BAB 20

295 57 4
                                    

Ni-ki terbangun karena mendengar suara ribut-ribut dari arah depan, dan saat ia membuka matanya, sinar matahari sudah muncul dengan cerah. Ketika ia melihat ke arah pintu, Sunghoon masuk ke kamar dengan wajah yang segar, tersenyum lebar pada Ni-ki yang masih terbaring di kasur, tampak seperti sosok yang baru saja terbangun dari mimpi. "Selamat pagi, Ni-ki," ucap Sunghoon sambil membuka tirai jendela, membiarkan sinar matahari semakin membanjiri kamar kecil itu. Ni-ki mengerutkan dahi dan menutupi wajahnya dengan bantal, "Silau, Hyung!" rengek Ni-ki, suaranya masih serak.


Sunghoon hanya tertawa samar mendengar keluhan adiknya. "Sinar matahari pagi itu bagus untuk tubuh, Ki. Ada vitamin D-nya," lanjutnya dengan semangat. "Mulai sekarang, kamu harus dibiasakan bangun lebih awal." Ni-ki menggeliat, berusaha mengusir rasa malas yang menyelimuti tubuhnya. Ia tahu, di balik semua kebisingan dan cahaya pagi, ada kegiatan seru yang menantinya. Namun, saat ini, ia lebih memilih untuk menikmati momen tenang ini dan menanti sisa-sisa tidur yang belum sepenuhnya pergi.



"Nanti ikut Hyung ya Ki, kita berenang," ajak Sunghoon dengan penuh semangat. Ni-ki mengangguk setuju, merasakan antusiasme yang menular dari Hyung-nya. Setelah itu, ia segera mandi dan bersiap untuk sarapan. Begitu melangkah ke ruang makan, tercium aroma makanan yang dimasak oleh Jay memenuhi ruangan, menggugah selera Ni-ki dan membuatnya merasa semakin bersemangat untuk memulai hari. Senyum mengembang di wajahnya saat ia membayangkan serunya berenang setelah menikmati hidangan lezat yang disiapkan oleh Jay.



Setelah sarapan yang menggugah selera, Sunghoon dan Ni-ki bergegas pergi berenang bersama. Dengan semangat yang membara, mereka melompat ke kolam renang, suara tawa mereka menggema di udara cerah. Air yang segar menyambut mereka, dan mereka berdua bersenang-senang, melakukan berbagai gerakan di dalam air sambil saling bercanda. Momen-momen sederhana itu terasa begitu berharga, memberikan mereka kesempatan untuk melupakan segala hal dan menikmati kebersamaan dengan penuh keceriaan.


Saat menjelang waktu makan siang, mereka berdua akhirnya keluar dari kolam dan duduk di sebuah meja, siap menyantap makanan yang telah disiapkan. Ni-ki makan dengan lahap, sesekali menatap Sunghoon yang juga tampak menikmati hidangannya. Namun, ada sesuatu yang membuat Ni-ki tampak lebih bahagia dari biasanya; mungkin karena suasana ceria dan kebersamaan dengan Hyung-nya. Senyuman di wajahnya tak dapat disembunyikan, seolah setiap suapan makanan menambah kebahagiaan yang mengalir di dalam dirinya. Momen ini, bagi Ni-ki, adalah salah satu kenangan yang akan ia simpan dalam hati.



Sunghoon memperhatikan wajah adiknya yang sedang makan dengan pipi yang menggembung lucu, membuatnya tak tahan untuk tidak mencubit pipi Ni-ki dengan gemas. Dalam momen sederhana itu, Sunghoon melupakan makanannya yang masih tersisa, terhanyut dalam keindahan kebersamaan mereka. Tatapannya terlihat berbinar-binar, penuh cinta dan kebanggaan, namun di balik senyuman itu, ada cahaya kesedihan yang samar. Sunghoon mengusap kepala Ni-ki dengan lembut, merasakan betapa berharganya momen ini, meskipun ada kerinduan yang tak terucapkan mengendap di hati mereka.



Tiba-tiba, Sunghoon mengatakan sesuatu yang membuat Ni-ki tersedak makanannya sendiri. "Nanti kalau Ni-ki rindu sama Hyung, berenang saja. Pasti nanti Hyung datang dan berenang dengan Ni-ki," ucap Sunghoon, suaranya ringan namun penuh makna. Ni-ki mengerutkan keningnya, merasa ambigu dengan ucapan Hyung-nya itu. Rasa penasaran dan kebingungan menggantikan selera makannya yang sebelumnya menggebu, membuatnya terdiam sejenak. Perkataan Sunghoon seolah menyimpan sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang sulit dijabarkan. Ia merasa ada nuansa yang berbeda, dan pertanyaan tentang apa yang sebenarnya dimaksud oleh Sunghoon mulai berputar di benaknya, membuat suasana hati yang ceria seketika menjadi penuh tanda tanya.



"Ayo kita berenang lagi, Ki, di kolam sana saja," ucap Sunghoon dengan semangat sambil menuntun tangan Ni-ki untuk mengikutinya. Namun, Ni-ki hanya bisa melihat keceriaan Sunghoon dengan wajah yang sendu, perasaannya campur aduk antara ingin ikut merasakan kebahagiaan Hyung-nya dan ketidakpastian yang menggelayuti pikirannya. Meski Sunghoon tampak bersemangat, Ni-ki merasakan sesuatu yang lebih dalam di balik senyuman ceria itu, seolah ada kabut kesedihan yang mengintip di antara mereka. Momen tersebut terasa berat bagi Ni-ki, tetapi ia tidak ingin menghalangi kebahagiaan Sunghoon, meskipun hatinya tak sepenuhnya bisa ikut berbahagia.



Dengan sedikit ragu, Ni-ki akhirnya mengikut langkah Sunghoon menuju kolam renang, berusaha menutupi perasaannya yang campur aduk. Saat mereka sampai di tepi kolam, Ni-ki melihat wajah Hyung-nya yang bersinar dengan antusias, seolah dunia di sekitar mereka hanya milik berdua. Meskipun semangat Sunghoon menyebar seperti cahaya matahari, Ni-ki merasa seolah ada jarak tak terlihat di antara mereka, membuatnya semakin ingin memahami apa yang sebenarnya terjadi.



Sunghoon melompat ke dalam kolam, menciptakan percikan air yang ceria, dan Ni-ki tidak bisa menahan senyumnya sejenak melihat kebahagiaan Hyung-nya. Namun, saat ia melangkah ke dalam air, dinginnya air seakan membawa kembali semua keraguan dan kesedihan yang mengendap di hatinya. Ia mengingat perkataan Sunghoon yang sebelumnya, terngiang di telinganya, dan ia berusaha mencari makna di baliknya. Dengan setiap gerakan, Ni-ki berusaha untuk merasakan kebahagiaan yang ditunjukkan Sunghoon, meskipun perasaannya masih berat. Dia tahu, meskipun sulit, mereka harus terus bergerak maju.

____________________________________________________________

Ni-ki dan Sunghoon telah sampai di rumah, dan suasana di ruang keluarga tampak santai, dengan semua anggota keluarga berkumpul. Sunoo dan Jungwon, yang terlihat penuh energi, segera menghampiri Ni-ki dan menariknya menuju sebuah ruangan yang cukup luas. Dengan senyuman lebar, Sunoo mulai memutar musik yang ceria, sementara Jungwon membawa Ni-ki ke tengah-tengah antara mereka berdua, menciptakan suasana yang penuh keceriaan.


"Kalian kenapa, Hyung?" tanya Ni-ki heran, merasa sedikit bingung dengan perhatian mendadak yang diterimanya. Namun, sebelum ia bisa mengajukan pertanyaan lebih lanjut, Sunoo dan Jungwon sudah mulai bergerak, mengajak Ni-ki untuk ikut menari mengikuti irama musik yang menggema di ruangan. Tak dapat menahan tawa, Ni-ki akhirnya terjebak dalam semangat mereka, merasakan keceriaan yang meluap-luap dan menyadari bahwa momen-momen sederhana seperti ini adalah bagian terpenting dari kebersamaan mereka sebagai sebuah keluarga.

____________________________________________________________

"Taki, apa kau sudah siap untuk besok?" tanya Hani dengan senyuman menawan yang disertai nuansa mengerikan, seolah ada sesuatu yang gelap tersembunyi di baliknya. Taki hanya mengangguk ragu, merasakan ketegangan yang menjalar di sekujur tubuhnya; besok akan terjadi sesuatu yang sangat besar dan akan berdampak besar untuk dirinya. Dalam hati, Taki mengakui bahwa wanita di depannya ini memang sudah tidak waras, namun ia juga merasa kasihan; jika saja Tuan Lee tidak mencampakkan ibunya begitu saja, mungkin mereka tidak akan terjerumus dalam situasi yang menakutkan ini.







to be continue
1 Oktober 2024




terima kasih atas vote dan komentarnya 🫶

The Innocent Heir | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang