BAB 29

257 50 5
                                    

Jake, Sunghoon, dan Ni-ki berlari mengejar Heeseung yang melangkah cepat, mengabaikan rasa lelah yang menggerogoti tubuh mereka. Suara langkah kaki mereka menghentak tanah, berpadu dengan deru angin malam yang mengelilingi mereka. Meskipun tubuh mereka terasa berat, insting bertahan hidup membuat mereka terus berlari, melawan nyamuk-nyamuk yang mulai menyerbu dan menggigit kulit mereka. Pepohonan di sekitar semakin rapat, menghalangi cahaya bulan yang hanya menerangi sebagian kecil jalur mereka, membuat suasana semakin mencekam.



Semakin jauh mereka masuk ke dalam hutan, semakin gelap dan pekat suasana di sekelilingnya. Sunghoon berusaha tetap fokus, bertekad untuk tidak terpisah dari Heeseung. Ia menengok ke arah Ni-ki yang berjuang keras untuk tetap bergerak, wajahnya dipenuhi keringat. Dalam hati, Sunghoon berharap mereka bisa menemukan tempat aman secepatnya. Kegelapan yang menyelimuti mereka tidak hanya berasal dari hutan, tetapi juga dari rasa takut akan ancaman yang mengintai, menunggu kesempatan untuk menerkam.


Heeseung terus memimpin dengan langkah cepat, sesekali menoleh untuk memastikan ketiga adiknya tetap berada di belakangnya. Namun, keheningan malam tiba-tiba terputus oleh suara gemerisik di semak-semak. Sunghoon dan Ni-ki berhenti sejenak, jantung mereka berdegup kencang. "Apa itu?" bisik Ni-ki, matanya melebar ketakutan. Sunghoon menahan napas, merasakan ketegangan di udara.



"Heeseung Hyung, kita harus berhenti sejenak," kata Sunghoon, suaranya bergetar. "Kita tidak bisa terus berlari tanpa tahu apa yang mengintai kita." Heeseung mengangguk, mengerti bahwa mereka perlu beristirahat dan merencanakan langkah selanjutnya. Mereka berempat menyusup ke balik sebuah batang pohon besar, berusaha menyembunyikan diri dari pandangan apapun yang mungkin mengawasi.



Di tengah kegelapan, Heeseung mulai menjelaskan rencananya. "Kita akan menunggu hingga suara itu reda. Setelah itu, kita perlu mencari tempat persembunyian yang lebih aman, di mana mereka tidak akan menemukan kita. Kita harus tetap tenang dan waspada." Sunghoon mengangguk, merasa lebih baik dengan kehadiran Heeseung yang selalu berusaha melindungi mereka. Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa bahaya mungkin lebih dekat daripada yang mereka kira.


Mereka berempat berdiam di balik batang pohon, telinga mereka waspada terhadap setiap suara di hutan yang gelap. Heeseung memerhatikan semak-semak di depan mereka, berusaha mendengarkan dengan cermat. Suara gemerisik itu perlahan mereda, tetapi ketegangan tetap menyelimuti mereka. Sunghoon menatap Ni-ki yang tampak ketakutan, mengingatkan dirinya untuk tetap kuat demi adik bungsunya. “Kita akan baik-baik saja,” bisiknya, berusaha meyakinkan diri dan Ni-ki sekaligus.



Setelah beberapa menit yang terasa seperti selamanya, Heeseung menggerakkan tangan untuk memberi tanda bahwa mereka bisa keluar dari persembunyian. “Ayo, kita lanjutkan. Kita harus bergerak sebelum mereka menemukan kita di sini.” Perlahan, mereka keluar dari tempat persembunyian dan melanjutkan perjalanan, kali ini dengan lebih hati-hati. Dalam kegelapan, Heeseung memimpin mereka ke arah barat, di mana ia yakin ada tempat yang lebih aman.



Tiba-tiba, suara langkah kaki yang berat menggema di belakang mereka. Jake, yang berada paling belakang, menoleh dan melihat bayangan gelap bergerak cepat ke arah mereka. "Kita dikejar!" teriak Jake panik, mendorong adik-adiknya untuk berlari lebih cepat. Heeseung tidak kehilangan ketenangannya, mengingatkan mereka untuk tetap bersatu. "Jangan terpisah! Ikuti aku!" katanya tegas. Mereka berlari dengan segenap tenaga, berpacu dengan waktu dan ancaman yang mengintai di belakang mereka.


Kepanikan semakin melanda saat suara langkah kaki di belakang mereka semakin mendekat, menggetarkan tanah di bawah kaki mereka. Sunghoon merasakan jantungnya berdebar kencang, setiap nafas terasa lebih berat. Di depan, Heeseung berlari dengan kecepatan luar biasa, seolah mengabaikan rasa lelah yang menggerogoti tubuhnya. Jake dan Ni-ki berusaha keras untuk tetap bersamanya, tetapi ketegangan dan rasa takut mulai menguras energi mereka.



The Innocent Heir | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang