Bab 18. Yang Terbaik

373 39 0
                                    

Rila mulai terbiasa dengan pekerjaannya kini, tak perlu pengarahan lagi. Dia mendatangi kamar Riga seperti yang sudah-sudah sebagai pekerjaan pertamanya di pagi hari.

Bahkan setibanya di kabupaten Tanggamus, dia di beri kunci serep kamar Riga oleh pemiliknya sendiri. Tak lain agar memudahkan Rila ketika membangunkannya.

Lagi pemandangan sama Rila dapati. Melihat Riga tidur dalam posisi tengkurap bertelanjang dada. Rila tak tahu apa pria ini tidur hanya dengan satu gaya saja, sehingga selalu mendapatinya setiap pagi dengan gaya yang sama.

Rila hanya tersenyum kecil menatapnya sebentar lalu bergerak ke arah jendela membuka korden telah di suguhkan pemandangan perusahaan milik Riga, dengan perkebunan kakao menjadi latar belakang.

Sungguh indah pemandangan ini, yang tak bisa di dapatkan ketika di kota.

"Ri,.." panggil Riga, Rila memutar badan dan menghampiri.

"Iya om"

"Tumben saya nggak dengar suara kamu membangunkan"

Tentu Riga tak mendengar suara Rila, wanita itu belum mengucapkan sepatah kata begitu tiba. Percuma baginya, sama saja berbicara dengan tembok jika membangun kan Riga dengan berbicara.

"Percuma om, sama saja bohong. Bangun om, mandi. Kata pak Rion banyak petani yang akan datang menjual kakao mereka"

Riga mengernyit.

"Kamu ketemu di mana dengan pak Rion?"

"Di jalan. Tadi saya jalan-jalan di sekitar sini"

"Kenapa nggak membangunkan saya, kalau kamu sampai kesasar terus hilang bagaimana"

"Sepertinya nggak akan deh om"

"Kenapa yakin begitu?"

"Karena saya sudah di kenal sebagai asisten om Riga, yah otomatis kalau saya hilang yang menemukan saya pasti akan mengantarkan saya pada om Riga"

"Iya kalau kamu bertemu dengan orang baik, kalau nggak bagaimana? Apa lagi kamu itu cantik, bisa saja ada yang berniat buruk sama kamu"

Rila tersenyum lebar ketika Riga memujinya tanpa sang pria sadari mungkin.

"Kenapa senyum-senyum?" tanya Riga

"Om nggak sadar, om memuji saya barusan"

"Saya nggak memuji, itu memang kenyataannya"

Rila hanya melempar senyum sumringah lalu melepaskan selimut dari tubuh Riga, bahkan menariknya turun dari tempat tidur yang enggan meninggalkan pembaringannya.

Rila mendorong punggung Riga yang menahan diri di depan pintu kamar mandi, lalu menutup pintu dan merapihkan tempat tidur juga kamar itu sedikit, lalu kembali ke kamarnya.

Tugas awal Rila usai, yakni membangunkan Riga. Untuk sarapan dia sungkan menggunakan dapur yang di isi penyewa, juga tak ingin membuat mereka jadi sungkan nantinya. Maka dia akan mengajak Riga sarapan di luar.

Tok! Tok! Tok!

"Rila...! Ayo"

"Iya om"

Rila membereskan bawaannya ke-dalam tas selempang, dan sekali lagi mematut diri di depan cermin, dan tak lupa menyemprotkan parfum ke tubuhnya.

Cklet..

"Hmmm.. anak gadis wanginya" puji Riga, sempat Rila merasa malu, lalu bersama-sama meninggalkan rumah.

"Om, Kita sarapan di luar yah"

Riga mengangguk ki ikut saja.

Sebab Rila yang belum banyak mengetahui seluk beluk lokasi di sekitar, Riga membawanya ke sebuah rumah makan yang cukup terkenal di sana, dia pun memesan 2 porsi nasi goreng.

Jodoh PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang