang ayah sedang bermanja-manja pada istrinya.

Rayen paham karena selama 4 tahun ini ayahnya telah hidup tanpa pasangan. Pasti ada rindu dan rasa bahagia kembali memiliki pendamping, sehingga dia tak mau mengganggu. Rayen menyadarkan badan pada dinding di sekitar, tak baik baginya jika dia tiba-tiba merusak kemanjaan pasutri baru di hadapannya ini.

Riga melepaskan pelukan menuruti pinta sang istri, dia membantu dengan menyiapkan wadah yang di butuhkan, dia justru mendapati anaknya tak jauh dari mereka.

"Rayen, kapan datang?" tanyanya

Rila memutar badan. Dia jadi malu menyadari sedari tadi dia dan Riga bermesraan.

"Dari tadi" Rayen mendekat, mengarah ke lemari pendingin, mengambil sebotol air mineral.

"Kenapa nggak bilang" sahut Rila

"Yah nggak enak lah menganggu kalian. Aku ngerti kok ada pengantin baru di rumah ini" candanya telah mengambil posisi.

"Nggak sopan ini anak, ayah sama bunda lagi menyiapkan makanan malah langsung duduk" tegur Riga bercanda

"Yah, aku sudah lapar"

Rila menyela sebelum percekcokan terjadi. Dia meminta sang suami untuk duduk, sementara dirinya yang melayani. Selama ini yang dia lihat setelah mereka kembali bertemu, ayah dan anak itu justru tampak seperti kawan yang terkadang beradu argument akan hal sepele.

Mereka bercakap-cakap ringan sembari mengisi perut yang lapar, membahas soal perkebunan di dua kabupaten.

Setelahnya mereka ke kamar masing-masing mengemas pakaian dan beberapa keperluan lain untuk di bawa.

Sebagai seorang wanita, keperluan Rila tentu banyak, hingga dia cukup lama mengemasi barang-barang yang baru di pindahkan ke rumah itu.

"Masih lama sayang?" tanya Riga dari atas tempat tidur.

Jodoh PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang