Bab 21

285 58 14
                                    

Nicholas berlari tergesa-gesa menghampiri Heeseung yang sedang duduk di ruang kerjanya, bahkan tanpa pikir panjang, ia masuk tanpa mengetuk pintu. “Di mana sopan santunmu, Nicholas!” bentak Heeseung, nadanya penuh ketegasan. Namun, Nicholas tak menggubris kemarahan majikannya itu. Nafasnya masih terengah-engah, mencoba menetralkan udara yang berkejaran di paru-parunya setelah berlari. Keringat dingin menetes di pelipisnya, dan tatapan matanya menunjukkan ada hal yang sangat mendesak.



"Nyonya Kim sudah mulai bergerak, Tuan!" kata Nicholas, suaranya hampir serak. Mendengar laporan itu, ekspresi Heeseung langsung berubah serius. Ia tahu, ancaman besar sudah di depan mata. Tanpa membuang waktu, Heeseung segera meraih ponselnya dan menghubungi Jay serta yang lainnya untuk segera datang ke markas.


Heeseung dan saudara-saudaranya yang lain telah tiba di markas, kecuali Jake dan Ni-ki. Ketegangan memenuhi ruangan saat mereka saling bertukar pandang, sadar bahwa pertempuran kali ini bukanlah hal sepele. Jay mengambil inisiatif, segera memerintahkan Jake untuk menjaga Ni-ki di tempat persembunyian yang telah mereka siapkan sejak lama. Ni-ki adalah yang paling muda dan polos di antara mereka, dan mereka tidak bisa membiarkan dia terlibat dalam bahaya ini. "Pastikan dia tetap aman, Jake. Kita tidak boleh mengambil risiko," ucap Jay dengan nada tegas melalui telepon.



Di dalam markas, suasana semakin intens. Mereka mulai menyusun rencana dengan hati-hati, setiap detail diperhitungkan dengan matang. Heeseung, Jay, Sunghoon, dan yang lain saling bertukar strategi, mempersiapkan diri untuk menghadapi ancaman yang semakin mendekat. Mereka tahu, pergerakan Nyonya Kim tidak bisa dianggap remeh, dan satu kesalahan kecil bisa berakibat fatal. Waktu terasa semakin mendesak, namun mereka tetap tenang, siap melawan dengan kekuatan penuh untuk melindungi keluarga dan mempertahankan posisi mereka.


Suara dentingan jam di markas terdengar samar di antara ketegangan yang mengikat suasana. Heeseung berdiri di depan papan strategi, tatapannya tajam, memperhatikan setiap sudut dan titik penting dalam rencana mereka. "Kita harus bergerak cepat. Nyonya Kim mungkin sudah punya mata-mata di luar sana. Setiap langkah kita harus sempurna," ucapnya tegas. Sunghoon mengangguk, menyalakan rokoknya, mencoba menenangkan diri di tengah tekanan. "Bagaimana dengan orang-orang kita di lapangan? Mereka sudah siap?" tanya Sunghoon, matanya beralih ke Jay.



Jay menatap sejenak ponselnya sebelum menjawab, "Mereka sudah dalam posisi. Kita punya waktu sedikit sebelum Nyonya Kim bergerak sepenuhnya." Jay lalu melihat Heeseung. "Kalau rencana ini gagal, kita harus siap menghadapi serangan balasan. Tidak ada ruang untuk kesalahan," katanya dengan nada serius. Heeseung mengangguk, mereka semua paham bahwa kali ini segalanya dipertaruhkan—keluarga, kekuasaan, dan harga diri. Sementara di tempat lain, Jake terus berjaga, memastikan Ni-ki tetap aman, jauh dari pusat konflik. Semua tahu, yang mereka lindungi adalah lebih dari sekadar kekuatan—mereka melindungi masa depan keluarga.


Saat malam semakin larut, suasana di markas semakin tegang. Heeseung menatap layar yang menampilkan lokasi-lokasi strategis di mana anak buah mereka telah bersiaga. Di tengah kesunyian itu, Sunghoon tiba-tiba bicara, “Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, kita bisa mengalahkan Nyonya Kim tanpa perlu pertumpahan darah besar-besaran. Tapi kalau ada yang meleset…” Ucapannya terhenti, tak perlu menyelesaikannya. Mereka semua tahu konsekuensinya. Heeseung menghela napas dalam-dalam, mencoba tetap fokus meski pikirannya melayang ke Ni-ki.



Di tempat persembunyian, Jake berjaga dengan waspada, matanya tak lepas dari sekelilingnya. Ni-ki duduk di sudut ruangan, tampak kebingungan dan gelisah. Ia tidak tahu persis apa yang terjadi, tapi bisa merasakan ada sesuatu yang salah. “Jake Hyung, kenapa kita harus sembunyi?” tanya Ni-ki pelan, suaranya dipenuhi ketidakpastian. Jake tersenyum samar, berusaha terlihat tenang meski di dalam hatinya berkecamuk. “Kita hanya perlu menunggu di sini, Ni-ki. Segalanya akan baik-baik saja.” Tapi di dalam hatinya, Jake tahu mereka sedang berpacu dengan waktu—dan ancaman Nyonya Kim semakin mendekat tanpa ampun.


The Innocent Heir | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang