BAB 1

936 87 0
                                    

Ni-ki, yang sekarang duduk di bangku SMA, tengah sibuk mempersiapkan dirinya untuk berangkat ke sekolah. Pagi itu terasa sedikit dingin, tapi dia tetap bersemangat. Dari lantai bawah, suara tegas namun penuh kehangatan dari hyung tertuanya terdengar memanggilnya, "Ni-ki, cepat turun! Sarapan sudah siap!" Dengan sedikit malas, Ni-ki melirik jam di dinding kamarnya yang menunjukkan bahwa dia masih punya waktu beberapa menit sebelum benar-benar terlambat. Namun, dia tahu bahwa menunda lebih lama akan membuat hyung-nya tak segan-segan datang ke atas dan menyeretnya turun. Dengan senyum kecil di wajahnya, dia akhirnya meraih tasnya dan berjalan menuju pintu, siap untuk memulai hari barunya.

 Dengan senyum kecil di wajahnya, dia akhirnya meraih tasnya dan berjalan menuju pintu, siap untuk memulai hari barunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa lama sekali, Ki?" tanya Jay sambil melirik Ni-ki yang baru saja duduk di meja makan. Suaranya terdengar sedikit mengomel, tapi ada rasa prihatin dalam nada bicaranya. Ni-ki hanya menjawab dengan gelengan singkat, seolah tak ingin menjelaskan lebih jauh. Wajahnya tampak sedikit lelah, namun ia tetap mengambil sendok dan mulai makan tanpa sepatah kata pun. Jay menatapnya sebentar, ingin bertanya lebih lanjut, tapi akhirnya memilih diam, memberikan waktu untuk adik bungsunya.

Yang lain hanya menghela napas, seakan sudah terbiasa dengan sikap Ni-ki yang terkadang enggan bicara di pagi hari. Sunghoon, yang duduk di sebelah Ni-ki, menepuk pundaknya ringan, mencoba memberikan dukungan tanpa kata. Heeseung, yang duduk di ujung meja, sekilas bertukar pandang dengan Jay, keduanya tahu bahwa Ni-ki mungkin sedang memikirkan sesuatu. Namun, seperti biasa, mereka membiarkan Ni-ki tenang dengan caranya sendiri. Pagi itu berlalu dalam keheningan, hanya suara dentingan piring dan sendok yang mengisi ruangan.

"Ni-ki, jangan menyuruh Nicholas lagi untuk pulang. Dia ditugaskan untuk menjagamu, paham?" suara Heeseung terdengar tegas, tidak memberi ruang untuk bantahan. Ni-ki mendengus kesal, matanya berkedip cepat, menahan amarah yang mulai muncul. Lagi-lagi hal ini dibahas, hampir setiap hari topik Nicholas selalu muncul. “Nicholas mengganggu, Hyung! Dia selalu ikut kemanapun Ni-ki pergi! Anak-anak yang lain jadi tidak mau berteman dengan Ni-ki karena mereka takut sama Nicholas,” keluhnya, suaranya sedikit bergetar antara marah dan putus asa. Ni-ki merasa seperti terjebak dalam bayang-bayang Nicholas, penjaga setianya yang tak pernah jauh darinya.

Sebelum Heeseung sempat merespons, Sunoo dengan cepat menyanggah, "Nicholas hanya memastikan kalau Iki tidak diganggu anak-anak nakal lagi seperti dulu." Sunoo menatap Ni-ki dengan tatapan lembut namun penuh pengertian. Dia tahu betapa sulitnya posisi Ni-ki, tapi Sunoo juga tahu bahwa Nicholas ada di sana bukan untuk membuat Ni-ki merasa terkekang. "Hyung mengerti ini sulit, tapi ingat, Nicholas ada di sana untuk melindungimu, bukan untuk menjauhkanmu dari teman-teman. Anak-anak yang baik nggak akan takut sama Nicholas, kok," lanjut Sunoo, mencoba meredakan ketegangan yang terlihat jelas di wajah Ni-ki.

"Terserah Hyung saja!" Ni-ki merajuk sambil melipat tangan di dada, wajahnya cemberut. Pemandangan Nicholas yang berdiri di kejauhan hanya membuat suasana hatinya semakin buruk. Ni-ki merasa seperti tidak pernah bisa lepas dari bayang-bayang Nicholas, penjaga setia yang seakan mengawasinya setiap saat. Melihat Ni-ki yang semakin pundung, Jake pun mencoba meredakan ketegangan dengan menawarkan solusi. "Baiklah, Nicholas tidak akan mengikuti Ni-ki lagi," katanya lembut. "Tapi janji ya, kalau ada anak-anak nakal yang ganggu, Ni-ki langsung ngomong ke Hyung atau yang lainnya. Bagaimana?" Jake berharap ini bisa menjadi jalan tengah yang membuat semua orang senang.

Mendengar tawaran itu, senyum lebar langsung menghiasi wajah Ni-ki. Dengan gembira, dia bertepuk tangan seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan permen dari ibunya. Perasaan lega dan kebebasan menyelinap ke dalam hatinya. Namun, reaksi dari yang lain tidak seantusias itu. Jay, Sunghoon, dan Heeseung menatap Jake dengan tatapan yang sulit diartikan, sedikit tajam, seolah bertanya-tanya apakah keputusan itu adalah yang terbaik. Mereka tahu Jake hanya ingin Ni-ki senang, tapi di sisi lain, melepas Nicholas sepenuhnya bisa menjadi risiko besar.

"Terima kasih, Jake Hyung!" seru Ni-ki dengan gembira sambil memeluk Jake erat, seolah-olah kebebasan yang ia inginkan akhirnya tercapai. Setelahnya, tanpa menunggu lebih lama, Ni-ki segera berangkat ke sekolah, kali ini ditemani Nicholas yang hanya bertugas mengantar dan menjemputnya. Semua terasa lebih ringan bagi Ni-ki, meskipun Nicholas tetap ada. Sementara itu, yang tersisa di ruang makan hanya terdiam dalam kesunyian, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka, memikirkan keputusan yang baru saja dibuat dan risiko yang mungkin muncul.

“Kalian tidak bekerja?” tanya Heeseung sambil melirik satu per satu wajah mereka yang masih duduk di meja makan. Sunghoon dan Sunoo mengangguk, memberi isyarat bahwa mereka sudah punya jadwal yang jelas. Namun, Jake dan Jay tetap diam, saling pandang sejenak sebelum akhirnya Jay membuka mulut. Dia tampak berpikir sejenak, memastikan kata-katanya sebelum akhirnya berkata, "Kami berdua akan mengawasi Ni-ki dulu untuk beberapa hari ini."

Jake yang biasanya ceria hanya mengangguk kecil, sementara Jay melanjutkan, "Kita nggak bisa langsung lepasin Nicholas tanpa memastikan Ni-ki benar-benar aman. Jadi, kita gantian mengawasi dari jauh." Heesung memandangi mereka berdua dengan tatapan serius, paham betul bahwa ini bukan tugas ringan. Sementara itu, Sunghoon dan Sunoo hanya bisa terdiam, mengerti bahwa ini adalah keputusan yang sudah dipikirkan matang-matang. Semua tahu, meskipun Ni-ki ingin kebebasan, mereka tak bisa sepenuhnya membiarkannya tanpa perlindungan.

"Jangan lupa bilang ke Daddy dan Mommy, nanti mereka berdua khawatir," kata Jungwon sambil mengingatkan dengan lembut. Meski suasana di meja makan terasa tegang, perhatian Jungwon tetap tertuju pada keluarga mereka, tahu betul bagaimana Daddy dan Mommy bisa cepat khawatir jika ada sesuatu yang berubah. Ia memandang Jake dan Jay, berharap mereka tak lupa memberi kabar agar semuanya tetap berjalan lancar tanpa menimbulkan masalah.



to be continue
14 September 2024

The Innocent Heir | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang