BAB 4

552 71 3
                                    

"Jungwon Hyung!" Teriakan Ni-ki menggema di seluruh ruangan, membuat Jay yang berdiri di sampingnya langsung menutup telinga sambil mendelik kesal. Di saat yang sama, Jungwon berjalan masuk ke ruangan dengan santai, diikuti Heeseung dan Sunghoon yang terlihat tak terlalu terkejut dengan kehebohan tersebut. Ni-ki, dengan cepat, melompat dan memeluk Jungwon erat, seolah itu bisa menyelamatkannya dari masalah yang akan datang.

Namun, Jungwon hanya menepuk bahu Ni-ki dengan lembut sambil berkata, "Ni-ki, untuk kali ini Hyung tidak bisa bantu." Kalimat itu terasa seperti vonis akhir bagi si bungsu. Ni-ki pun melepaskan pelukannya, wajahnya berubah muram. Ia tahu tidak ada yang bisa ia lakukan lagi. Jay yang masih berdiri di samping hanya menggelengkan kepala, merasa sedikit iba melihat Ni-ki yang selalu penuh semangat kini tampak putus asa.

Dan saat pandangan Ni-ki beralih pada Heeseung, harapan terakhirnya sirna. Wajah Heeseung yang garang, dengan alis terangkat dan rahang mengeras, cukup untuk membuat Ni-ki tahu bahwa tak ada lagi jalan keluar. Dengan napas panjang, Ni-ki menunduk, menerima takdirnya. "Tamat sudah riwayatku," gumamnya dalam hati, seolah sudah siap menghadapi konsekuensi dari tindakannya.

"Kenapa makan di kantin, Ki?" tanya Heeseung dengan nada datar tapi penuh makna, membuat Ni-ki menelan ludahnya keras-keras. Hyung tertuanya telah angkat bicara, dan ia tahu itu artinya serius. "Ni-ki bosan, jadinya makan di kantin sama teman-teman," jawab Ni-ki pelan, suaranya terdengar sendu. Ia menundukkan kepala, menyesali keputusannya untuk melanggar aturan sederhana.

Jungwon yang melihat Ni-ki tampak tertekan, merasa iba dan mencoba untuk membantu. "Heeseung Hyung, sudahlah. Toh baru kali ini juga Ni-ki langgar peraturan," kata Jungwon dengan nada membujuk, berharap bisa meredakan ketegangan di antara mereka. Ia tahu betul bagaimana perasaan Ni-ki, dan tidak ingin melihat si bungsu terpuruk lebih jauh.

Ni-ki yang tadinya gelisah, langsung mengangkat kepalanya dan tersenyum lega mendengar Jungwon membelanya. Seulas senyum cerah menghiasi wajahnya, membuat rasa takutnya perlahan menghilang. Tapi ia tetap menunggu keputusan akhir Heeseung, karena meski ada pembelaan dari Jungwon, Hyung tertuanya selalu yang menentukan segalanya.

"Baiklah, Hyung maafkan," kata Heeseung akhirnya, dengan nada lebih lembut. Ni-ki yang mendengar kata-kata itu langsung merasa lega, seperti beban berat yang terangkat dari pundaknya. Senyum kecil mulai muncul di wajahnya, meski ia masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Heeseung menghela napas dan menepuk bahu Ni-ki pelan, sebagai tanda bahwa semuanya baik-baik saja.

"Kapan Ni-ki boleh pulang, Jay?" tanya Heeseung sambil mengalihkan pandangannya ke Jay, yang berdiri di samping tempat tidur Ni-ki. "Kalau cairan infusnya sudah habis," jawab Jay dengan tenang, matanya fokus memeriksa infus yang tergantung. Heeseung mengangguk pelan, sementara Ni-ki hanya bisa berharap waktu berjalan lebih cepat, agar ia bisa segera keluar dari situ.

Saat cairan infus Ni-ki hampir habis, Jay segera memanggil perawat untuk melepas infusnya. Setelah semua beres, mereka pun bersiap pulang. Di dalam mobil, suasana terasa sunyi. Tak ada yang bersuara, seolah masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri. Ni-ki yang masih terlihat lelah duduk di kursi belakang, sementara Heeseung fokus menyetir, dan Jay di sampingnya. Hening itu berlangsung cukup lama, sampai akhirnya Sunghoon yang duduk di tengah mulai merasa ada sesuatu yang janggal.

Dengan gelisah, Sunghoon melirik kaca spion dan mendapati ada sebuah mobil yang tampak mengikuti mereka sejak meninggalkan rumah sakit. Ia memberikan kode halus pada Heeseung dengan anggukan kecil, matanya mengarah ke spion. Heeseung, yang menyadari isyarat itu, mengerutkan kening dan mengintip melalui kaca spion. Benar saja, sebuah mobil hitam terlihat mengekori mereka dengan jarak yang cukup dekat, membuat suasana di dalam mobil semakin tegang.

Untung saja Jungwon cepat peka terhadap situasi yang semakin tegang. Ia tahu Ni-ki mudah cemas, jadi ia segera mencari cara untuk mengalihkan perhatian adik bungsunya itu. Tanpa banyak bicara, Jungwon mengambil earphone dari kantongnya dan menyerahkannya pada Ni-ki. "Hyung, kenapa?" tanya Ni-ki dengan ekspresi bingung, melihat tindakan Jungwon yang tiba-tiba. Namun, Jungwon hanya tersenyum tenang sambil memasangkan earphone tersebut di telinga Ni-ki, berusaha membuat suasana terlihat biasa saja.

"Ni-ki coba dengerin lagu saja ya, biar relax," kata Jungwon lembut. Meskipun Ni-ki merasa ada yang aneh, ia memilih untuk menurut, karena tidak ingin membuat keributan. Ia pun mengangguk pelan dan mulai mendengarkan musik yang diputar oleh Jungwon. Meski perasaan gelisah belum sepenuhnya hilang, irama musik yang mengalun sedikit membantu menenangkan pikirannya.

Sementara Ni-ki mulai terhanyut dalam musik, Jungwon melirik ke depan, memastikan Jay dan Heeseung menyadari usahanya untuk menenangkan suasana. Heeseung mengangguk singkat ke arah Jungwon sebagai tanda terima kasih, sebelum kembali fokus pada jalanan di depannya. Ketegangan tetap ada, terutama karena mobil misterius masih terus mengikuti mereka, tapi setidaknya Ni-ki tidak menyadari situasi aneh yang tengah mereka hadapi.

Jay sudah mengirimkan sinyal bantuan secara diam-diam, dan dalam beberapa menit lagi mereka akan mendapatkan pengamanan. Sebenarnya, mereka bisa saja menyerang balik atau melakukan tindakan drastis, tapi saat ini keadaan lebih rumit. Ada Ni-ki bersama mereka, si bungsu yang sama sekali tak tahu menahu tentang urusan keluarga yang sebenarnya. Keberadaannya membuat mereka harus ekstra hati-hati, memastikan tidak ada hal buruk yang terjadi di depan anak itu.

Ni-ki hanya tahu bahwa keluarganya memiliki beberapa perusahaan yang cukup maju, tapi di balik itu semua, ada dunia yang lebih gelap dan rumit yang tak pernah ia ketahui. Jay, Heeseung, dan Sunghoon sudah terbiasa dengan situasi berbahaya seperti ini, tapi bagi Ni-ki, ini semua hanyalah perjalanan pulang biasa. Mereka harus menjaga kenyataan itu tetap tersembunyi darinya, setidaknya sampai semua aman terkendali.







to be continue
16 September 2024

The Innocent Heir | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang