Bab 15. Awal Baru

373 38 3
                                    

Tin!

[Besok, kamu langsung masuk saja kalau sudah sampai. Kamu tahukan saya kalau tidur susah bangun] pesan dari Riga begitu Rila tiba di kediaman kakeknya.

[Iya om]

[Nggak usah datang pagi-pagi sekali, kita mulai bekerja itu di jam 8]

[Iya om]

Sebelumnya Rila telah menghubungi ke-dua orang tuanya, meminta izin menetap untuk bekerja.

Meski awalnya ke-dua orang tuanya enggan untuk menyetujui, sebab tak ingin lagi berjauhan dari anak mereka, tapi pada akhirnya mereka mengizinkan. Mungkin tak seharusnya juga mereka khawatir berlebihan pada anaknya yang telah paham dia berada di mana dan pasti bisa menjaga diri.

Setelah bercakap-cakap dengan ayahnya, sang ibu mengambil alih telpon, lalu menjaga jarak dari suaminya.

"Apa itu artinya kamu akan melakukan permintaan Karen?" tanya beliau, Rila diam berpikir cukup lama.

"Mungkin nggak ada salahnya ku coba buk. Aku juga nggak mau terus di buru permintaan Karen, rasanya aku nggak tenang"

"Mengabulkan keinginan seseorang memang boleh, asal nggak membebani, apa lagi ini menyangkut soal pernikahan, yang mana itu hal sakral yang orang-orang harap sekali seumur hidup"

"Iya buk, aku paham"

"Apapun itu ibu akan selalu mendukung yang penting itu nggak membebani mu. Dan ingat, jangan di paksakan kalau kamu nggak sanggup"

"Iya buk"

Rila akan mencoba melakukan pendekatan pada Riga. Mungkin dengan demikian, dirinya akan tenang tak selalu di hantui permintaan terakhir sang kawan, yang dia anggap penyebab lamaran-lamaran untuk dirinya gagal.

Tin!

Pesan dari Rayen, mengirim foto sebuah surat pemeriksaan kesehatan ayahnya.

Rila membaca dengan seksama, sangat teliti, lalu bertanya apa maksud Rayen mengirim foto hasil pemeriksaan kesehatan tersebut.

[Itu akan membantu tugasmu kak sebagai asisten ayah] balas Rayen tapi lagi membuat Rila bingung.

[Kak Rila ke rumah dulu pagi-pagi bangunkan ayah. Kak La tahukan ayah susah bangun jika nggak di bangun kan]

[Yes, I know]

[Nah, berhubung art belum ada, kak Rila yang menyiapkan sarapan untuk ayah yah]

[Pekerjaan asisten memang seperti itu yah?]

[Kak Rila kan asisten pribadi ayah. Sebelum berangkat bekerja, kak Rila perhatikan ayah, nah ketika bekerja tetap melakukan hal yang sama. Nanti juga ayah mengarahkan kok]

Rila tak menyangka yang Riga katakan dengan bercanda ternyata benar adanya. Jika pagi dia harus mengurus sang pria, dan begitu tiba di tujuan, bersama-sama mengurus pekerjaan.

[Ok kak?]

[Iya ok. Eh! Terus kamu di perhatikan juga?]

[Aku nggak perlu, aku akan berangkat ke kabupaten Pesawaran besok pagi]

[Kok nggak bilang tadi]

[Nanti juga aku berkunjung lagi. Ok kak, good night]

[Good night, too]

Rila meletakkan ponselnya ke atas nakas lalu merebahkan badan bersiap untuk tidur. Sebelum benar-benar memejamkan mata, dia kembali menyambar ponselnya lalu membuka internet, mencari pantangan maupun anjuran untuk masalah kesehatan Riga.

Dia tak mau pria paruh baya itu sampai kenapa-kenapa di bawah tanggung jawabnya sebagai seorang asisten. Dia akan teliti dalam bekerja.
Dan untuk saat ini, dia tidur lebih awal, agar bangun awal pula.


Jodoh PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang