Hai gimana kabarnya?
Semoga baik semuanya yaa^^
Maaf banget up nya agak telat hheheh karena lagi ada beberapa kesibukan
Oke, langsung aja selamat membaca semuanyaaaa.......
Jam menujukkan pukul 11 malam, Naira memantau keadaan kamar di lantai bawah. Ia melihat adakah pergerakan dari mereka. Ia memastikan semuanya sudah tertidur dengan pulas. Setiap satu jam sekali ia bangun dan mengecek lantai bawah. Entah keberanian darimana ia berani berjalan sendirian kebawah seorang diri dengan suasana asrama yang sepi.
Pukul 3, Yudha sudah menelpon Naira.
"Bangun! Tolong bangunin panitia yang lain ya!' Ujar Yudha dari seberang telepon.
Naira langsung mengetok kamar panitia yang lain, membangunkan mereka satu persatu. Kepala Naira terasa sangat berat ditambah tenggorokannya sakit dan hidungnya yang gatal.
"Kayaknya gue mau kena flu sama batuk deh." ujarnya karena beberapa hari yang lalu ia kehujanan.
Naira langsung mandi setelah memastikan panitia sudah bangun semuanya, air keran terasa sangat dingin menyentuh kulitnya. Ia langsung membungkus dirinya dengan selimut, "Gue tidur bentar deh, nanti jam 4 gue bangun lagi. Kan gue turun ke lapangan jam setengah 5." gumamnya.
Berbeda dengan Rere dan Sasa yang harus bersiap lebih cepat karena mereka harus ke kamar adik asuh mereka, membantu mereka mempersiapkan diri.
Pukul 4, Naira sudah siap dengan baju putih abunya lengkap dengan landyard panitia dan juga papan nama.
Aurel dan Rubby menghampiri Naira ke kamarnya," Ki, tolong bersiap di koridor ya. Jam 4.30 silahkan bunyiin sirine. Nanti yang lain siap-siap di asrama masing-masing, lalu bunyiin belnya ya!" suruh Naira sambil menelpon Kiki.
Naira mengambil sepatunya dari dalam loker, Aurel dan Rubby sudah bersiap di gedung asrama masing-masing sesuai posisi masing-masing.
Suara sirine sudah berbunyi bersamaan dengan suara bel yang menggema subuh itu, "Semuanya segera menuju lapangan basket indoor! Hitungan ke 10 semuanya sudah ada diluar, nggak ada alasan masih didalam!" ujar Naira berteriak memberikan arahan.
Semua siswa baru itu berlari cepat menuju pintu keluar asrama," Duluan, kak." ujar mereka yang lewat di depan Naira.
Naira mengecek setiap sudut yang ada di dalam gedung asrama guna memastikan semua siswa baru sudah keluar. Langit masih gelap, tapi mereka semua sekarang sudah berjalan menuju ke lapangan basket di area gedung kelas.
"Jalannya nggak ada suara!" Naira kembali mengingatkan hal itu.
Tubuh Naira kini bergetar hebat setelah mendengar suara sirine itu berbunyi sepagi ini. Kejadian dan suara itu kembali beputar di kepala dan telinganya. Napasnya mulai tidak teratur, badannya terasa dingin sekarang ini, jantungnya juga terasa berpacu sangat cepat.
Buru-buru Naira langsung masuk kedalam kelas terdekat dari lapangan basket itu, ia tak mau siswa baru itu melihat traumanya kambuh. Naira meluangkan waktunya sejenak untuk menenangkan dirinya. Ia yakin Yudha dan panitia yang lainnya bisa mengatur hal ini. Hidungnya yang tersumbat membuatnya sedikit kesusahan untuk mengambil oksigen dari sekitarnya. Ia menggunakan mulutnya untuk membantunya menghirup udara segar.
Klek...
Suara pintu kelas dibuka oleh seseorang, dia sosok pria bertubuh tinggi sambil berjalan mendekati Naira yang sedang terduduk di kursi paling depan. Lampu kelas yang sengaja tidak Naira hidupnya membuat sang cowo itu sedikit kesusahan melihat Naira dengan jelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? Only 9 Days
Teen FictionBanyak remaja yang bilang katanya masa SMA adalah masa yang paling seru. Masa dimana banyak remaja menemukan jati dirinya bahkan tentang kisah cinta layaknya di novel-novel. Namun, sepertinya berbeda dengan yang dialami oleh Naira, tinggal 9 hari la...