Bab 32

268 46 17
                                    

"Benar-benar gila, saudara kalian itu sangat licin. Sangat susah untuk ditangkap, menyusahkan saja!" omel Hani sambil berjalan mondar-mandir di depan Jay, Sunoo, dan Jungwon yang terborgol sekaligus terikat di kursi. "Untung saja mereka sudah tertangkap dan sedang dalam perjalanan kemari." Jay ingin sekali berteriak, meluapkan amarahnya, namun mulutnya tersumpal kain, membuat semua kemarahan itu mendidih tanpa bisa dikeluarkan, hanya terlihat dari tatapan matanya yang tajam.

Sunoo melirik Jay dengan tatapan penuh kecemasan, matanya berusaha memberi kode untuk tetap tenang, meski situasi mereka semakin mencekam. Jungwon di sebelahnya berusaha menggoyangkan kursinya sedikit demi sedikit, mencoba mencari celah untuk melepaskan diri, namun usahanya terhenti saat Hani menatapnya tajam. "Jangan coba-coba. Kalian di sini karena kesalahan keluarga kalian sendiri," katanya dingin. "Saudara kalian mungkin pandai bersembunyi, tapi lihatlah di mana kalian sekarang. Tidak akan ada jalan keluar." Hani tersenyum sinis, menghampiri Jay, lalu menepuk pipinya dengan nada mengejek. "Sebentar lagi, kita akan lihat siapa yang menang."

Jay menatap Hani dengan penuh kebencian, amarahnya semakin memuncak, tapi tubuhnya tidak terlalu kuat untuk memberontak. Sunoo semakin gelisah, napasnya mulai terdengar tidak beraturan, sementara Jungwon menundukkan kepala, berusaha keras menyusun strategi dalam diam.


Hani berjalan santai ke arah pintu, seolah menikmati kekuasaannya atas mereka. "Kalian tahu apa yang paling kusukai dari situasi ini?" tanyanya tanpa menoleh. "Kalian bisa menyaksikan sendiri kehancuran yang sebentar lagi menimpa saudara kalian. Dan tidak ada yang bisa kalian lakukan untuk menghentikannya."


Saat Hani hendak membuka pintu, suara langkah kaki berat terdengar dari luar. Pintu terbuka dengan kasar, memperlihatkan beberapa pria berbadan besar yang menyeret empat sosok yang sudah tak asing lagi. Heeseung, Jake, Sunghoon, dan Ni-ki, wajah mereka memar dan tubuh mereka terikat, dilempar ke lantai dengan kasar. "Kami menemukan mereka berempat, lengkap," kata salah satu pria itu dengan nada puas. Hani tersenyum lebar, matanya berbinar-binar penuh kemenangan. "Bagus. Sekarang permainan ini benar-benar dimulai."

Jay, Sunoo, dan Jungwon membelalakkan mata saat melihat keempat saudaranya tergeletak tak berdaya di lantai. Jay meronta semakin keras, amarah yang tertahan membuat tubuhnya bergetar hebat. Hani tersenyum puas melihat reaksi itu. Dia mendekati Heeseung dan berjongkok di sampingnya, menepuk-nepuk pipinya dengan kasar. "Kau yang paling pintar di antara mereka, bukan? Tapi sayang, kepintaranmu tidak berguna di sini." Heeseung mendongak perlahan, darah menetes dari sudut bibirnya. Meski terlihat lemah, matanya masih menyala penuh perlawanan. "Kau salah kalau berpikir ini sudah berakhir," desisnya dengan suara serak. "Kami selalu punya rencana cadangan."


Hani tertawa keras, menoleh ke arah anak buahnya yang ikut terbahak. "Rencana cadangan? Kau terlalu percaya diri, Heeseung. Lihatlah keadaan kalian! Semuanya terikat, tak berdaya. Apa yang bisa kau lakukan sekarang?" Ni-ki yang tampak paling terluka, mencoba bergerak, meski sakit menderanya. "Kalian mungkin bisa mengikat tubuh kami," katanya dengan suara lemah tapi penuh tekad. "Tapi kalian tidak akan pernah bisa mematahkan tekad kami. Kami akan menemukan jalan keluar."


Hani berhenti tertawa, matanya menyipit penuh ancaman. "Berani sekali kau berbicara seperti itu. Sepertinya kau belum belajar untuk menyerah. Jangan khawatir, sebentar lagi aku akan mengajarkan kalian rasa putus asa yang sesungguhnya."

___________________________________________________________

Hani berdiri, wajahnya berubah serius, tidak lagi tertawa. "Bawa mereka semua ke ruang bawah tanah," perintahnya dengan dingin pada anak buahnya. "Pastikan mereka tidak bisa ke mana-mana. Aku ingin mereka menyaksikan apa yang akan terjadi pada keluarganya." Para pria bertubuh kekar itu langsung mengangkat Heeseung, Jake, Sunghoon dan Ni-ki menyeret mereka tanpa ampun. Jay, Sunoo, dan Jungwon yang masih terikat di kursi tak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa menyaksikan dengan perasaan putus asa yang semakin menekan. Saat salah satu pria itu hendak menyeret Jake, dia menyenggol sesuatu di lantai yang tersembunyi di balik bayangan—sebuah benda kecil, hampir tidak terlihat.


The Innocent Heir | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang