Bab 35

269 49 4
                                    

Jungwon menggenggam erat tangan Ni-ki, menyeretnya dengan cepat ke sudut ruangan yang lebih gelap dan tersembunyi. "Jangan keluar sampai aku kembali, tunggu sampai benar-benar aman," bisiknya tegas, menatap mata Ni-ki dengan penuh kewaspadaan. Ni-ki hanya mengangguk, meski hatinya bergejolak antara rasa takut dan keinginan untuk membantu. Namun, ia tahu betul bahwa di medan seperti ini, keberaniannya saja tidak cukup tanpa kemampuan bertarung. Jadi, ia duduk memeluk lutut di sudut itu, menahan kegelisahan yang menggerogoti pikirannya, berharap semuanya segera berakhir tanpa ada yang terluka.

Dari tempat persembunyiannya, Ni-ki bisa mendengar suara langkah kaki tergesa-gesa dan gemuruh pertempuran di luar sana. Setiap dentingan senjata dan teriakan membuat jantungnya berdegup semakin kencang. Sesekali, ia mencoba mengintip dari celah kecil di dinding, namun segera teringat kata-kata Jungwon dan menahan dirinya. Keringat dingin membasahi tangannya—perasaan tidak berdaya benar-benar menyiksa. Di tengah ketakutannya, pikiran-pikiran buruk mulai menghantui: bagaimana jika Jungwon terluka? Bagaimana jika semuanya tidak berjalan sesuai rencana? Ia menggigit bibirnya kuat-kuat, menahan dorongan untuk keluar dan melakukan sesuatu, apa pun, meski ia tahu itu hanya akan membuat keadaan semakin buruk. Yang bisa ia lakukan hanyalah berdoa dalam hati, berharap Jungwon dan yang lain berhasil melewati semua ini dengan selamat.

Waktu terasa melambat, dan setiap detik yang berlalu menambah beban di dada Ni-ki. Tiba-tiba, suara langkah kaki mendekat, semakin lama semakin jelas. Jantungnya berdebar tak karuan, membuatnya merapatkan tubuh ke dinding. Siapa pun yang mendekat, ia hanya bisa berharap itu adalah Jungwon yang datang menjemputnya, bukan seseorang yang berniat jahat. Namun, ketika sosok itu muncul di ambang pintu, harapannya seketika pupus. Seorang pria bertubuh kekar, dengan tatapan mata yang penuh kebencian, melangkah masuk. Ia menatap langsung ke arah Ni-ki yang terpojok. “Nah, lihat siapa yang kita punya di sini,” suaranya terdengar serak, penuh ancaman. Ni-ki tersentak panik, tubuhnya menegang, tetapi ia tidak punya tempat untuk lari. Dalam kepanikan, ia hanya bisa berpikir satu hal—di mana Jungwon dan saudara lainnya?

Ni-ki menggigil, punggungnya terasa dingin menempel di dinding yang lembap. Pria itu mendekat, senyumnya miring dan langkahnya berat seakan menikmati rasa takut mangsanya. "Anak kecil sepertimu seharusnya tidak ada di sini," ucapnya pelan, seolah berbicara pada hewan yang terjebak.


Saat pria itu mengulurkan tangan untuk menarik Ni-ki, tiba-tiba suara desingan tajam melesat di udara. Dalam sekejap, pria tersebut terjatuh dengan erangan kesakitan, memegangi lengannya yang terluka. Ni-ki terkejut, menatap ke arah pintu di mana Jungwon berdiri—napasnya terengah, tangan masih memegang pisau lempar yang kini berlumur darah.


“Sudah kubilang tetap di tempatmu,” Jungwon berkata tegas, matanya menatap tajam. Pria itu berusaha bangkit, tetapi Jungwon tidak memberinya kesempatan. Dengan cepat, ia melesat maju, mengunci lawannya dengan cekatan. "Jangan lihat, Ni-ki!" perintah Jungwon, seakan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya terlalu berat bagi adiknya. Ni-ki menggigit bibirnya, berusaha patuh, tetapi desahan kesakitan pria itu dan suara perlawanan yang brutal membuatnya sulit memalingkan pikiran.


Dalam beberapa detik, semuanya selesai. Jungwon berdiri kembali, mengatur napas, sementara pria itu tak lagi bergerak. “Ayo,” Jungwon menarik tangan Ni-ki dengan cepat. “Kita belum aman di sini.” Meski tubuhnya masih gemetar, Ni-ki mengikuti tanpa membantah, sadar bahwa dalam dunia seperti ini, ia hanya bisa percaya pada saudaranya untuk bertahan.

Jungwon mengayunkan tinjunya dengan cepat, menangkis serangan demi serangan yang datang tanpa henti. Tiga orang pria mengerubutinya, membuatnya harus fokus penuh pada setiap gerakan. Peluru telah habis, jadi ia hanya mengandalkan naluri dan kecepatan untuk bertahan. Keringat membasahi wajahnya, tapi pikirannya hanya satu: melindungi Ni-ki.


The Innocent Heir | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang