BAB 19

279 41 15
                                    

Terdengar bunyi gedoran keras dari arah pintu depan, menggema hingga ke kamar di mana Jay dan Ni-ki masih bergelung dalam selimut, tenggelam di dunia mimpi mereka. Jay, yang paling terusik, merengut kesal sambil melirik ke arah jam dinding. "Pukul sembilan pagi? Serius?" gumamnya, setengah menggerutu. Dengan langkah malas, ia berjalan menuju pintu dan membukanya. Di hadapannya, terpampang wajah saudara-saudaranya yang tampak tak bersalah, berdiri berbaris dengan senyum di wajah.


Heeseung, dengan senyum lebarnya, langsung menyapa tanpa rasa bersalah, sementara Jake dan Sunghoon tak menunggu lama untuk menerobos masuk ke dalam, seolah sudah biasa. Sunoo dan Jungwon, masih mengenakan piyama mereka, berdiri di ambang pintu sambil menguap lebar. "Apa-apaan ini?" Jay menggerutu lagi, kini benar-benar terjaga, memandang saudara-saudaranya yang tampaknya menganggap pagi hari ini sebagai waktu yang tepat untuk membuat kekacauan.


Jay hanya bisa menghela napas panjang dan masuk kembali ke kamar, berniat melanjutkan tidurnya yang tertunda. Tapi begitu melihat pemandangan di depannya, niat itu seketika terasa mustahil. Semuanya sudah bergelimpangan di kasur, dengan Ni-ki yang terjepit di tengah-tengah. "Heeseung Hyung, geseran dikit! Ni-ki sesak napas loh ini!" teriak Ni-ki, namun Heeseung hanya membalas dengan tawa pelan, tampak tak peduli. Sementara itu, Sunoo dan Jungwon masih ribut berebut tempat di samping kiri Ni-ki, membuat suasana semakin kacau.


Belum selesai kekacauan di kasur, dari sudut ruangan terdengar suara gitar yang dimainkan Jake dengan nada keras dan tidak beraturan. Tak lama kemudian, bunyi drum Sunghoon menyusul, seolah berusaha mengalahkan suara gitar. Jay hanya bisa memutar matanya dan mendengus pelan. "Tidur? Lupakan saja," gumamnya, mencoba menerima kenyataan bahwa pagi ini akan jauh dari kata tenang.

____________________________________________________________

Karena hari sudah mulai siang, Jay akhirnya memutuskan untuk memesan makanan. Setelah makanan datang dan terhidang di atas meja makan, suasana tenang seketika berubah menjadi kekacauan. Semua saudaranya berlarian menuju meja makan, bersemangat melihat hidangan yang menggugah selera. Namun, masalah baru muncul; dengan hanya empat kursi di meja, mereka mulai berebutan untuk duduk. Heeseung, yang paling tua, tak mau mengalah dan berusaha mendapatkan kursi pertama, sementara Ni-ki dengan cepat merebut kursi yang dibantu Jay.


Kekacauan semakin menjadi-jadi ketika Jake dan Sunghoon mulai saling tarik-menarik kursi, berusaha untuk mendapatkan tempat duduk. Di sisi lain, Sunoo dan Jungwon saling melempar tatapan dingin, masing-masing berusaha mempertahankan haknya untuk duduk di kursi terakhir yang tersisa. Suasana menjadi semakin lucu dan absurd ketika semua orang berbicara bersamaan, berteriak, dan tertawa, sementara Jay hanya bisa menggelengkan kepala, menyadari bahwa suasana makan siang kali ini tidak akan pernah berjalan dengan tenang.


Setelah sarapan penuh drama itu berakhir, mereka berkumpul di ruang tengah sambil menonton TV. Suasana yang tadinya riuh kini berangsur tenang, tetapi Ni-ki mendadak merasa aneh. "Kalian semua tidak bekerja?" tanyanya dengan heran, baru menyadari situasi yang ada. "Bolos sehari lah, Ki. Biarkan Nicholas yang urus," jawab Jake sambil menguap, menandakan bahwa dia masih merasa ngantuk. Sementara itu, Heeseung yang mulai bosan menarik tangan Ni-ki, mengisyaratkan agar dia ikut bersamanya.


"Kenapa, Hyung?" tanya Ni-ki dengan penuh rasa ingin tahu. Heeseung memberi isyarat agar Ni-ki tidak berisik, lalu berkata, "Hyung mau ajak Ni-ki main basket, mau?" Mendengar ajakan itu, wajah Ni-ki langsung bersinar dengan senyuman. Tanpa ragu, dia mengangguk setuju, merasa antusias untuk menghabiskan waktu bersama Heeseung di lapangan.

____________________________________________________________

Heeseung dan Ni-ki melangkah keluar dengan diam-diam, tak memberi tahu yang lain. Mereka hanya ingin menikmati waktu berdua, tanpa gangguan. "Hyung iri sama Jay," Heeseung berkata sambil tersenyum kecil, "Dia bisa seharian dengan Ni-ki, hyung juga mau." Ni-ki hanya tertawa kecil, mengikuti langkah Heeseung menuju lapangan basket di ujung jalan.


The Innocent Heir | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang