Bab 33

309 44 14
                                    

"Hani, aku mohon. Lepaskan istri dan anak-anakku, mereka tidak bersalah. Kau boleh melakukan apa pun yang kau mau, tapi..." belum selesai Tuan Lee berucap, tiba-tiba K bertepuk tangan dengan cukup keras, menghentikan kata-katanya. "Wah, lihatlah pahlawan kesiangan ini!" sarkas K dengan wajah mengejek, matanya menyala penuh kebencian. "Sialan! Dari banyaknya pria, kenapa ibuku sangat bodoh mau bersama Anda, Tuan Lee!" ucap K kasar, nadanya penuh cemooh, seolah menikmati setiap kata yang keluar dari bibirnya.


"Anda membela mereka semua dengan baik, tapi Anda menelantarkan anak yang lainnya juga," suara K berubah, menjadi lebih pelan namun sarat dengan kekecewaan yang dalam. Hani hanya bisa tersenyum pilu, wajahnya menyiratkan kesedihan yang tak terucapkan, sementara Nicholas menatap K dengan pandangan khawatir, takut tindakan K akan membawa lebih banyak penderitaan bagi mereka semua.

K melangkah mendekati Tuan Lee, senyum dingin masih melekat di wajahnya. "Apakah kau pikir permohonanmu akan menyentuh hatiku? Hatiku sudah mati sejak lama, Tuan Lee, sejak kau menghancurkan hidup kami," ucap K dengan nada sinis. Tuan Lee menatap K dengan tatapan penuh penyesalan, namun ia tahu tak ada kata yang cukup untuk mengubah masa lalu. "Aku tak pernah bermaksud meninggalkan kalian, aku—"


"Diam!" K memotong dengan suara keras, amarahnya semakin memuncak. "Kau meninggalkan ibuku untuk mereka! Kau tak pernah peduli pada kami, tak pernah! Kau pantas kehilangan semuanya," desis K, suaranya kini bergetar oleh emosi.

Tuan Lee menundukkan kepalanya, tak sanggup menatap mata K yang penuh dengan dendam dan kepedihan. "K, aku tahu aku bersalah... Tapi anak-anakku—mereka tidak tahu apa-apa. Jangan buat mereka menanggung dosaku." Suara Tuan Lee terdengar bergetar, lemah. K tersenyum tipis, tapi kali ini tanpa rasa senang. "Ah, selalu tentang mereka, ya? Mereka, mereka, mereka... Dan aku? Aku harus menanggung hidup dengan luka yang kau tinggalkan."


Nicholas yang melihat ketegangan saat ini semakin memuncak, memutuskan untuk angkat bicara "K, hentikan ini. Ini bukan dirimu." Tapi K hanya tertawa kecil, suaranya terdengar getir. "Kau salah, Nic. Ini adalah diriku yang sebenarnya. Diriku yang selama ini kau dan semua orang tak pernah lihat." Mata K memandang tajam ke arah ibunya yang masih diam di sudut ruangan. "Apa kau menikmati ini, Bu? Melihat aku menjadi monster seperti pria brengsek ini?" Hani tidak menjawab, hanya menatap K dengan air mata yang mulai mengalir.

Keheningan menelan ruangan. Tuan Lee memejamkan matanya, mencoba menahan air mata yang tak lama lagi akan tumpah. "K, aku mohon... jangan biarkan kebencian ini mengubahmu. Jangan ulangi kesalahan yang pernah kulakukan," katanya dengan suara rendah, nyaris putus asa.


K menatap Tuan Lee tanpa ekspresi, matanya kosong, seolah tidak ada lagi ruang untuk emosi. "Kesalahan? Apa kau menyebut semua ini hanya sebuah kesalahan?" suaranya terdengar dingin, menusuk.
Tuan Lee membuka matanya perlahan, tatapannya penuh rasa bersalah. "Aku tahu apa yang kulakukan dulu adalah pilihan yang salah. Aku mengorbankan terlalu banyak—termasuk dirimu. Tapi kau masih bisa memilih jalan lain, K. Aku mohon, jangan biarkan dirimu hancur seperti aku."



K tertawa, namun tidak ada kebahagiaan di dalamnya. Hanya kegelapan. "Jalan lain? Jalan lain seperti apa? Kau bahkan tidak tahu apa yang sudah kau mulai. Aku hanya meneruskan apa yang sudah kau bangun." K mendekat, berdiri di depan Tuan Lee yang tampak semakin lemah. "Kebencian ini bukan sesuatu yang aku pilih. Kau yang memberikannya padaku."



Tuan Lee menggeleng, matanya mulai basah. "Aku ingin melindungimu... Aku ingin kau memiliki kehidupan yang berbeda..."



"Terlambat!" potong K dengan dingin. "Semua sudah terlambat, Tuan Lee. Sekarang, aku adalah produk dari kesalahanmu. Tapi bedanya, aku tidak akan jatuh seperti kau. Aku akan memastikan semua orang membayar atas apa yang telah terjadi. Termasuk dirimu."


The Innocent Heir | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang