Bab 16. Rumah Cokelat

333 34 4
                                    

Tiba di toko kue milik Riga, semua yang di dagangkan hasil dari toko tersebut maupun rumah produksi. Di toko dengan nama Rumah Cokelat tersebut tersedia beragam kue basah maupun kue kering berbahan coklat. Bahkan camilan buatan rumah produksi Riga memiliki banyak peminat pun menerima pesanan dari berbagai toko.

"Wah, toko kue om besar sekali" puji Rila

"Karena di bagian atas ada cafe yang di peruntukan untuk pelanggan agar lebih nyaman ketika ingin menikmati di tempat"

Mereka turun dari mobil bergerak memasuki toko kue di hadapan.

Rila di perkenalkan pada ke-empat karyawan di toko tersebut, juga Rila di arahkan tata cara pengelolaannya oleh Riga sendiri.

Sebagai bagian dari usaha Riga, tentu Rila harus paham dengan apa yang dia geluti, sehingga Riga meminta beberapa jenis kue untuk Rila cicipi dan di minta untuk memberi masukan.

Rila yang memang sangat menyukai coklat, ibarat dirinya mimpi di suguhi hampir se meja kue coklat.

"Om, saya nggak bisa menghabiskan semua ini" papar Rila, netranya telah lebih dulu melahap semua kue yang di hidangkan di hadapannya. Tapi
Riga hanya tersenyum dan ikut membantu dengan menikmati bersama. Dia lupa kapan terakhir kali dia menikmati olahan coklat dari usahanya sendiri.

Supaya lebih nyaman, mereka berpindah ke lantai atas, letak cafe berada untuk mereka yang menginginkan tempat lebih privasi.

Bahkan tak tanggung-tanggung, Riga mendekor lantai atas bernuansa Bohemian.

Di sana juga di pajang beberapa artikel tentang kakao untuk menambah wawasan bagi mereka yang tertarik.

"Cafe ini keren sekali om" lagi puji Rila tak hentinya, berada di tepi pembatas memerhatikan lalu lintas kota yang tak begitu padat sehingga tak menimbulkan banyak polusi.

"Cafe ini menjadi favorit untuk wisatawan dan anak muda. Di sini mereka bisa menikmati beragam kue tradisional berbahan coklat, juga menambah wawasan, mendapatkan oleh-oleh, bersantai, dan berfoto"

Tiba dua pelayan menata kue di hadapan Riga. Rila mendekat hendak membantu, tapi Riga menahannya, melarang dengan gelengan pelan, karena baginya itu bukanlah tugas Rila, juga dengan cara itu dia bisa menilai kinerja para pegawainya.

Rila menuruti lalu ikut duduk di sisi Riga sembari menatap pemandangan kota Bandar Lampung.

Riga meminta setiap kali Rila menyicipi kue yang ada, dia harus memberi masukan bahkan kritikan jika di rasa perlu.

Wajah Rila berubah serius meresapi kunyahan demi kunyahan berbagai kue coklat yang ada, dan memaparkan keunggulan dan kekurangan dari setiap kue yang di cicipi, yang ternyata pendapatnya tak berbeda jauh dari pendapat Riga.

"Begitu tiba di sini kamu sudah ke mana saja?" tanya Riga

"Saya baru tiba saat om memanggil  saya di makam Karen dan Tante"

"Jadi belum sempat kemana-mana mengenang kota Lampung?"

"Nggak sempat, eh tau-tau nya akan bekerja"

"Besok kita ke kabupaten Tanggamus. Dan untuk hari ini kita jalan-jalan, bagaimana?"

Rila menoleh menatap Riga tak percaya. Dia tak menyangka hari pertamanya bekerja justru di tawari berjalan-jalan menghibur diri bahkan sebelum dirinya merasakan kesibukan.

"Boleh om"

Rila memiliki ide untuk membawa kue-kue yang ada di hadapan mereka untuk di jadikan bekal di perjalanan. Lalu Riga memanggil seorang pegawai untuk mengemas kue-kue tersebut.

Jodoh PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang