Bab 34

302 48 12
                                    

Bunyi tembakan yang memekakkan telinga menggema, membuat setiap orang di ruangan itu terperanjat. Kepanikan menyebar seketika, mata mereka terbelalak melihat Hani yang berdiri dengan pistol kecil jenis Ruger SP101 di tangannya, mengarah tepat ke perut Nyonya Lee. Dalam hitungan detik, tubuh wanita yang telah melahirkan tujuh anak itu ambruk ke lantai, suaranya yang keras memecah hening, meninggalkan noda merah yang kian melebar di pakaian mewahnya.


Semuanya terasa seperti gerak lambat. Tuan Lee dan yang lainnya berlari mendekati nyonya Lee, sedangkan Hani tetap berdiri tak bergeming, tatapannya tajam dan penuh kebencian. Pistol yang ia genggam bergetar, seolah mewakili semua perasaan yang telah lama dipendam. Sementara itu, di lantai dingin, Nyonya Lee mengerang pelan, mencoba meraih napas yang terasa semakin berat dan menyakitkan.

Tangisan mulai pecah dari berbagai sudut, memenuhi ruangan dengan histeria yang mencekam. Namun, Hani tetap berdiri di tempat, wajahnya tak menunjukkan penyesalan sedikit pun. Di matanya, ini adalah keadilan yang ia ambil dengan caranya sendiri, sebuah langkah yang telah lama direncanakan. Sementara itu, K yang menyaksikan tindakan ibunya, tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Ini bukan bagian dari rencana awal. "Ibu! Ini tidak ada di kesepakatan kita sebelumnya!" teriak K dengan suara penuh amarah dan kepanikan. Tapi Hani hanya menatapnya dengan dingin, senyum tipis tersungging di bibirnya seolah semuanya berjalan sesuai kehendaknya.


Tuan Lee, yang sepertinya mulai kehilangan akal sehatnya, berdiri dari sisi tubuh istrinya yang terkulai lemah. Dengan langkah tergesa dan amarah yang menggelegak, ia menghampiri Hani dan mencengkeram kuat leher wanita yang dulu pernah ia cintai sepenuh hati. "Kenapa kau membunuhnya! Kau bisa melakukan itu padaku, bukan dia!" raung Tuan Lee, suaranya penuh rasa sakit dan kekecewaan. Namun, tatapan Hani tetap tenang, seolah tidak terpengaruh oleh ancaman maut yang begitu dekat. "Itu terlalu mudah untukmu," jawab Hani dengan suara yang rendah dan dingin. "Kau harus merasakan bagaimana kehilangan seseorang yang kau anggap segalanya... seperti yang aku rasakan dulu."

Tuan Lee mempererat cengkeramannya di leher Hani, napasnya memburu seperti binatang terluka. Namun, Hani tidak meronta sedikit pun, seolah menantang kemarahan pria itu dengan ketenangannya. "Bunuh aku kalau kau mau," bisik Hani di sela-sela napas tersendatnya. "Tapi itu tidak akan mengembalikan dia… atau memperbaiki apa yang sudah kau hancurkan." Ucapan itu menghantam Tuan Lee seperti palu godam, dan perlahan, genggamannya mengendur. Tubuhnya gemetar hebat, bukan karena marah, tapi karena rasa putus asa yang semakin menyesakkan.


K hanya bisa menyaksikan dengan mata berkaca-kaca, bingung dan marah pada situasi yang di luar kendalinya. "Ibu, kenapa?" tanyanya, suaranya hampir tak terdengar, dipenuhi emosi yang bergejolak. Namun Hani hanya menatap putranya sekilas, penuh rasa iba tapi juga keteguhan. "K, ini satu-satunya cara agar kau bisa bebas dari masa lalu mereka," ucapnya dengan tenang. "Dia yang membuatmu hidup dalam bayang-bayang... dan sekarang kau tidak lagi terikat."


Tuan Lee jatuh berlutut di hadapan jasad istrinya, menggenggam tangan dingin wanita itu dengan putus asa. "Aku... aku bisa menerima jika kau menghancurkanku, tapi kenapa dia?" gumamnya lirih. Hani hanya tersenyum sinis sambil melihat Tuan Lee yang terisak dalam kekosongan. "Karena rasa sakit terbesar," jawab Hani sambil tersenyum lega "adalah melihat orang yang kau cintai mati, sementara kau tetap hidup."

Tuan Lee benar-benar hancur dan terpuruk, sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Hani. Raut wajahnya mencerminkan rasa sakit yang mendalam, matanya yang kosong menatap jasad istrinya dengan kepedihan yang tak terlukiskan. Hani, di sisi lain, tampak tenang dan puas, seolah menikmati momen kehancuran Tuan Lee dan anak-anaknya. Ia mengamati setiap reaksi mereka dengan ekspresi wajah datar, meresapi rasa kemenangan yang mengalir dalam dirinya.

Heeseung yang tak jauh dari Hani, menyaksikan seluruh adegan tersebut dengan perasaan marah yang membara. Dalam sekejap, ia menghampiri Hani dan menamparnya dengan sangat keras, suara benturan itu bergema di seluruh ruangan. Tanpa memberi kesempatan untuk menjelaskan, ia mencekik Hani dengan sekuat tenaga, membuat wanita itu sesak napas dan terengah-engah menahan rasa sakit. Hanya dalam beberapa detik, mata Hani mulai membesar, menunjukkan kepanikan yang luar biasa saat kesadarannya mulai melayang.


K, yang tak bisa lagi berdiri menyaksikan ibunya dalam kondisi tersebut, menerjang Heeseung dengan semangat yang membara. Tubuh Heeseung terhuyung dan tersungkur ke lantai akibat serangannya, memberi K kesempatan untuk segera bergegas ke sisi ibunya. Dengan cepat, ia membantu Hani agar bisa bernapas dengan normal kembali, menggenggam tangan ibunya yang bergetar dan menenangkan. "Ibu, bernafaslah," ucap K dengan suara lembut namun penuh urgensi, berusaha mengembalikan ketenangan di tengah kekacauan yang baru saja terjadi. Dalam hati, ia bertekad untuk melindungi ibunya dari segala ancaman.

Hani perlahan mulai mendapatkan kembali napasnya, tetapi rasa panik masih menguasai dirinya. Dengan mata yang masih berair dan suara gemetar, ia menatap K, mencari dukungan di tengah kekacauan yang melingkupinya. "K...," bisiknya, suaranya hampir tak terdengar. K merasakan beban berat di dadanya melihat ibunya dalam keadaan begitu rapuh, dan kemarahan terhadap Heeseung berlipat ganda. “Jangan khawatir, Bu. Aku di sini,” jawab K dengan keyakinan, berusaha meyakinkan ibunya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Keadaan semakin memuncak saat peperangan yang sebenarnya dimulai, para anak buah dari kedua belah pihak saling serang, menciptakan kekacauan yang mencekam di sekeliling mereka. Suara pukulan dan teriakan menggema, dan setiap sudut ruangan dipenuhi oleh rasa kebencian yang menyala-nyala. Nicholas, yang melihat kondisi semakin tak terkendali, mendekati Hani dengan niat melindunginya. Ia berusaha membawanya ke tempat persembunyian rahasia yang telah disiapkan, tetapi tiba-tiba Jay menghalangi mereka.


"Jangan pernah berani-berani menyakitinya, Tuan Jay!" kata Nicholas tegas, matanya menatap tajam pada Jay, berusaha melindungi Hani dengan segenap tenaganya. Namun, Jay hanya tersenyum remeh, nada suaranya penuh sindiran, "Kau diam saja, pengkhianat dilarang banyak bicara!" Meskipun begitu, Nicholas membalas senyumannya dengan ketenangan yang menantang. "Lalu bagaimana dengan Tuan Lee? Berani berselingkuh tapi tidak mau bertanggung jawab. Menjijikkan!" kata Nicholas sambil meludah ke arah Jay, menambah ketegangan antara mereka. Suara saling baku hantam di sekitar mereka hanya memperburuk suasana, dan kedua pria itu bersiap untuk bertempur. Pertikaian antara Nicholas dan Jay semakin memanas, keduanya saling menatap dengan penuh kebencian, sementara suara kekacauan di sekeliling mereka semakin menggelegar.

Sementara itu, K dan Heeseung terlibat dalam pertarungan sengit, saling pukul dengan sangat keras. Namun, pertempuran itu terasa tak seimbang, mengingat K mendapatkan bantuan dari Tuan Kim yang memiliki pengalaman dan kekuatan lebih. K mencoba sekuat tenaga untuk menghindari serangan-serangan brutal Heeseung, sementara Tuan Kim memanfaatkan setiap kesempatan untuk memberikan serangan balasan, menciptakan kombinasi serangan yang menekan Heeseung dari dua arah. Suasana semakin panas, dan keduanya berjuang keras, tubuh mereka berguncang akibat pukulan yang saling menghantam.


Heeseung, yang sebelumnya terlihat percaya diri, mulai merasakan tekanan yang semakin berat. Ia berusaha memanfaatkan segala kemampuan yang dimiliki, tetapi serangan Tuan Kim yang presisi dan cepat membuatnya semakin sulit untuk berkonsentrasi. K, meskipun muda, kini berani berjuang melawan Heeseung dengan semangat yang membara, mengingat semua yang telah terjadi dan perlunya melindungi sang ibu. Saat tinju K mengenai wajah Heeseung dengan keras, teriakan dan sorakan dari para anak buah yang berkelahi di sekeliling mereka semakin menambah semangatnya. K tahu, untuk keluarganya, ia harus terus berjuang sampai titik darah penghabisan.






to be continue
13 Oktober 2024






Thank you for your vote 🫶

maaf baru update, author lagi sibuk belajar buat tes SKD. doakan author yaaa 🙏






The Innocent Heir | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang